11. Redup

1553 Kata
Maura mengerjakan draft untuk acara talk show bertajuk pemerintahan yang akan tayang seminggu lagi. Sebagai ketua, dia ingin semuanya dikerjakan secara sempurna. Dia benar-benar merasa bersalah dengan timnya, karena kelalaiannya mereka terancam tidak mendapatkan bonus tahunan, dan dicemoh oleh tim lain. Seharusnya dia lebih aware, atau berhati-hati dalam mencari host untuk acara, tidak ingin mengalami kejadian kedua kalinya, dia bahkan harus mencari catatan kriminal atau kebiasaan dari pembawa acara yang akan membawakan acara di hari itu, dia tidak mau terjatuh di lubang yang sama. Ardana menyetujui Hans sebagai host malam itu, Hans memang lugas dan pandai berbaur. Maura juga percaya jika Hans bisa menghandle jalannya acara. Karena itu, dia meminta satu anggota tim untuk memata-matai aktifitas Hans, termasuk mencari tahu kedekatan pria berusia tiga puluh lima tahun itu dengan rekan sesama selebritasnya. Nada pesan masuk ke ponsel Maura. Pesan dari Ardana. “Aku sudah kirim link video rancangan pembangunan kota-kota besar di negara ini, cek email kamu. Dan jangan hubungi aku satu jam ke depan karena aku sedang meeting penting.” Maura sampai mengernyitkan kening membaca pesan itu. Padahal dia hanya mengirim pesan pagi tadi untuk memberikan alamat email untuk mengirim link video yang akan digunakan pada malam acara nanti. “Ok,” balas Maura, singkat, padat dan jelas. Ardana hanya membacanya. Maura tidak mempedulikan itu meski hatinya terasa seperti drum yang dipukul berkali-kali karena terus saja berdegup. Aneh. Malam setelah Ardana mengantarnya pulang, dia bahkan merasa sangat sulit tertidur. Bagaimana bisa dengan mudahnya dia menciumnya, merasakan ciuman Ardana yang mahir, apakah dia terbiasa ciuman di Inggris? Maura mengetuk kepala dengan pulpen. Apa yang coba dia pikirkan saat ini. Maura membuka email di laptopnya, Ardana mengirim email dari surel pribadinya. Maura menekan link yang diberikan Ardana lalu mengunduh video yang berukuran cukup besar tersebut. Tentu saja kualitas videonya harus bagus dan mungkin durasinya cukup panjang. Setelah pengunduhan selesai. Maura memplay video tersebut dan secara tiba-tiba Yosephine datang dari arah belakang dan menutup laptopnya dengan kasar. “Mbak?” ujar Maura terkejut. “Kamu tahu kalau video itu confidential Maura?” geram Yosephine. “Gunakan ruangan aku untuk melihatnya, kita enggak tahu apa ada mata-mata atau orang jahat di sekitar kita?” tutur Yosephine dengan mata yang membesar, Maura mengedipkan matanya beberapa kali. Lalu menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan. Tidak seharusnya hal ini bocor ke luar, sebelum acara berlangsung. Dia menyesali kebodohannya. “Bawa laptop kamu ke ruangan aku, take your time, aku ada meeting ke luar nih,” ujar Yosephine. Maura baru menyadari bosnya membawa tas. “Iya, Mbak terima kasih banyak ya,” tutur Maura. Yosephine menepuk bahunya pelan dan tersenyum, lalu dia meninggalkan Maura yang bersiap menuju ruangan Yosephine. Ruangan atasannya itu berdinding kaca, namun di belakangnya ada dinding tebal yang terbuat dari gypsum sehingga tidak mungkin ada yang menembus melihatnya. Dia memilih duduk di kursi kerja Yosephine dan membuka laptop lalu memainkan video tersebut lagi. Mata Maura membesar, video tersebut sangat bagus, rancangannya pun masuk akal. Ada video asli sebelum tempat itu direncanakan renovasi dan setelah direnovasi. Tampak pembangunan yang benar-benar memikirkan dari seluruh aspek. Tanpa terasa sudah diakhir video dan Ardana menempelkan logo Loona Corp yang cukup besar. Maura menunduk, ingatannya berkelana ke sepuluh tahun lalu. (Sepuluh tahun sebelumnya) Maura dan Ardana berada di ruang ekstrakurikuler, masih ada waktu lima belas menit untuk guru mereka mengajar arsistek. Baik Maura maupun Ardana fokus ke bidang itu karena mereka memang memiliki keahlian membuat design. Bisa dipastikan mereka memang terlibat banyak hal, dari sains dan lain sebagainya. “Nanti kita buat perusahaan bersama, bagaimana?” tanya Ardana seraya bersandar di kursinya. “Kamu investornya ya?” kekeh Maura seraya mulai membuat garis di kertas sketsa miliknya. “Kamu direktur operasional ya. Bagaimana kalau perusahaan kita, ku beri nama kita berdua,” ajak Ardana, matanya menatap langit-langit ruangan itu. “Arma? Arva?” usul Maura. “Nama kamu harus yang pertama, Lovana,” ujar Ardana sambil terkekeh membuat Maura ikut tertawa. “Kenapa aku? Harusnya kan nama kamu yang pertama sebagai pemilik perusahaan. Lagi pula apa enggak seperti penginapan?” “Karena di hatiku, kamu akan jadi orang yang pertama dan satu-satunya,” goda Ardana. Maura menyikutnya dan tertawa. Kala itu mereka terlihat sangat bahagia. “Loona,” ucap Maura dan Ardana hampir berbarengan. Mereka pun kembali tertawa. Hingga guru yang mengajar ekstrakurikuler masuk diikuti murid lainnya. Lalu mereka duduk di tempat masing-masing. Guru pria berkacamata dengan penampilan seperti eksekutif muda itu meletakkan buku-buku di meja dan berdiri di depan para murid. “Pertama-tama saya ucapkan selamat karena design Maura terpilih untuk pembangunan gedung arsip negara,” ucap guru muda itu. Semua murid bertepuk tangan Maura memang ahli, perhitungannya selalu pas. Dia mewakili sekolahnya mengirim sketsa untuk diperlombakan dan rupanya dia menang. “Dan juga, karya tulis Sains kamu, kabarnya menjuarai pertama, selamat Maura Lovata, sepertinya kamu akan bingung menentukan untuk menjadi dokter atau arsistek ke depannya?” kekeh guru itu membuat Maura tertunduk malu dengan wajah tersipu. Ya secerah itu masa lalunya ... sebelum semuanya berubah menjadi suram. (Kembali ke masa kini) Maura tak menyadari air matanya menetes, dia menarik tissue dan menyeka sudut matanya. Sekarang dia tidak menjadi keduanya, dia berada di perusahaan yang berbeda bidang dengan minat dan bakatnya di masa lalu. Samar terdengar suara-suara di telinganya, “bersembunyilah, seolah kamu benar-benar mati!” ujar suara itu membuat Maura terpaksa menutup telinganya. Kenapa dia yang harus bersembunyi? Menjadi Maura yang padam akan minat, makan hanya untuk bertahan hidup. Menjalani kerasnya dunia seorang diri. Seorang anak delapan belas tahun, bekerja di malam hari hanya agar bisa membiayai kuliahnya, tidak mau menjadi menonjol dan seolah tidak berprestasi, mempertahankan IPK di angka tiga, menjauh dari hiruk pikuk pertemanan semasa kuliah. Menghabiskan gaji untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. “Kamu kuat Maura, kuat kuat!” ujar Maura seraya mengusap lengannya dengan gerakan seperti memeluk diri sendiri. Hanya itu yang bisa menguatkannya. Tidak ada yang memeluk untuk menguatkannya, karena itu dia harus menguatkan dirinya sendiri. Selesai mengerjakan pekerjaannya, Maura pun pulang ke kamar kost. Dia berbaring nyaman di kasurnya setelah mandi, lalu melihat pesan dari adiknya. “Kak, aku di depan kost kakak, cepat ke luar,” tulis Elvan. Maura berdecih, mengapa tidak menelepon? Adiknya pasti sudah lama berdiri di depan. Maura ke luar kamar, mengambil dompet dan membawanya, dia tahu adiknya pasti menunggu di dekat gerbang. Betullah dugaannya, tampak pria tinggi memakai hoodie hitam, duduk di atas motor matic seraya melambaikan tangan ke arahnya. “Dari mana kamu malam-malam? Kamu sudah berhenti kerja kan?” tanya Maura. “Sudah lah, aku habis belajar kelompok. Lapar,” kekeh Elvan. Maura mendengus. “Aku enggak masak.” “Kak, nasi goreng di sana buka,” tunjuk Elvan membuat Maura tertawa, dasar memang adiknya ini yang tak pernah malu bermanja dengannya. “Ya sudah, jalan saja,” ajak Maura. Elvan mengambil kunci motor dan memasukkan ke sakunya. Lalu berjalan di samping Maura. Syukurlah Maura tadi sempat mengambil dompet karena dia berpikir adiknya mungkin sedang membutuhkan uang sampai tiba di kostnya. “Bagaimana kabar ibu?” tanya Maura. “Baik, ya masih beraktifitas seperti biasa,” jawab Elvan, lalu dia mendongak menatap langit malam ini, tidak ada bintang, hanya bulan separuh di kejauhan. Kasihan bulan itu pasti kesepian. “Kenapa?” tanya Maura. “Bagaimana hubungan kakak dengan Ardana?” tanya Elvan membuat Maura terkejut. “Kenapa tanya tentang dia, lagi pula kamu enggak kenal dia,” sungut Maura. “Aku memang enggak kenal, tapi ibu selalu membawa namanya jika marah. Tapi kakak harus tahu aku akan berada di sisi kakak, kakak berhak bahagia dengan pria itu jika kakak memang mencintainya,” tutur Elvan. “Anak kecil tahu apa? Hah!” sungut Maura membuat Elvan tersenyum miring. “Aku tahu kalau selama ini hanya dia yang ada di hati kakak, aku tahu bahwa bukan dia yang menyuruh sopir itu menabrak ayah, dan aku juga tahu dia enggak pernah berniat buruk ke kakak, dia hanya belum bisa melindungi kakak waktu itu.” Maura menunduk, mengapa rasanya penjual nasi goreng jauh sekali? Omongan mereka bahkan sudah semakin tak berarah. Theana tidak akan menuduh keluarga Abiputra sebagai dalang kematian suaminya, seandainya saja dia tidak melihat dengan mata kepala sendiri bahwa sopir keluarga Abiputra yang menekan pedal gas kuat-kuat dan menabrak suaminya yang sedang berdiri di seberang jalan. Beralasan bahwa remnya blong. Apakah mobil orang kaya tidak pernah dicek? Pria yang merenggut nyawa ayah Maura bahkan sudah melenggang bebas sekarang, sementara ayah Maura tidak kembali dan tak pernah kembali. “Kak, jangan melamun!” ujar Elvan menarik kakaknya yang terlewat dari warung tenda penjual nasi goreng tersebut. Maura tertawa dan merutuki kebodohannya sendiri, lalu mereka memesan nasi goreng dan duduk di warung itu. “Kak, kembalilah dengan kak Ardana jika hal itu bisa membuat kakak bahagia, aku enggak pernah lihat kakak tertawa lepas lagi sejak kelulusan SMA, padahal dulu pas pacaran sama dia, kakak itu perempuan yang paling ceria.” Maura menggeleng dan tersenyum ke arah adiknya, “sekolah yang benar, wujudkan mimpi kamu.” “Selalu saja ganti pembahasan,” sungut Elvan. Maura mengacak rambut adiknya dan tertawa kecil karena Elvan menjauhi kepalanya dan merapikan rambutnya sendiri dengan tangan. ‘Seandainya kamu tahu Van, sejak dia pergi ... dia membawa serta semua keceriaan kakak bersamanya, sekarang dia kembali, apa kakak enggak berdosa sama ayah jika kakak kembali bersamanya?’ tanya Maura dalam hati, sorot matanya semakin redup malam ini. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN