Akhirnya sekarang ini dokter sudah memeriksa Dewa dan dokter mengatakan bahwa Dewa harus banyak istirahat. Dokter juga mengganti perban dan memberikan Dewa obat untuk ini. Pada intinya mereka semua tidak di perbolehkan untuk menganggu atau membuat Dewa bersama dengan mereka dan bermain dengan mereka dalam waktu yang lama. Dewa harus beristirahat beberapa hari ke depan supaya pemulihannya juga cepat.
“Makasih dok.” Ujar mereka semua dan sekarang ini beberapa dari mereka pergi ke kamar Dewa. Mereka tadi sudah diberi tahu oleh Baron agar lebih baik besok beberapa dari mereka saja yang menunggu Dewa. Sementara sisanya pergi ke sekolah, itu semua karena jika semuanya ada disini nanti jadinya tidak akan terkontrol juga. Pasti nanti akan sangat ramai disini.
“Lo harus banyak istirahat Dewa. Sebenarnya apa yang terjadi sampai Lo ga bisa fokus tadi malam waktu balik? Lo juga kenapa balik malam-malam gitu?” tanya Baron yang tahu bahwa ada yang tidak beres dengan Dewa.
“Gua ga papa bang, ga ada masalah juga kok. Everything okay for me. Lagi pula gua juga kayak ga bisa kok masihan buat ngobrol sama yang lainnya. Gua bisa ngatur waktu istirahat gua sendiri bang.” Ujar Dewa kepada Baron.
Meskipun Dewa sudah mengatakan hal itu tapi tetap saja Baron tidak bisa percaya begitu saja karena sekarang ini ia malah merasa bahwa Dewa sedang menyembunyikan sesuatu padanya. Entah itu sesuatu apa tapi ia sendiri juga tidak tahu dengan hal itu. Ia tidak ingin memaksa Dewa karena mungkin itu merupakan hal yang sensitif juga bagi Dewa. Ia tidak mau Dewa terganggu apalagi sekarang Dewa juga sedang sakit seperti ini.
“Gua udah minta ke yang lainnya buat besok supaya mereka ga usah kesini dulu sampai Lo beneran mendingan. Jadi yang disini nanti tuh cuma beberapa dan yang tinggal disini aja pastinya.” Ujar Baron ke Dewa.
“Loh kenapa emangnya bang? Kok mereka Lo usir sih. Jangan dong, kasihan mereka lah bang.” Ujar Dewa yang sebenarnya masih mau main bersama dengan mereka karena jika tidak ada mereka juga akan sepi.
“Ya karena kalo mereka disini pasti bakalan lebih susah lagi buat mengkondisikan semuanya. Jadi mending mereka ga kesini dulu karena kalo mereka kesini bisa-bisa gawat sih Lo nanti malah Lo main atau ngobrol sama mereka terus Lo ga sembuh-sembuh lagi kan.” Ujar Baron tersebut.
“Tapi beneran loh bang gua udah okay kok. Maksudnya gua beneran ga ada apa-apa sekarang kayak ya udah biasa aja gitu. Cuma pusing ya masih dikit tapi kan kalo pusing tinggal minum obatnya kan.” Ujar Dewa tersebut.
“Ga semudah itu lah Dewa, udah intinya Lo banyakin tidur dah.” Ujar Baron yang memberikan wejangan itu kepada Dewa juga sekarang.
Sementara itu, Nayara masih disibukkan untuk mencari sekolah yang akan membawa dirinya ke kebahagiaan bukan pada keterpurukan seperti apa yang ia alami kemarin. Ah tidak, sebenarnya kemarin itu bukan karena keterpurukan yang disebabkan oleh orang lain. Melainkan semua itu ia sendiri yang menyebabkannya. Kenapa ia bisa mengatakan hal itu? Itu semua karena memang ia yang terlalu menaruh ekspektasi yang tinggi pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang begitu sangat ia sayangi tapi mereka malah membenci dirinya. Mereka malah lebih sering mengabaikannya.
“Kayaknya sekolah ini bagus deh. Gua sekolah disini aja kali ya? Atau sekolah dimana ya gua.” Ujar Nayara ketika ia melihat salah satu sekolah yang sebenarnya memang sudah sedikit lama ia memperhatikan ini dan menginginkan untuk masuk ke sini apalagi setelah ia memutuskan untuk keluar dari sekolah lamanya. Sekolah lamanya yang baginya sudah bukan merupakan tempat baginya belajar tapi tempat bagi dirinya menyakiti dirinya sendiri. Tentu saja bahwa itu tidak akan baik baginya dan bagi orang lain.
“Lagi pula juga Bang Marco bakalan ada disini juga. Kayaknya aman aja kalo gua masuk ke sana. Semoga pilihan gua kali ini ga salah dan semoga ga ada hal lainnya yang buat gua nantinya akan sedih lagi. Mari menjemput masa depan yang indah Nayara.” Ujar Nayara pada dirinya sendiri.
“Ayo Nayara harus semangat, harus mulai melupakan masa lalu biar masa depan Nayara jadi cerah.” Ujar Nayara pada dirinya sendiri.
Keenan sekarang sedang bersama Ayah dan Bundanya. Ia sedang pergi ke dokter untuk mengecek kondisinya. Ayahnya mengatakan bahwa ini sama saja seperti medical check up yang seperti biasanya tapi Keenan tidak tahu kenapa ini terjadi terlalu sering baginya. Namun ia tidak mau tahu karena ia memikirkan banyak hal juga sekarang. Keenan memikirkan liburan.
Ia ingin liburan yang singkat besok untuk pergi ke Labuan Bajo karena ia sudah sangat menginginkan pergi kesana tapi dari dulu belum juga kesampaian karena Ayah dan Bundanya tidak membolehkan dirinya. Kali ini semoga mereka membolehkan Keenan untuk pergi atau mereka juga bisa ikut sebenarnya. Namun mengingat Ayahnya yang sangat sibuk sepertinya Ayah dan Bundanya tidak bisa ikut dengannya. Paling ia akan berangkat dengan Axel dan Ravi saja. Namun itu tak masalah asalkan mereka membolehkannya untuk pergi.
Sekarang ini mereka semakin ramai membahas hal yang lain. Yang pasti tidak ada pembahasan tentang Gale lagi disini. Ia sangat berharap.
Garda sendiri sudah sampai di rumahnya dan ia bertemu langsung dengan adiknya yaitu gina. Sepertinya jika diceritakan apa yang terjadi hari ini di sekolah gina akan sangat menyesal karena tidak ikut berangkat sekolah. Pasalnya ia juga tahu bahwa gina sepertinya tertarik kepada Gerry.
"Gina, mau denger cerita dari kakak ga? Tadi di sekolah seru banget sih. Kakak sih yakin kalo kamu pasti nyesel tadi ga berangkat sama kakak.” Ujar Gina pada Garda. Hal itu tentu membuat Gina sangat penasaran.
“Hah? Apa sih kak? Jangan bikin Gina jadi penasaran deh. Coba kasih tahu Gina cepetan sekarang.” Ujar Gina kepada kakaknya tersebut.
“Ah ya sebelum itu kakak mau ngasih tahu kamu dulu kalo Geri udah fix keterima di SMA Pasca. Tadi Abang ketemu sama dia di sekolah.” Ujar Garda yang tidak mengatakan hal lainnya selain itu. Apalagi tentang Garda yang tadi mengusahakan Geri untuk bisa keterima dengan beasiswa full. Ia rasa Gina tak perlu tahu tentang hal itu. Karena lagi pula yang paling penting adalah Geri benar-benar sudah fix keterima di SMA Pasca, sekolah mereka.
“Woah serius kak? Ah tuh kan Gina yakin banget kalo Geri itu benar-benar pinter sih. Terus apa lagi kak yang seru? Pasti tentang Geri lagi kan?” tanya Gina dan Garda mengangguk dengan penuh semangat.
“Yap, ga cuma ketrima di SMA Pasca aja. Geri juga keterima di 3 extrakurikuler yang ada di SMA Pasca. Pakek jalur dalam tapi fast track juga.” Ujar Garda yang kali ini membuat Gina benar-benar terkejut dengan hal ini. Bahkan ia benar-benar tak menyangka karena apa-apaan dengan 3 extrakurikuler itu. Ini benar sangat aneh, ia tak bisa mempercayai hal itu.
“Kok bisa kak? Hah? Kan belum ada pembukaan buat extrakurikuler juga. Tapi kenapa udah bisa masuk ke 3 ekskul?” tanya Gina dengan bingung.
“Yap, jadi dia masuk ke basket of course. Terus dia masuk ke Musik, pasti kamu tahu banget kan suara dia yang bagus. Nah yang terakhir tuh dia masuk ke ekskul badminton. Dia bisa semuanya Gin.” Ujar Garda kepada Gina.
“Bentar deh kak, terus cara masuknya gimana yang fast track? Kalo basket kayaknya kakak ya yang rekrut? Terus tahu darimana skill dari Geri?” tanya Gina karena tentu saja ia penasaran, benar ia menyesal tak berangkat.
“Jadi tadi Geri tanding basket by one sama temennya namanya Seno. Itu loh Seno yang dulu anak SMP Pasca juga. Nah, disitu mereka mainnya bagus banget. Kakak sama Bang Niko sepakat mau ambil dia, tapi dia buat kesepakatan kalo dia mau ikut beberapa ekskul. Ya udah kita jabanin aja karena kakak udah ngelihat berkasnya Geri sebelumnya.” Ujar Garda.
“Singkat cerita kan udah masuk ke basket, nah dia mau mancing Regan supaya mau rekrut dia juga. Kakak suruh nyanyi pas tadi di acara GOR. Regan tentu mau suara kayak dia, dia pun diterima. Terakhir badminton sih, tapi ini agak ngeri tadi karena beberapa anak badminton ga setuju. Cuma karena ditentukan sama pertandingan ya karena mereka kalah mereka harus terima. Lo tahu ga Gin, berapa orang yang dikalahin Geri tadi?” tanya Garda dan tentu saja Gina menggelengkan kepala tidak tahu. Ia tidak bisa menebaknya jugs.
“So, yang dikalahin sama dia tuh 4 orang termasuk juga Raffi dan Abi.” Ujar Garda membuat Gina melotot tak percaya. Ia benar-benar tak percaya dengan yang dikatakan oleh kakaknya itu. Pasalnya ini Raffi dan Abi.
Gina sekarang menggelengkan kepala karena menurutnya itu sangat tidak mungkin terjadi. Pasalnya jika ini benar terjadi pasti sangat aneh jadinya. Pasti anggota tim badminton yang lain menjadi berpikiran yang tidak-tidak. Pasti mereka heran kenapa orang-orang yang kuat di tim mereka bisa di kalahkan dengan semudah itu oleh Geri. Padahal belum adanyang bisa mengalahkan mereka saat mereka ada di SMA Pasca. At least anak-anak SMA Pasca belum ada yang bisa mengalahkan mereka semua.
“Ngaco nih kakak, ga mungkin lah kalo mereka berdua dikalahin sama Geri. Eh tapi ya mungkin aja sih, Cuma mereka berdua apalagi Kak Raffi susah banget loh di kalahin.”ujar Gina yang memikirkan tentang hal itu sekarang.
“Yap memang, tapi ya begitu lah adanya. Mereka kalah telak dari Geri dan harus menerima Geri juga sebagai tim mereka. Kakak sih yakin ya kalo Geri bakalan di ikuti di semua pertandingan sih dengan skill dia yang bagua gitu. Tapi ya ga tahu juga sih sebenarnya bakalan gimana. Intinya tim yang ambil Geri itu ga bakalan rugi karena istilahnya simbiosis mutualisme giyu jadinya antara Geri ke tim. Jadinya ya Lo bisa mikir sendiri lah.” Ujar Garda.