“Oh gitu gue kirain siapa loh karena gue juga belum pernah melihat dia sebelumnya.” Jawab Baron sembari melihat ke arah Dimas dan yang lain.
Saat ini Baron masih mengajak mereka untuk mengobrol padahal ini sudah pukul 2 pagi. Namun memang mereka masih belum mengantuk sampai sekarang. Pada akhirnya Baron dan Angga juga menginap di sana. Meskipun sampai sekarang mereka masih belum tidur satu dengan yang lain.
Pagi harinya mereka terbangun dan sekarang ini mereka sedang saling mengobrol sembari meminum teh, s**u, jus atau kopi yang mereka bisa pilih sendiri. Teman-teman Dewa yang lainnya sekarang ini sangat kaget dengan kondisi Dewa. Maklum saja ada beberapa orang yang sekarang ini baru bangun dan tadi malam sudah tidur saat Dewa datang dengan seperti ini.
Jadi wajar saja jika sekarang ini banyak yang heboh melihatnya. Lagi-lagi mereka bertanya kepada dewa apakah ini merupakan perbuatan dari musuh mereka atau bukan dan dewa tentu saja menjawabnya kalau itu bukan.
“Pada mau makan apa nih guys? Pagi-pagi kayaknya enaknya kita makan soto kali ya biar seger?” tanya Mada kepada teman-temannya tersebut.
"Bubur lah sekali-kali bubur ayam gitu.” Ujar Aaroon yang menginginkan bubur ayam. Semuanya sekarang ini berpikir makanan yang berbeda-beda.
“No guys, sate ayam sih mantap banget ya. Udahlah kita sate ayam aja yuk?” ajak Dimas yang memang entah kenapa menginginkan sate ayam.
“Ya elah lo semua kayak anak kecil aja sih masih bahas tentang sarapan apa. Udah deh beli semuanya aja biar gue nanti yang traktir kalian hari ini. Sekalian tuh kalau yang lainnya mau makan apa gitu tanyain deh.” Ujar Baron membuat mereka semua langsung bersorak dengan penuh gembira.
“Beneran loh ya bang kita beli banyak nih. Asik nih makasih bang Baron. Kita sayang banget sayang parah pokoknya sama Bang Baron.” Ujar Mada.
Sementara itu, Keenan bersama dengan Ravi dan Axel sekarang ini sedang sarapan di sekolah. Mereka merasa bahwa saat ini keadaan sekolah sedikit sepi karena tidak ada orang-orang yang sering menjadi pentolan di sekolah mereka. Entah kemana perginya mereka sekarang ia juga tidak tahu. Pasalnya sudah di kemarin mereka kompak untuk membolos dan tidak ada yang tahu keberadaan mereka. Mereka juga tidak ada yang ijin ke sekolah.
“Mada sama temen-temennya belum kelihatan ya dari kemarin? Pada ke mana ya mereka?” tanya Ravi dengan penasaran kepada dua temannya itu.
“Iya mereka kayak ngilang tiba-tiba gitu tapi barengan. Pada liburan kali ya mereka atau mungkin emang lagi pada mau bolos bareng gitu. Tapi udah lama banget sih mereka nggak bolos bareng yang sebanyak ini nggak sih? Rekor banget sih ini selain pas tawuran.” tanya Axel yang diangguki Ravi.
"Lo pada kenapa malah mikirin mereka sih. Nggak ada gunanya kali mikirin mereka.” Ujar Keenan yang tadinya sedang melihat kanan dan kirinya.
“Oh iya, ada yang melihat Safa nggak ya? Hari ini belum lihat Safa sama sekali ga sih?” tanya Keenan karena sedari tadi pagi ia belum melihat Safa.
“Safa kan nggak berangkat Keenan, dia kayaknya lagi ikut keluarganya ke mana gitu. Ada acara keluarga gitu deh.” Ujar Ravi kepada Keenan.
“Oh iya gua lupa. Sayang banget ya padahal kan kita kan mau nongkrong abis balik ini. Kalau dia berangkat kan dia bisa nongkrong sama kita tuh.” Ujar Keenan dan mereka mengangguk saja. Mereka pun sekarang mengobrol lagi.
“Eh tapi gue juga sekarang melihat kalau bang Baron nggak berangkat ya?” tanya Axel yang kini mengalihkan pembicaraan antara mereka semua.
“Oh iya ya, ini pertama kalinya loh Bang Baron ga berangkat dan itu samaan sama Mada and the Genk. Padahal setahu gua sejak Bang Dewa masuk ke itu tuh, Bang Baron ga pernah lagi deket sama Mada and the Genk. Padahal mah mereka semua kan udah deket banget ya guys.” Ujar Ravi.
“Lo aneh ya sama Dewa aja panggil Bang tapi sama Mada dan yang lainnya ga.” Ujar Keenan ikut menimpali pembicaraan antara mereka berdua.
“Ya jelas lah gua takut anjir sama Dewa. Salah dikit aja langsung auto ga tahu lagi deh pokoknya.” Ujar Ravi yang kini membahas hal tersebut.
“Gua rasa ada yang buat mereka ga berangkat barengan gini sih. Jangan-jangan Dewa udah balik kali ya.” Ujar Axel kepada mereka semua.
“Maksud Lo udah keluar gitu? Ga mungkin ah, ga ada kabar apa-apa juga. Kalo Dewa keluar mah pasti udah pada heboh satu sekolah. Belum lah kayaknya masih setahun lagi deh.” Ujar Ravi dan Axel pun mengangguk.
“Udah yok move to class, dah mau masuk ini.” Ujar Keenan mengajak dua temannya itu untuk pindah ke kelas dan sekarang mereka sedang berjalan menuju ke kelas. Mereka sembari membicarakan hal yang tadi.
Seperti biasa banyak tatap mata yang menatap ke arah mereka bertiga tapi tetap Keenan stay cool sekarang ini. Mereka sampai di kelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi. Pelajaran pun akhirnya dimulai juga.
Sementara itu, dewa dan teman-temannya sudah makan. Lebih tepatnya mereka sedang memakan makanan yang sudah datang karena masih ada beberapa makanan yang mereka pesan tapi belum datang. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Baron tadi bahwa semua pesanan mereka ini adalah Baron yang membayarnya. Mereka semua sama-sama saling merindukan kebersamaan ini jadi hari ini mereka benar-benar bahagia.
“Ini kenapa jadinya pada bolos berjamaah gini ya? Lo juga bang malah ikutan bolos. Ini sih pasti jadi bahan pembicaraan sekolah nih.” Ujar Dewa.
“Ya sekali-kali lah kita bolos bareng kayak gini. Lagi pula kapan lagi kita bisa kayak gini kan? Biarin lah mereka pada membahas tentang gue atau lo semua yang bolos barengan kayak gini. Toh mereka semua juga nggak penting.” Ujar Baron mengatakan hal ini kepada mereka semua sekarang.
“Nah gue setuju tuh sama bang Baron. Udahlah dewa nggak usah lah kita mikirin tentang mereka karena toh mereka juga mikirin tentang kita. I mean kalo mikirin tentang kita pun pasti yang jelek-jelek mikirnya.” Ujar Aaroon yang terkadang heran dengan mereka semua, padahal dengan adanya ia dan teman-temannya di SMA Garuda membuat mereka semua pun juga ditakuti oleh siswa-siswi dari seolah lainnya. Mereka semua tidak berani.
“Iya deh iya terserah aja. Btw bang, besok gua masuk lo udah keluar ya. Sad banbet deh kalo gua inget hal itu.” Ujar Dewa kepada Baron dan Angga.
“Ya gimana emang gitu, Lo ga minta gua sama Angga buat ga lulus kan ini?” tanya Baron yang bercanda membuat Dewa pun juga ikut tertawa.
“Gila ya Lo bang, enggak lah. Ngapain juga gua mikir kayak gitu. Maksud gua, gara-gara gua masuk ke penjara kemarin kan gua jadi kehilangan banyak waktu dan moment sama Lo semua. Eh gua besok pas balik ke sekolah Lo pada udah ga ada karena dah pada lulus semua.” Ujar Dewa kepada Baron.
“Ya ga papa lah, lagi pula waktu ga bisa di putar lagi. Tapi Dewa, Lo ga cari dia? Dia yang udah buat Lo kayak gini.” Ujar Baron membicarakan mantan sahabat Dewa yang menjebloskan Dewa ke penjara dengan tuduhan pembunuhan dan penggunaan obat terlarang. Sebenarnya sampai sekarang Dewa masih tidak menyangka bahwa temannya sendiri yang akan memperlakukan dirinya seperti itu. Memangnya apa salahnya selama ini?
“Gua mau hidup tenang dulu deh bang, tapi maybe kapan-kapan gua bakalan cari dia dan buat perhitungan karena udah banyak banget yang dia ambil dari gua.” Ujar Dewa memikirkan hal tersebut dengan matang-matang.
“Gua lagi ga mau mikirin tentang dia yang ternyata sahabat gua tapi ngehianatin gua sendiri. Gua lagi malas banget dan gua harap ga ada yang bahas tengang dia lagi bang. Setiap bahas tentang dia rasanya gua jadi keingat sama semuanya yang pingin banget gua lupain. Gua bener-bener ga tahu lagi harus gimana sekarang yang pasti gua capek juga bang sekarang.” ujar Dewa kepada Baron sekarang ini.
“Nah makanannya datang lagi nihh guys.” Ujar Mada yang datang dari luar sembari membawa makanan yang memang tadi belum datang yang itu.
Pembicaraan dari mereka pun sekarang ini jadi terganggu. Tapi itu membuat mereka tenang karena akhirnya pembicaraan yang tidak mereka sukai akhirnya selesai juga. Dewa sendiri sekarang sudah mulai melupakan hal yang tadi, ia juga sangat berharap bahwa mereka pun juga melakukan hal yang sama dengan apa yang ia lakukan. Ia hanya tidak mau jika mereka semua terpaku pada satu orang dan juga satu masalah yang berkepanjangan.
“Eh Dewa kayaknya perban Lo perlu di ganti lagi deh tuh. Apa ga sebaiknya kita ke rumah sakit aja? Atau kita panggil dokter gitu sekarang?” Tanya Mada yang jadi khawatir ketika melihat luka yang ada di kepala Dewa mengeluarkan darah lagi padahal sudah di perban juga tadi malam.
“Ck, sebenarnya gua juga benci dokter sih tapi beneran sih kalo Lo harus banget buat diperiksa dokter. Gua panggilin dokter kesini ya.” Ujar Arhan dan sekarang ini Dewa mengangguk saja karena ia juga merasa sedikit pusing. Ia takut bahwa benturan kemarin mengakibatkan sesuatu di dalam kepalanya.
“Sekarang mending ke kamar deh Wa. Disini terlalu rame buat Lo, kita bakalan temenin Lo disana. Lo mau makan apa ntar kita bawain.” Ujar Aaroon.
“Gua lagi ga mau makan lagi Ron. Ntar aja kalo gua udah pingin makan.” Ujar Dewa dan Aaroon mengangguk. Dewa pun sekarang sudah dipindahkan ke kamarnya dan Arhan sendiri juga sudah menghubungi dokter yang memang biasanya mereka minta untuk datang ke basecamp jika ada apa-apa.
Sekarang Dewa sudah ada di kamarnya bersama dengan Aaroon, Dimas dan beberapa yang lainnya. Baron pun juga ada disini untuk melihat keadaan dari Dewa. Sementara Arhan sekarang pun juga sedang menunggu dokter tiba.
Ia berharap bahwa dokternya akan tiba tak lama lagi karena sejujurnya ia benar-benar takut jika terjadi apa-apa pada Dewa. Padahal mereka semua baru saja bertemu dengan Dewa, tentu saja mereka tidak mau jika harus kehilangan Dewa karena hal ini. Mereka ingin hidup dan tubuh bersama dengan Dewa. Mereka semua ingin moment yang lebih banyak lagi bersama dengan Dewa karena bagi mereka Dewa merupakan segalanya.