Kyungsoo berlari kearah Baekhyun yang baru saja turun dari dalam mobilnya. Dia sudah tiga hari kehilangan kabar dari sahabatnya itu.
"Baekhyun!"
"Oh, Kyungsoo"
"Kenapa kau tidak masuk sekolah tiga hari ini?"
"Dia sakit" Sahut Luhan yang ternyata menyusul keluar dari dalam mobil.
"Benarkah? Kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja" Baekhyun tersenyum kecil kearah sahabatnya itu dan melangkah memasuki sekolah.
"Aku tidak bisa menghubungimu dan Luhan hyung terlihat sangat sibuk jadi aku tidak bisa bertanya padanya"
Baekhyun melirik Luhan yang terlihat sibuk dengan ponsel nya.
"Apa?"
Laki - laki mungil itu memutar bola matanya malas lalu menarik Kyungsoo menuju kelas mereka.
"Hey! Tunggu aku"
__
Suasana sekolah hari itu benar-benar membuat mood Baekhyun buruk. Karena absen tiga hari, dirinya harus mengikuti ujian susulan seorang diri di ruang guru. Baekhyun mengacak rambutnya frustasi, dia bahkan tidak mengetahui apapun materi ujian yang dikerjakannya itu.
Dia menghela nafas bosan sambil mengetuk pena di tangannya keatas meja, ruang guru dalam keadaan kosong saat ini karena semua guru sedang mengajar. Baekhyun bangkit dari atas kursi nya untuk melihat-lihat apakah ada sesuatu yang menarik. Dia mengitari meja-meja milik guru di sekolahnya itu satu persatu dan memeriksa apapun yang ada di atas meja. Langkahnya berhenti di meja wakil kepala sekolah, dia melihat tumpukan dokumen diatas meja tersebut. Tangannya mengambil salah satu dari dokumen itu dan membukanya. Ternyata itu adalah data alumni sekolah mereka sejak beberapa tahun yang lalu.
"Kim Min Seok. Oh namanya sama dengan Minseok hyung" Tangan Baekhyun berhenti membalikkan halaman kertas itu lalu kembali membaca nama yang baru dibacanya.
"Kim Minseok, alumni tahun 2009. Berarti 10 tahun yang lalu, yang benar saja" Baekhyun menutup dokumen itu lalu beralih mengambil dokumen yang lain. Tapi sebelum dirinya sempat membuka dokumen itu suara pintu dibuka membuatnya langsung berlari kembali kemeja nya.
"Oh Byun Baekhyun, apa yang kau lakukan disini?" Itu Wakil kepala sekolahnya, Baekhyun tersenyum kecil sebelum menjawab.
"Sedang mengerjakan ujian susulan sir.."
"Oh Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu"
Wakil kepala sekolah melangkah menuju meja nya, mengambil seluruh dokumen yang ada di atas meja sebelum membawanya keluar ruangan.
Baekhyun hanya diam di meja nya dengan kertas yang masih kosong, pikirannya masih terpaku pada nama Kim Minseok yang baru dibacanya tadi. Tidak mungkin keduanya adalah orang yang sama, sedangkan Minseok hyung saat ini adalah senior nya. Jika mereka adalah orang yang sama, berarti Minseok hyung berumur 26 tahun. Tapi wajahnya bahkan tidak menunjukkan hal itu.
Baekhyun menggelengkan kepalanya mengusir pikiran negatifnya. Mungkin saja hanya nama mereka yang sama, bukan tidak mungkin hal itu terjadi. Sebaiknya dia segera menyelesaikan ujian nya dan pergi dari ruangan ini.
**
"Ahh seharusnya aku tidak keluar rumah hari ini" Ditatap nya langit yang seakan siap menurunkan hujan kapan saja, dia mengambil langkah cepat untuk kembali kerumah nya tapi setelah beberapa langkah terlewati dia merasa jika seseorang mengikutinya sejak dirinya keluar dari minimarket tadi. Dia menghentikan langkah kakinya dan menoleh kebelakang, tapi jalan yang dilaluinya kosong. Tidak ada seorang pun yang melewati jalan itu kecuali dirinya. Dia mengeluarkan s**u pisang dari dalam kantong plastik sebelum meneguk nya kasar.
Dia kembali melanjutkan langkahnya tapi saat ingin berbelok, seseorang telah lebih dahulu menarik dirinya sambil menutup wajahnya. Dia tidak dapat melihat apapun. Ingin berteriak tapi mulutnya sudah lebih dahulu ditutup menggunakan sebuah kain. Satu-satunya cara adalah memberontak dan melarikan diri.
'Sial!'
Kedua kakinya menendang kuat laki-laki yang menyeretnya itu dan setelah merasa pegangannya terlepas, dia segera berlari. Dia tidak dapat melihat apapun, dia hanya berlari untuk menyelamatkan diri. Tapi sepertinya dia benar-benar tidak beruntung, karena beberapa menit kemudian dia merasakan sakit di tengkuknya sebelum kehilangan kesadarannya.
"Cih!! Merepotkan saja!"
__
Kesadarannya dipaksa kembali saat penutup kepalanya terbuka. Pandangannya kabur menatap sekeliling ruangan gelap itu. Tidak ada seorangpun disini kecuali dirinya dan seseorang yang terikat disebelah nya.
"Jongdae!"
Kepalanya teralih pada suara yang memanggil namanya itu "Zhang! Bagaimana.. bagaimana" Dirinya mencoba untuk berdiri tapi dia baru sadar jika kedua kaki dan tangannya terikat kuat pada sebuah kursi yang didudukinya.
"Maaf, aku yang memberitahu mereka"
"Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak mengatakan apapun?!!"
"Mereka sudah mengetahui semuanya"
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, dan dua orang laki - laki tinggi melangkah mendekati mereka. Jongdae langsung menundukkan kepalanya saat kedua matanya bertatapan pada sosok yang paling tinggi disana.
"Park Chanyeol" Lirih nya, dia sudah pasrah jika hidupnya akan berakhir hari ini.
"Kim Jongdae" Jongin mendekat kearah nya dengan sebuah belati ditangan nya. Laki - laki tan itu tersenyum miring seolah-olah belati itu adalah mainan anak-anak yang tentu saja tetap akan membuatmu meregang nyawa.
"Siapa kau sebenarnya"
Jongdae terpaksa menatap wajah Jongin saat laki - laki tan itu menarik dagu nya kasar "Katakan!"
"A..Aku bukan siapapun" Jongdae mengalihkan perhatiannya saat seorang perempuan masuk kedalam ruangan itu. Sepertinya dia benar-benar akan mati hari ini. Dia mengenal siapa perempuan itu, Krystal a.k.a si pembunuh gila.
"Minggir, aku yang akan membereskan ini" Dia mengambil belati dari tangan Jongin dan tanpa ragu langsung menempelkan belati itu tepat di leher Jongdae.
"Jadi, untuk siapa kau bekerja?"
Jongdae menelan saliva nya kasar, dia meringis pelan saat merasakan perih di lehernya dan darah yang mengalir dari belati itu menuruni lehernya.
"A..Aku bekerja sendiri. Aku bukan siapapun, aku hanya bekerja untuk seseorang yang membayarku"
Jongin melipat kedua tangannya beralih menatap laki - laki tinggi yang sejak tadi hanya diam mengawasi.
"Bagaimana kau mendapatkan cincin itu?"
"Aku pertama kali melihatnya di pelelangan dan seseorang membelinya. Aku mencurinya dari orang itu"
"Siapa?"
"No name. Tidak ada yang mengetahui namanya, mereka hanya menyebutnya tanpa nama"
"Kau mengenali wajahnya?"
Jongdae menggelengkan kepalanya pelan "Dia menutupi wajahnya menggunakan topeng"
Chanyeol menghela nafas pelan sebelum melangkah pergi "Kurung dia"
"Hey tapi aku sudah mengatakan semuanya. Setidaknya lepaskan ikatan ini"
Krystal berdecih malas lalu memotong tali yang mengikat tubuh Jongdae dengan belati sebelum melangkah pergi bersama Jongin.
**
Luhan melihat Krystal dan Jongin yang baru saja keluar dari ruang bawah tanah tapi tidak melihat Sehun disana.
"Dimana Sehun?"
Jongin mengedikkan bahunya tidak perduli sedangkan Krystal sedang membersihkan belati yang bernodakan darah itu.
"Kurasa dia di kamarnya, dia baru kembali setelah mengunjungi kedua orang tuanya"
Luhan langsung melangkah cepat menuju kamar Sehun.
"Sejak kapan mereka dekat?"
Krystal tampak berpikir "Kurasa sejak Sehun menyelamatkannya saat pesta waktu itu"
__
Luhan membuka pintu itu tanpa permisi membuat Sehun yang berbaring diatas tempat tidurnya terkejut.
"Ada apa?"
Luhan langsung mendekati Sehun dan duduk diatas pangkuan laki - laki yang lebih tinggi.
"Hey! Bagaimana jika..."
"Ssstt biarkan saja" Luhan mengerucutkan bibirnya kesal "Kita sudah berpacaran selama seminggu dan kau pergi tanpa mengatakan apapun padaku!"
"Aku hanya pergi satu hari dan langsung kembali, kurasa kau bahkan tidak menyadari jika aku pergi"
"Tapi tetap saja aku kan kekasihmu! Seharusnya kau memberitahuku apapun itu. Jika kau mengatakan padaku mungkin saja aku akan bertemu calon mertuaku" Luhan melipat kedua tangannya kesal membuat Sehun mengelus lembut surai laki - laki di pangkuannya itu.
Tidak ada yang mengetahui hubungan diantara keduanya. Mereka menyembunyikan hal ini sejak saat Luhan menyatakan perasaannya kepada Sehun dan meminta -lebih tepatnya memaksa- Sehun untuk menjadi kekasihnya. Sehun hanya diam dan Luhan menganggap jika Sehun setuju untuk menjadi kekasihnya. Tapi mereka tidak bisa mengatakan hal ini pada yang lain terutama karena Sehun adalah anggota Byun's sedangkan Luhan adalah anak dari menteri Xi yang sudah tiada. Sehun tidak bisa membuat Luhan celaka apa lagi di situasi yang masih seperti ini. Mungkin setelah para b******n tengik itu mereka hancurkan, keduanya akan memberitahu yang lain akan hubungan mereka.
"Baiklah, aku akan mengatakan apapun padamu nanti"
"Janji?"
Sehun menautkan kelingking nya pada kelingking Luhan membuat laki - laki cantik itu tersenyum lebar lalu memeluk erat tubuh kekasihnya itu.
**
Tok Tok
Jeno mengalihkan perhatiannya saat pintu ruangan nya di ketuk.
"Ya?"
Seseorang memasuki ruangan itu dan berdiri dengan gugup dihadapan Jeno.
"Ada apa?"
"Umm.. itu.."
Jeno mengernyitkan dahinya bingung.
"Kau memerlukan sesuatu?"
"No-nona Krystal memintaku untuk memeriksa rekaman cctv beberapa hari ini. Bo-bolehkah?"
"Tentu, tapi aku harus meminta izin tuan Chanyeol terlebih dahulu"
"TIDAK PERLU!"
Jeno terkejut saat seseorang dihadapan nya itu tiba-tiba berteriak.
"Ma-Maaf, maksudku nona Krystal sudah meminta izin tuan Chanyeol sebelum memintaku untuk memeriksanya"
"Oh baiklah"
Jeno memberikan akses padanya dan membiarkan dia memeriksa rekaman cctv yang ada di mansion itu.
"Aku akan keluar sebentar untuk makan siang, apa tidak masalah jika kutinggal?"
"Tentu Jeno-ssi, aku hanya akan memeriksa beberapa rekaman selama kau pergi"
Jeno menganggukkan kepalanya pelan sebelum pergi meninggalkan ruangan itu tanpa menyadari seringai jahat yang seseorang itu layangkan padanya.
**
Baekhyun menatap sekelilingnya sambil menjilati ice cream di tangannya. Dia dan Chanyeol saat ini sedang berada di tepi sungai Han. Baekhyun merasa suntuk karena terus tinggal di dalam rumah beberapa hari ini. Chanyeol duduk diam di sebelah nya tanpa melakukan apapun selain sesekali membersihkan bibir tuannya yang belepotan ice cream.
"Chanyeol-ah"
"Hm?"
Laki - laki mungil itu meletakkan kepalanya di bahu yang lebih tinggi. Ice cream nya sudah habis beberapa saat yang lalu dengan Chanyeol yang membersihkan tangannya yang terkena lelehan ice cream.
"Aku tidak tau apa kau menyadarinya atau tidak, tapi mobil putih disana terus menerus mengikuti kita sejak dari sekolah"
"Aku tau"
Baekhyun memejamkan kedua matanya merasakan semilir angin menyapa wajahnya.
"Kali ini siapa lagi?"
Chanyeol melirik kearah dimana mobil putih yang terparkir mengawasi mereka.
"Mereka kelompok barat. Para b******n yang seharusnya sudah kita habisi sejak dulu, tapi tuan besar masih mengasihani mereka"
Baekhyun membuka kedua matanya dan menatap tajam riak air dihadapan nya.
"Singkirkan mereka"
Baekhyun memberi perintah sambil mendengus malas, dirinya sedang ingin berjalan-jalan bersama Chanyeol tapi kenapa selalu saja ada yang mengganggu
Chanyeol menganggukkan kepalanya dan menuntun tuan mudanya untuk naik keatas motornya. Baekhyun memeluk erat tubuh laki - laki itu saat Chanyeol mengendarai motornya membelah jalanan.
Chanyeol tersenyum miring saat melihat jika mobil putih itu tetap mengikuti mereka. Rupanya mereka ingin bermain-main dengan para Byun's.
Chanyeol berbelok menuju jalanan yang lebih sepi dan memasuki lorong bawah tanah tak terpakai. Dia menghentikan laju motornya lalu menatap mobil putih yang masih mengikuti mereka.
Laki - laki tinggi itu turun dari atas motornya lalu mendekat kearah mobil itu, beberapa orang pria keluar dengan membawa tongkat besi.
"Tidak perlu berbasa-basi. Siapa yang meminta kalian melakukan ini?"
"Kurasa kau tidak perlu" Mereka langsung bergerak menyerang Chanyeol sedangkan Baekhyun masih duduk dengan tenang diatas motornya.
Chanyeol cukup kewalahan karena mereka menggunakan tongkat untuk melawannya. Tubuhnya beberapa kali mendapatkan pukulan tapi lawannya bahkan sudah terkapar tidak sadarkan diri.
"Sudah cukup"
Chanyeol langsung membalikkan tubuhnya dan dia cukup terkejut saat seorang pria lain sudah berada di belakang tuan mudanya dengan pistol yang mengarah pada Baekhyun.
Chanyeol menghela nafas kasar saat melihat sekelilingnya, sudah banyak pria di sekeliling mereka padahal dirinya baru saja menghajar lima orang lainnya tadi.
"Jadi Park Chanyeol, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?"
**