Baekhyun menatap diam jendela di kamarnya, bayangan sosok yang ditemuinya kemarin terus mengganggu tidurnya. Kepalanya menoleh saat seseorang membuka pintu kamar itu.
"Dimana Chanyeol?"
"Dia hanya bilang jika dia harus mengerjakan sesuatu"
Luhan mendekat kearah Baekhyun lalu meletakkan nampan yang di bawa nya keatas nakas.
"Kukira dia tidak akan meninggalkanmu"
Baekhyun hanya mengedikkan bahunya pelan, Luhan duduk disebelah Baekhyun lalu menyerahkan semangkuk bubur padanya.
"Bagaimana perasaanmu?"
"Sudah lebih baik"
"Kukira kau akan mati saat Chanyeol menghubungiku waktu itu. Dia benar-benar terlihat panik"
"Aku juga berpikir, aku sudah mati" Baekhyun menatap bubur yang berada di pangkuannya itu, merasa ragu untuk memakannya "Ini bukan kau yang memasaknya bukan?"
"Kenapa?"
"Kurasa aku bukan mati karena hal kemarin, tapi karena memakan masakanmu"
"Sialan kau!!" Luhan hampir melemparkan gelas diatas nakas sebelum Baekhyun buru-buru menyuapkan sesendok bubur itu kedalam mulutnya.
"Tapi aku penasaran, bagaimana Chanyeol menemukanmu. Aku mendengar cerita Sehun jika Chanyeol mencarimu karena kau tidak kunjung kembali dari toilet. Tapi lima menit kemudian, dia kembali dengan membawamu yang sudah pingsan. Dan bagaimana kau bisa berada disana? Kudengar bukankah lorong menuju toilet berbeda dengan tempat dimana kau ditemukan pingsan?"
Baekhyun berhenti menyuapkan bubur kedalam mulutnya, dia menghela nafas panjang karena mengingat apa yang terjadi padanya sebelum Chanyeol menemukannya pingsan.
"Entahlah, mungkin lain kali aku akan benar-benar mati. Aku sangat beruntung masih bisa bernafas saat ini"
Luhan mengernyitkan dahinya bingung. Dia meraih gelas air lalu memberikannya pada Baekhyun.
"Apa ini berhubungan dengan mereka-mereka itu? Yang ingin membunuhmu itu?"
"Mungkin saja"
"Umm.. Black Forest kan ya?"
Baekhyun menatap Luhan datar, jika saja air didalam gelas nya masih ada, dia mungkin sudah menyiramkan air itu pada wajah Luhan agar kebodohannya luntur.
"Terserah kau saja"
**
Jongin mengalihkan kepalanya dari layar tv saat dua orang pria memasuki rumah itu. Dia mengernyitkan dahinya bingung saat melihat dua orang pria asing masuk kedalam rumah.
"Berhenti!"
Kedua pria itu menghentikan langkahnya mengikuti isyarat Jongin untuk mendekatinya.
"Siapa kalian?"
"Ah maaf kan kami tuan. Kami pengawal baru yang diminta tuan Chanyeol untuk menggantikan Jo dan Jae yang terluka"
Ah dia ingat jika dua orang anggota mereka terluka akibat bom sialan itu. Jongin menganggukkan kepalanya dan membiarkan kedua pria itu meninggalkannya.
"Ayo!!" Sehun menatap Jongin yang masih asyik menonton serial dramanya.
"Apa?"
"Kau tidak menerima pesan Chanyeol?"
Jongin menggelengkan kepalanya tanpa merasa bersalah membuat Sehun harus menahan diri untuk tidak melemparkan sepatu nya.
"Kita harus pergi"
"Sekarang?"
"Tidak, setelah aku membunuhmu! Ya sekarang bodoh!!"
Sehun menatap kesal Jongin yang bergegas untuk bersiap.
**
Kris menatap tajam objek yang sejak tadi diikuti nya. Dia meraih ponsel nya lalu menghubungi seseorang.
"Aku disini"
Objek itu mengedarkan pandangannya dan saat menemukan apa yang dicarinya, dia segera bergegas mendekat dan langsung masuk kedalam mobil Kris.
"Hey, sudah lama tidak bertemu"
Kris tersenyum miring sambil mulai melajukan mobilnya.
"Kurasa ada yang harus kita bicarakan"
"Tentu"
Kris melajukan mobilnya pelan, membelokkan mobil itu ke tempat yang cukup sepi sebelum menghentikannya.
Selama beberapa menit hanya diisi oleh keheningan dari keduanya. Tidak ada yang berkeinginan memulai membuka suaranya terlebih dahulu.
"Kau masih akan terus melakukan semua ini?"
Laki-laki disebelah nya itu menolehkan kepalanya pelan sebelum tersenyum tipis.
"Kau tau apa tujuanku bukan?"
"Tapi kurasa kau tidak harus melakukan semua ini. Ada cara lain ..."
"Tidak, ini satu-satunya cara agar aku tetap berada dekat disekitar nya"
"Ini cukup beresiko"
"Aku tau, tapi kau tidak perlu khawatir. Aku bisa mengatasi semuanya"
Kris menghela nafas pelan, merasa tidak ada yang bisa dilakukannya untuk menghentikan laki-laki itu.
**
Sehun dan Jongin menatap laki-laki yang ada dihadapan keduanya dalam diam.
"Kami akan mendengarkan pembelaanmu terlebih dahulu, setelah itu Chanyeol akan memutuskan akan membunuhmu atau membiarkan kau tetap hidup"
Laki-laki itu tersenyum kecil lalu mendudukkan tubuhnya diatas ranjang.
"Kurasa aku sudah cukup menceritakan semuanya"
"Belum cukup kuat menjadi alasan agar kami tidak membunuhmu tuan"
"Aku sudah mengatakan sebelumnya, mereka berada dimanapun. Aku tidak tau dimana markas mereka saat ini karena setiap tiga bulan, ketua meminta untuk berpindah tempat. Kurasa itu cukup untuk menjadi pembelaanku"
Sehun menggelengkan kepalanya pelan. Pistol ditangan nya diarahkan tepat didepan wajah laki-laki itu.
"Jadi, kau mengatakan jika kau bukan lagi bagian dari mereka? Kau pikir kami akan percaya dengan hal itu?"
Laki-laki itu tersenyum kecil, tidak merasa takut walaupun peluru dari pistol itu siap kapan saja bersarang di kepalanya.
"Satu hal, aku yang memberikan cincin milik nyonya Byun pada penyusup saat itu. Mungkin kau akan berpikir, dari mana aku mendapatkannya bukan? Tentu saja, itu milik mereka yang berhasil di curi oleh temanku"
Jongin menatap Sehun yang masih merasa tidak percaya dengan ucapan laki-laki dihadapan nya itu. Dia tidak menyangka jika cincin milik nyonya Byun berada ditangan para sialan itu selama ini.
"Pertemukan kami dengan temanmu itu"
"Dengan kondisiku yang seperti ini"
Sehun menyeringai kejam sebelum menarik pelatuk nya bersiap untuk menembak.
"Aku bisa memberikanmu luka yang lebih parah dari ini. Jangan mencoba untuk bermain-main dengan kami tuan"
**
Baekhyun menghentikan langkahnya saat melihat Chanyeol memasuki kamar dengan setelan kusut serta bercak darah yang sudah mengering di kemeja putih yang dikenakannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Hanya memberantas beberapa hama kecil"
Baekhyun mendekat ke arah Chanyeol. Kedua tangannya bergerak secara pelan membuka satu persatu kancing kemeja laki - laki yang lebih tinggi.
"Apa ada sesuatu yang terjadi selama aku pergi?"
Baekhyun menggelengkan kepalanya pelan, dia membuka paksa kemeja putih itu sebelum melingkarkan kedua tangannya di tubuh Chanyeol.
"Aku takut" Lirih Baekhyun membuat Chanyeol mengernyitkan dahinya. Apa yang terjadi dengan tuannya ini?
"Apa yang kau takutkan?"
Baekhyun menatap sendu kedua mata Chanyeol, diraihnya wajah yang lebih tinggi sebelum jemarinya mengusap lembut pipi yang bernodakan bercak darah itu.
"Chanyeol-ah"
"Hm?"
"Chanyeol hyung~"
Chanyeol semakin dibuat heran dengan tingkah laku laki - laki mungil itu. Baekhyun tidak pernah memanggilnya menggunakan kata 'hyung' sebelumnya.
Laki - laki tinggi itu meraih kedua bahu Baekhyun dan menatap tajam tuannya.
"Katakan?"
"A-Apa?"
"Katakan Baekhyun!!"
Kedua mata indah itu berkaca-kaca sebelum meneteskan air matanya dihadapan Chanyeol.
"A-aku.. Aku.. hiks .. "
Chanyeol memeluk tubuh itu erat, Baekhyun meremas kuat bahu Chanyeol untuk melampiaskan kegelisahan hatinya. Ketakutan yang terus menghantuinya, keinginannya untuk menghentikan semua ini dan kegelisahan akan kehilangan orang -orang yang dia kasihi. Dia tidak siap untuk kehilangan laki - laki dihadapan nya ini. Tidak akan pernah siap. Tapi siapa yang tau apa yang akan terjadi dimasa depan. Apakah dirinya masih tetap bernafas hingga besok?
Tangisan Baekhyun belum berhenti membuat Chanyeol merengkuh tubuh itu erat dan membawanya keatas ranjang kamar itu. Dia mengusap lembut punggung laki - laki mungil yang duduk diatas pangkuannya itu. Chanyeol tidak tau apa yang terjadi pada tuannya tapi apapun itu, dia bersumpah tidak akan membuat Baekhyun menangis seperti ini lagi.
"Sudah selesai menangis nya?"
"Belum~"
Baekhyun merengek pelan sambil mengusap air mata menggunakan punggung tangannya. Chanyeol mencium lembut kedua mata laki - laki mungil itu sebelum mendekatkan wajahnya ke arah Baekhyun.
"Sudah cukup. Kau tidak perlu menangis lagi"
Baekhyun mencoba untuk menghentikan tangisan nya. Chanyeol tersenyum tipis sambil menghapus jejak air mata di kedua pipi tuannya.
"Berjanjilah"
"Hm?"
Baekhyun menatap penuh harap kedua mata laki - laki tinggi itu.
"Berjanjilah untuk selalu berada di sisiku. Kumohon.."
"Tentu, apapun yang terjadi. Percaya padaku, aku akan menjadi orang terakhir yang tetap berdiri bersamamu"
Baekhyun tersenyum hingga meneteskan air mata. Dia tau Chanyeol belum bisa membalas perasaannya, tapi satu hal yang dia percaya. Chanyeol tidak akan pernah meninggalkannya.
**