Chapter 14

2773 Kata
Baekhyun menatap jalanan dalam diam, disebelah nya Chanyeol sedang sibuk dengan ponsel ditangan nya. Dia melirik kearah Sehun yang sedang mengemudikan mobil bersama Jongin disebelah nya. "Kenapa sialan itu meminta untuk bertemu diluar?" Chanyeol meletakkan iPad di tangannya sebelum beralih kearah Baekhyun. "Dia memang seperti itu. Dia orang yang tidak bisa di tebak" Baekhyun mendengus kasar, sejujurnya dia benar-benar malas untuk keluar dari rumah. Tapi laki - laki Wong itu benar-benar sialan karena meminta bertemu di salah satu restoran di daerah Myeongdong. Mereka tiba sepuluh menit kemudian, Baekhyun keluar setelah Chanyeol membukakan pintu mobil untuknya. Sehun dan Jongin masuk terlebih dahulu dan mengatakan jika mereka sudah membuat janji dengan seseorang. Pelayan lelaki itu mengantar mereka ke salah satu ruangan VVIP khusus yang hanya bisa di pesan oleh orang-orang tertentu. Sehun dan Jongin berjaga di luar ruangan memesan meja mereka sendiri berdekatan dengan ruangan itu untuk mengawasi siapa yang akan masuk kedalam sana nanti. Chanyeol tentu saja menemani Baekhyun di dalam ruangan. "Jaehyun memberi laporan jika markas mereka diserang malam tadi, tidak ada yang terluka. Hanya saja, markas mereka rata dengan tanah" "Sudah menemukan siapa yang melakukannya?" Chanyeol menggelengkan kepalanya setelah menyimpan ponsel nya kedalam saku. "Mereka tidak meninggalkan jejak. Beruntung mereka sadar jika seseorang memasang bom di dalam markas, jika tidak mereka sudah pasti hancur bersama dengan bangunan itu" "Aku tidak ingin mendengar alasan apapun. Temukan pelakunya dan buat dia berlutut di hadapanku" Seorang pelayan memasuki ruangan itu dengan senyum di wajahnya. "Ingin memesan sesuatu tuan-tuan?" Baekhyun melirik kearah Chanyeol yang langsung mengambil buku menu. Setelah menyebutkan pesanan mereka, pelayan tersebut keluar dari ruangan itu. Baekhyun menghela nafas kasar lalu meletakkan kepalanya di bahu yang lebih tinggi. Ini sudah lebih dari lima menit dari waktu perjanjian mereka tapi orang yang akan dia temui belum juga muncul hingga saat ini. "Dimana sialan itu?" Chanyeol mengelus lembut punggung tangan tuannya yang terlihat bosan. "Mereka tidak menjawab pesanku" "Minta seseorang melacak mereka" Chanyeol lantas berdiri dan meninggalkan Baekhyun bersamaan dengan seorang pelayan yang akan masuk kedalam ruangan. Pelayan itu menundukkan kepalanya kearah Chanyeol sebelum laki - laki tinggi itu melewatinya. "Permisi tuan, pesanan anda" Baekhyun hanya diam menatap pelayan yang mendorong troli memasuki ruangan. Pelayan itu membuka penutup makanan satu persatu sebelum menatanya di atas meja. Baekhyun terus memperhatikan pelayan itu hingga pada penutup makanan terakhir di angkat Baekhyun langsung memundurkan tubuhnya karena sebuah senjata sudah mengarah tepat didepan wajahnya. "Siapa kau?" "Kau tidak perlu tau. Hanya ucapkan selamat tinggal" Baekhyun menjadi sedikit panik karena Chanyeol yang tidak kunjung kembali. "Apa yang kau inginkan?" "Nyawamu" "Aku tidak mengenalmu" "You're not, but I am" Baekhyun menjadi semakin panik dan langsung menutup kedua matanya saat laki-laki itu sudah menarik pelatuk nya. Dia ingin berteriak, tapi dia tidak mungkin membuat kegaduhan di tempat itu, terutama jika salah satu dari mereka menghubungi polisi. "Say goodbye" "Katakan itu untuk dirimu sendiri" Baekhyun langsung membuka matanya dan dia dapat melihat Chanyeol, Sehun dan Jongin sudah berdiri di belakang laki-laki itu lengkap dengan senjata masing-masing yang sudah mengarah padanya. Chanyeol menekan mulut senjata nya tepat di belakang kepala laki-laki itu. "Turunkan senjatamu" Suara senjata yang jatuh ke lantai terdengar nyaring didalam ruangan itu. Sehun mendekat dan segera mengambil senjata tersebut. "Siapa kau? Dan apa yang kau inginkan?" Jongin menendang kedua kaki laki-laki itu hingga dia berlutut dihadapan Baekhyun. "Tidak ingin menjawab?" Laki-laki itu terus bungkam bahkan setelah Baekhyun mendekat kearah nya. "Kau terlihat tidak asing" Laki-laki itu menatap tajam Baekhyun sebelum membuang wajahnya. Tepat setelah itu pintu ruangan itu terbuka dengan kasar dan muncul seorang laki - laki yang sejak tadi ditunggu. Lucas, tiba dengan luka goresan di pipi serta pakaian yang mengenaskan. "Yo Wassup! Menunggu lama?" Baekhyun mengernyitkan dahinya melihat penampilan laki - laki itu. "Apa yang terjadi denganmu?" "Ah, ada sedikit gangguan di perjalanan, mobil ku di tabrak dan aku hampir mati disana tapi ternyata aku masih bisa hidup hahaha" "Dan siapa yang menabrakmu?" "Tidak tau, mereka semua mati. Padahal seharusnya yang mati kan aku" Baekhyun menghela nafas lelah, tidak mengerti dengan jalan pikiran laki - laki ini. "Dan siapa ini?" Lucas mengalihkan perhatiannya pada seorang laki - laki yang di pegang kuat oleh Sehun. "Dia mencoba melukai tuan muda" "Woah, kau juga hampir mati hahaha" Lucas melangkah mendekat kearah laki-laki itu langsung mengangkat wajahnya. "Kau terlihat tidak asing" "Kau mengenalnya" Lucas mengedikkan bahunya "Aku hanya merasa pernah melihatnya, mungkin saja saat berjalan-jalan? Atau saat menonton tv? Aku lupa" Baekhyun menepuk wajahnya pasrah. Sepertinya akan sulit untuk bekerja sama dengan laki - laki unik ini. ** Baekhyun menatap dua orang laki - laki yang sedang berenang melalui pintu dapur. "Sejak kapan mereka menjadi dekat?" Tanya Baekhyun kearah Jongin yang sedang membersihkan senjata nya di atas meja. Jongin melirik apa yang tuan muda nya perhatikan sejak tadi sebelum menjawab. "Kurasa sejak Sehun tertembak waktu itu. Mereka berdua terlihat semakin dekat apa lagi Luhan yang bersikeras merawat luka Sehun" Baekhyun hanya menganggukkan kepalanya pelan lalu meraih gelas minumnya. "Dan dimana Chanyeol?" "Dia sedang mengintrogasi laki-laki yang mengancammu tadi" "Seorang diri?" "Ya, padahal aku sudah siap ingin meledakkan kepalanya" Baekhyun beranjak dari duduknya lalu melangkah menuju ruang bawah tanah. Jongin yang melihat hal itu buru-buru mengejarnya, dia tidak ingin mati di tangan Park sialan itu jika membiarkan Baekhyun memasuki ruangan terkutuk yang menjadi tempat eksekusi mereka. "Tuan muda!" Terlambat, Baekhyun sudah berdiri tepat di hadapan laki-laki dengan kedua tangan tergantung di udara serta seluruh tubuhnya berlumuran darah. Sialan! Bagaimana jika trauma tuan mudanya itu kambuh! "Tutup matamu" Pandangan Baekhyun menjadi gelap saat sebuah tangan menutup kedua matanya. Tubuhnya mendadak kaku dan tanpa perlawanan tubuhnya berbalik menabrak tubuh tinggi dibelakang nya. "Apa yang kau lakukan disini?" Chanyeol menatap tajam Jongin yang tersenyum canggung dan langsung berlari meninggalkan tempat itu. Laki - laki tinggi itu mengelus pelan surai hitam tuan mudanya lalu berbisik pelan. "Apa yang aku katakan untuk tidak datang kemari?" Baekhyun tidak menjawab, kedua tangannya meremas kuat kemeja hitam yang dikenakan oleh Chanyeol. "Maaf" Chanyeol menghela nafas pelan lalu meraih tubuh mungil itu kedalam rengkuhan nya sebelum membawanya pergi. "Terus tutup matamu dan percaya padaku" Baekhyun melingkarkan kedua tangannya di leher yang lebih tinggi, tidak ingin membantah apapun dan terus menutup kedua matanya. "Apa yang kau lakukan pada laki - laki itu?" "Hanya memberikannya pelajaran sedikit" "Tapi tubuhnya berdarah" Chanyeol hanya diam lalu menurunkan tubuh mungil itu untuk duduk di atas sofa. Dia berlutut dihadapan tuan mudanya sambil meremas kedua bahunya pelan. "Lupakan apa yang kau lihat, jangan tanyakan apapun dan tetaplah berpura-pura tidak mengetahui apapun" "Tapi..." "Baekhyun.." Baekhyun menggigit bibirnya pelan sebelum menganggukkan kepalanya. "Jadi, siapa dia?" "Targetnya bukanlah dirimu" Baekhyun mengernyitkan dahinya bingung, jika bukan dirinya jadi siapa yang menjadi target laki-laki itu. "Lucas, target nya adalah Lucas. Dia terlalu ceroboh dan berakhir seperti itu. Sepertinya dia tidak mengenal siapa targetnya sendiri" "Tapi bukannya Lucas juga mendapat penyerangan?" "Kurasa mereka dari kelompok yang berbeda. Jeno mendapatkan informasi jika semakin banyak kelompok mafia yang berkomplot untuk menyingkirkan para Byun's tapi karena kelompok Wong menjadi sekutu kita, mereka juga dijadikan target" ** Jongin memarkirkan motor miliknya didepan restoran ayam milik Kyungsoo. Dia sedang melarikan diri dari amukan Chanyeol dan berakhir ditempat ini. "Selamat siang, selamat datang di Soo-Chicken" Jongin tersenyum manis kearah laki - laki mungil yang menyambutnya. "Lama tidak bertemu" Kyungsoo tersenyum kecil sebelum menyatat pesanan laki - laki itu. "Apa kau pergi keluar kota?" "Ah, aku hanya membereskan beberapa pekerjaan. Bos ku itu sangat galak, aku bisa mati jika dia tidak menyukainya" "Haha lucu, dia akan masuk penjara jika membunuhmu" Jongin tersenyum lebar saat melihat senyuman di wajah manis laki - laki dihadapan nya tanpa mengatakan apapun. Jika saja Kyungsoo tau jika bos nya itu bahkan bisa memenggal kepalanya saat itu juga jika dia tidak kabur kemari gara-gara lalai menjaga tuan muda mereka. "Kau bisa mencari tempat sembari menunggu pesananmu" Jongin menganggukkan kepalanya dan mengambil duduk pojok ruangan. ** Kris menatap mansion itu untuk yang kesekian kalinya, dia masih belum lelah untuk mencari tau apa hubungan tuan muda Byun yang dikenal publik sebagai satu-satunya penerus Byun yang mewarisi banyak sekali asset yang tersebar di penjuru korea bahkan hingga luar korea. Asset yang tidak main-main yang harus diwariskan pada satu-satunya penerus keluarga itu. "Ketua, apa kita tidak menyerah saja? Kita sudah dua minggu mengawasi rumah itu dan tidak mendapatkan hasil apapun" Kris dan rekannya itu tidak lagi mengawasi mansion itu didalam mobil setelah kejadian dimana salah satu dari mereka mendatanginya. Keduanya sedang bersembunyi didalam sebuah mini market yang berjarak 100 meter dari mansion itu. "Aku masih tidak mempercayai mereka. Siapa yang tidak mengenal mendiang tuan Byun itu dan kehebatan nya. Tapi bagaimana seorang anak dibawah umur bisa mengendalikan seluruh asset milik orang tuanya itu. Dan rumor beberapa tahun yang lalu jika tuan Byun adalah salah satu mafia juga masih menggangguku" "Bukannya itu hanya rumor untuk menjatuhkan tuan Byun?" "Kita akan mengetahuinya. Terus awasi rumah itu" Kris membuka cup ramyun yang sejak tadi dia tunggu. Laki - laki tinggi itu melirik sebentar kearah mansion itu sebelum memakan ramyun nya, tapi matanya langsung memicing tajam saat melihat sebuah mobil keluar dengan terburu-buru meninggalkan mansion. Mencurigakan... "Ikuti mereka" Seru Kris dengan mie yang masih bergantung di mulutnya. Rekannya hampir tersedak kuah ramyun itu dan berlari mengikuti Kris keluar dari mini market. ___ Beberapa menit sebelumnya.... Jeno membawa macbook miliknya dan berlari dengan tergesah ke ruangan Chanyeol. "Bos" Baekhyun yang juga berada didalam ruangan itu menolehkan kepalanya kearah pintu. "Ada apa?" "Aku menemukan alamat IP mereka. Beberapa menit yang lalu mereka sepertinya secara tidak sengaja mengaktifkan koordinat mereka" "Dimana itu?" "Yongsan" "Kumpulkan anggota" Jeno mengangguk dan segera keluar dari ruangan itu. tidak lama kemudian, Krystal, Yixing dan Tao masuk kedalam ruangan diikuti oleh beberapa anggota lain. "Dimana Sehun dan Jongin?" "Sehun pergi bersama Luhan dan Jongin melarikan diri" Chanyeol berdecak malas lalu meminta Jeno untuk menjelaskan lebih detail tempat yang akan mereka datangi. "Ini serangan dadakan, jangan buat dirimu diketahui. Jadi ku kira jika hanya beberapa saja yang akan pergi. Jika terdesak, kalian bisa menghubungi anggota yang lain" "Aku yang akan pergi" Krystal mengangkat tangannya mengajukan diri "Aku sudah lama tidak menyusup ke sarang musuh. Ini pasti menyenangkan!" "Misi ini bukan untuk main-main!" "Aku tau, tapi akan sangat menyenangkan membunuh mereka satu persatu" Chanyeol menghela nafas pelan. "Buat dirimu berguna" "Baik, aku akan pergi bersama Yixing dan dua anggota lain. Tao! Tetap belajar menembak dan gunakan senjata dengan benar!" Setelah itu Krystal meninggalkan ruangan itu diikuti Yixing dan dua anggota lain yang di tunjuk nya meninggalkan mansion itu. ** Krystal menatap bangunan besar yang berada tidak jauh dari tempatnya. Dia bergegas keluar dari dalam mobil itu sambil membawa senjata kesayangannya diikuti oleh Yixing dan kedua rekannya. "Jeno mengatakan jika mereka memiliki lebih dari 50 orang penjaga yang tersebar di penjuru rumah itu. Lima orang di pintu gerbang, 10 orang di pintu masuk dan lainnya tersebar di sisi-sisi rumah. Tapi dia berhasil menemukan spot kecil dimana tidak ada kamera pengawas disana, kurasa kita bisa menggunakannya untuk bergerak masuk. Ingat, utamakan keselamatan kalian dan buatlah diri kalian berguna" Rekan-rekannya mengangguk samar sebelum membagi tugas, Krystal dan Yixing masuk kedalam rumah itu, satu rekannya bertugas untuk mengawasi para penjaga yang langsung tersambung dengan Jeno dan satu lainnya tinggal didalam mobil jika situasi tidak memungkinkan mereka bisa segera melarikan diri. Krystal melangkah memimpin mencari tempat yang ditunjukkan Jeno padanya tadi. Dia berjalan dengan mengendap sambil melirik awas sekelilingnya. "Disini" Perempuan itu menatap dinding setinggi 2 meter tepat dihadapan nya. Yixing segera membungkuk membantu Krystal untuk menaiki dinding tinggi itu. Dia mengawasi sekitarnya dan tidak menemukan satu orangpun penjaga disana. Setelah membantu Yixing masuk, keduanya mulai melangkah memasuki rumah itu tanpa sepengetahuan siapapun. "Tempat ini terlalu hening untuk ukuran sebuah markas" "Tetap perhatikan langkahmu" Keduanya terus melangkah lebih dalam memasuki rumah itu. Krystal mengernyit heran karena rumah ini terlalu sepi untuk ukuran sebuah markas. Apa Jeno salah? Atau ... 'Tunggu!' Krystal menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan melalui earpiece di telinganya. "Ada apa?" 'Ini aneh' "Apa yang terjadi?" 'Para penjaga di luar satu persatu masuk kedalam rumah' "Apa yang terjadi?" 'GAWAT! Cepat keluar dari sana!!" "Ada apa? Apa yang terjadi?" 'Kalian sudah ketahuan! Cepat keluar! Jeno sedang mencari jalan keluar untuk kalian agar keluar dari dalam rumah itu' "SIAL!" Krystal mempersiapkan senjata nya lalu melangkah cepat mengawasi sekitarnya. Pantas saja mereka tidak menemukan satupun penjaga disekitar nya. Tapi bagaimana mungkin? Mereka tidak mungkin tau jika para Byun's akan menyusup masuk kedalam markas. Tidak ada yang mengetahui hal itu. Kecuali.. . . . . . Para Byun's. ** Kris menatap mobil yang sejak tadi diikuti nya. Sejak tiga orang dari mereka keluar dari dalam mobil itu, tidak ada pergerakan yang berarti. Apa yang mereka lakukan disana? Kris akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam mobilnya dan mendekati mobil itu. Pintu kaca mobil itu diketuk pelan olehnya. "Permisi?" "Sial!" Kris dalam mendengar umpatan pelan dari pemuda didalam mobil itu. "Permisi tuan?" Akhirnya pemuda didalam mobil itu menurunkan kaca mobilnya. "Ya? Ada apa?" "Apa yang anda lakukan disini? Kawasan ini dilarang untuk memarkirkan kendaraan" Kris dapat mendengar pemuda itu berdecak pelan sebelum kembali beralih kepadanya. "Maaf, saya bukan warga di daerah sini. Baiklah, terima kasih atas informasinya. Sebaiknya saya akan pergi" Pemuda itu buru-buru menghidupkan mobilnya dan meninggalkan Kris. Laki - laki tinggi itu bergegas berlari kearah mobilnya dan kembali mengikuti mobil itu. __ 'Sial! Aku baru saja bertemu dengan polisi sialan itu! kalian dimana? Ini benar-benar gawat!' Krystal masih terjebak didalam rumah itu bersama Yixing. Keduanya menghela nafas kasar saat mendengar rekannya mengatakan jika ada polisi disekitar sini. Bisa gawat jika misi mereka bocor ke telinga kepolisian. Apa lagi keduanya masih terus menghindari para penjaga. "Kami kesulitan menemukan jalan keluar" __ Disisi lain.. Markas Byun sangat hening setelah mendengar jika misi mereka ketahuan. Chanyeol memantau kerja Jeno di depan komputer-komputernya untuk membantu kedua rekannya yang masih terjebak didalam rumah itu. "Sial! Seharusnya aku menyadarinya" "Ada apa?" "Polisi itu, dia tidak terlihat di kamera pengawas. Ternyata dia mengikuti mereka" "Saat ini prioritas utama adalah mengeluarkan Krystal dan Yixing dari dalam rumah itu!" Dor! Chanyeol dan Jeno terkejut saat mendengar suara tembakan dari earpiece di telinga mereka. "Krystal! Apa yang terjadi?" 'Yixing tertembak! Sial! Aku tidak bisa mengatasinya. Mereka terlalu banyak!' Chanyeol terus mendengar suara tembakan dan akhirnya dapat melihat bagaimana situasi rumah itu setelah Jeno berhasil meretas kamera pengawas mereka. "Bagaimana keadaannya?" 'Jangan khawatirkan kami. Dimana jalan keluarnya!' "Terus jalan kedepan dan masuk ke pintu ketiga setelah lorong. Dari sana kalian bisa keluar melalui tangga balkon. Aku akan meminta yang lain membereskan mereka yang menjaga di gerbang" ** Krystal sedikit kesulitan memapah Yixing yang tertembak di pahanya. Laki - laki itu sesekali meringis sambil terus menekan luka agar darahnya tidak terus mengalir keluar. "Pintu ketiga, satu.. dua.. pintu itu" Krystal membuka pintu itu menggunakan kakinya. Dia langsung sigap menembaki dua orang pria yang ada di dalam ruangan itu. Dia menutup pintu itu kasar lalu meletakkan Yixing untuk duduk di salah satu kursi. Dia memeriksa sekitar melalui jendela sebelum turun melewati tangga. Dia dapat melihat gerbang utama berada tidak jauh dari posisinya tapi para penjaga masih menjaga tempat itu. "Cepat habisi mereka!" 'Tunggu! Polisi itu masih mengikuti kami' Krystal berdecak kesal lalu beralih kearah Yixing yang berusaha merobek kaos hitam yang dikenakannya lalu melilitkan potongan kain itu di lukanya dengan ikatan kencang. "Hanya ada satu cara. Habisi mereka semua" "Apa kau gila?" "Kau ingin mati di tempat ini?" "Kau pikir kau tidak akan mati jika melawan mereka?" Krystal mengacak rambutnya kesal lalu kembali mengawasi pergerakan para penjaga itu. Dia melihat penjaga itu bergerak menjauh saat sebuah mobil menerobos masuk melewati gerbang. Dia menduga jika itu adalah rekan-rekannya. Krystal mendekati Yixing lalu membantunya berdiri. "Kita harus segera pergi" Yixing mengikuti Krystal dengan langkah tertatih saat menuruni tangga. Kedua matanya menatap awas sekeliling. "Kami sudah keluar dari rumah itu" 'Noona?' "Ya?" 'Disisi kiri bangunan itu ada pintu kecil, mobil sudah menunggu disana' Krystal kembali mengawasi sekelilingnya sebelum melangkah mengikuti instruksi Jeno. Dia dapat melihat sebuah pintu besi yang tertutup tidak jauh dari tempatnya. Pintu itu terkunci. Krystal mengarahkan senjata nya dan langsung menembaki gembok besi itu hingga hancur sebelum membuka pintu itu. Dor! Darahnya berdesir hebat mendengar tembakan itu. Tubuhnya kaku dan dia tidak merasakan apapun. "Cepat bawa dia kedalam mobil!" "Chanyeol!" Krystal mendapatkan kesadarannya kembali setelah mendengar suara itu. Dia membantu memapah Yixing lalu saat dirinya melirik kebelakang, dia dapat melihat seorang pria sudah tergeletak kehilangan nyawanya. Chanyeol yang telah menghabisi nya. Krystal memasuki mobil itu bersama dengan Yixing. Dia dapat melihat Sehun yang berada di belakang kemudi dan Chanyeol yang masih membereskan beberapa musuh yang mendatanginya. "Bagaimana kondisinya?" "Kehilangan banyak darah" Chanyeol mendekat dan langsung masuk kedalam mobil. Dia melirik kebelakang dan melihat laki-laki China itu terus meringis sambil menekan lukanya. "Segera pulang dan hubungi Dr. Junmyeon" **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN