30. Rencana Licik Laura

987 Kata
Rania berubah dari yang suka makan makanan sembarangan, menjadi orang yang suka mengonsumsi makanan sehat. Dia bahkan tak melupakan vitamin dan juga obatnya. Arga sangat senang dengan perubahan itu, sekaligus gemas dengan tingkah istrinya yang ternyata mudah dikelabui. "Nah, kalau kamu begini terus kamu pasti sehat dan kandu--" Karena terlalu senang Arga hampir keceplosan dan mengungkapkan rahasianya, tapi beruntunglah Arga segera sadar dan berhenti. "Kandu apa, Mas?" tanya Rania mengerutkan dahi. "Kandu? Siapa yang hilang kandu, apa maksudnya itu ...." Arga mengelak dan pura-pura tak tahu. "Aku bilang perut kamu, Rania. Ch, jangan-jangan ini adalah gejala lanjutan dari perutmu. Lambungmu yang rusak membuat telingamu mulai kekurangan pendengaran," jelas Arga dengan serius mengada-ada. Membuat Rania mengerutkan dahi dan memikirkan ucapannya. Terdiam sesaat sebelum bicara. "Apa benar begitu?" "Iya, Rania. Kalau kamu tak percaya, kita periksa ke dokter saja nanti?" tawar Arga. "Tapi--" Rania menjawab dengan agak ragu. "Jangan ada tapi-tapi, kita pergi saja nanti atau kamu mau dioperasi saja. Biar lebih cepat sehat?!" tegas Arga serius dan mengancam. Rania langsung geleng kepala dengan polosnya, membuat Arga tak tahan dan mengusap kepadanya. "Bagus, kalau menurut seperti ini kamu tampak menggemaskan." 'Dan juga cantik. Astaga ... kenapa perempuan ini hari ini terlihat sangat manis sekali? Ah, kenapa juga bibirnya dibuat mengerucut begitu,' batin Arga. ***** Sementara itu di kediaman orang tuanya Arga ada Laura yang tak tahan dengan kerinduan pada Arga. Dia mulai jengah membujuk dan merayu majikannya Andini. Sudah dikatakan ini itu, tapi jangankan buka suara di mana Arga, bicara soal Arga saja Andini jarang atau hanya mau membahas singkat. "Tidak bisa dibiarkan. Aku harus melakukan sesuatu untuk membuat nenek reot itu memberitahu di mana tuan Arga, atau--" Tiba-tiba saja Laura tersenyum dan menyeringai aneh. "Tidak bisa cara yang halus, kenapa tidak dengan cara yang kasar? Aku buat saja Nyonya Andini drop dan sakit. Tuan Arga pasti akan kemari!.Bodoh kenapa aku tak memikirkan rencana ini sejak awal?" ujarnya kemudian langsung bergegas dan langsung melakukan apa yang dia pikirkan. Laura ke dapur dan membantu ibunya Bi Asi yang sedang memasak makan malam. Kemudian saat ada kesempatan dia menaburkan sesuatu ke hidangan penutup yang biasa hanya dimakan oleh Andini. Saat beberapa menit kemudian Laura tersenyum melihat Andini seperti biasanya makan dengan lahap. 'Reaksinya mungkin lambat, tapi pasti akan membuatnya sakit dan setelah ini tuan Arga pasti akan ke rumah ini lagi. Aku yakin itu karena mana mungkin ada anak yang tega membiarkan ibunya sakit!' seru Laura membatin picik. ***** Rania sedang berjalan sendiri di lorong fakultas ketika seseorang tiba-tiba menarik tangannya, dan membawanya ke sebuah tempat yang sepi. "Apa-apaan sih, kamu?" geram Rania begitu berhasil menepis tangan Regan dan langsung menatapnya tajam. "Kamu yang apa-apaan Rania, kemarin maku bilang cuma keluarga sama Pak Arga, tapi bagaimana bisa kalian terlihat keluar dari restoran dan begitu mesra?" tanya Regan menuntut dan seperti tidak terima. "Aku tidak tahu acara apa yang sudah kamu hadiri sampai pergi bersamanya, tapi aku juga tidak buta atau salah mengenali!" Regan mengeluarkan HP dan memperlihatkan gambar di layarnya. "Kau tidak bisa mengelak lagi, Rania, dan aku tidak mengada-ada. Kau lihat ini, bagaimana Pak Arga terlihat posesif memelukmu, aku pikir itu bukan pelukan seorang saudara lagi!" Rania mengepalkan tangannya geram. "Bukan urusanmu!" "Ini urusanku, karena aku juga melanjutkan pendidikan di kampus ini. Aku tak mau tempatku kuliah menjadi tempat yang tercemar karena hubungan gelapmu dengan Pak Arga!" ujar Regan menyindir. "Kalau tidak suka, silahkan pindah!" seru Rania membalas sengit. "Dan apapun hubungan ku dengan Pak Arga itu bukan urusanmu. Kenapa sih, rese sekali soal diriku. Atau jangan-jangan kamu suka aku lagi?!" tebak Rania asal dan tentu saja walaupun benar Regan tak mengakuinya karena ego yang tinggi. "Cih, suka? Jangan bercanda Rania. Atau setidaknya bicara sedikit hal yang masuk akal. Siapa juga yang mau dengan perempuan aneh sepertimu!" Rania langsung mendengus sambil tertawa. "Pak Arga! Dia suka sama aku, karena dia adalah pacarku!!" seru Rania mengakuinya tanpa takut. Dia percaya dan cukup berpikir cerdik kalaupun laki-laki dihadapannya buka mulut, kalau tak melihat langsung orang lain pasti tak akan percaya. "Pembohong! Mana mungkin Pak Arga mau dengan mu!" ledek Regan tak percaya. Dia percaya Rania cuma membual. "Terserah kamu percaya atau tidak, tapi kau kemarikan HP-mu?!" ujar Rania menyeru. "Aku lihat dulu, jangan-jangan itu cuma editanmu?!" Regan menyerahkannya saja tanpa curiga apapun ataupun menduga, jika saja yang dilakukan Rania hanya untuk menjebaknya. Kesempatan itu digunakan dengan oleh Rania dan gunakan untuk mencari serta menghapus segala sesuatu yang berhubungan dengannya dan Arga. "Nih!" seru Rania mengembalikan HP-nya pada Regan. "Kau memang tak usah percaya dan ... upss, maaf Regan tanganku nggak sengaja kepencet tadi, jadi filenya kehapus!" seru Rania tersenyum miring. Menepuk bahu Regan, kemudian pergi begitu saja dari sana. Melihat itu Regan mengepalkan tangannya, tapi kemudian dia tetap diam dan tak menyusul Rania. Laki-laki itu menatap kepergian Rania dengan marah. "Dasar perempuan sok kecantikan. Cantik-cantik ternyata simpanan dosen! Cih, Rania murah-an!!" geram Regan marah. ***** "Sssttt ... argghhh!" tiba-tiba lagi tangan Rania tertarik oleh seseorang. Namun kali ini dia bukan hanya dibawa ke tempat sepi, tapi juga tertutup. Brak!! Blam! "Apa yang kamu lakukan dengan laki-laki itu di sana. Berani-beraninya kamu!!" geram Arga langsung menyudutkan Rania dan menekannya ke tembok. "Apaan sih, Mas. Aku nggak ada apapun sama cowok rese itu. Si gila itu cuma rese soal hubungan kita dan dia sok-sokan menginterogasi aku," jelas Rania masih tak membuat Arga mundur. "Tapi kenapa kamu membiarkan dia memegangi tanganmu?" tanya Arga serius. "Membiarkan apanya, apa saja yang sudah Mas lihat? Apa keburukannya saja, sampai Mas tidak lihat bagaimana aku menghempaskan tangannya. Ini juga mau di cuci tanganku dari najisnya!" jelas Rania mengeraskan suaranya. Arga terdiam, tapi kemudian dia melepaskan Rania dan menatap istrinya dengan tatapan aneh. Arga mengusap tengkuknya entah karena apa. Sementara itu, Rania ternyata melakukan apa yang barusan dia katakan. Ke kamar mandi dan mencuci tangannya bersih "Sial. Kenapa sih hari ini sial sekali. Apaan lagi tadi, mereka berdua kok suka sekali narik-narik tangan orang? Kayak tak ada kerjaan saja!" *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN