"Lama bangat! Kamu habis dari mana saja Rania?!" geram Arga sambil melipat tangan di depan d**a.
"Aku kuliah Mas ... masih ada kelas tadi. Lagian nggak lama kok cuma dua jam dan kalau pun Mas keberatan, Mas kan bisa pulang duluan!" gerutu Rania kesal seraya kemudian masuk ke mobil setelahnya.
Arga menghela nafasnya kasar, kemudian mengikuti dan masuk ke dalam mobil dulu. "Aku tidak mungkin meninggalkan mu dalam keadaan baru sehat dan ham--" Arga langsung diam ketika menyadari hampir saja mengatakan kebenarannya.
"Ham apa Mas?" tanya Rania penasaran sambil mengerutkan dahi.
"Hak Asasi Manusia," jelas Arga asal.
"Kok ke situ?" protes Rania segera.
"Sudahlah lupakan, tapi ingatlah kalau bukan aku menjemput kamu, maka kamu akan dijemput sopir atau orang kepercayaanku," jelas Arga tegas.
"Kok gitu sih?"
"Apanya yang kok gitu. Aku suamimu dan aku akan memastikan keamanmu," jelas Arga membuat Rania merasakan perasaan aneh yang mengalir menyelimuti sekujur tubuhnya. Dia tak mengerti, tapi rasanya seperti sengatan listrik yang menghangatkan hatinya.
*****
"Pakai itu saja jangan ganti lagi!" seru Arga mengomentari pakaian Rania.
Saat ini mereka mau pergi ke tempat reuniannya Arga dan alumni teman-teman sekolahnya. Rania sebenarnya malas, apalagi hubungan mereka yang agak merenggang belakang ini, tapi karena sudah pernah setuju diapun memaksakan diri.
Tak ada pakaian istimewa, Rania bahkan tampil dengan sederhana dan juga sedikit riasan. Arga tak masalah dengan itu dan justru sangat suka dengan Rania saat ini.
"Ayo," kata Arga langsung menarik tangan Rania dan menggandengnya.
Rania tertegun, tapi tak menolak rangkulan itu. Mereka pun berangkat dan sampai tujuan dengan lancar.
"Arga!" panggil seseorang menyeru begitu mereka masuk.
Arga dan Rania kompak menoleh menemukan seorang perempuan cantik seumuran Arga di sana. Dia berjalan menghampiri mereka, sambil tersenyum dengan manisnya.
"Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" tanya perempuan itu ramah, tapi sayang sekali dia sepertinya tak menganggap ada Rania di sana.
"Baik," jawab Arga singkat dan padat, membuat perempuan itu langsung tertawa lucu.
"Kamu masih seperti dulu, bicaranya suka di irit dan juga pendek.
"Hm ...." Arga cuma berdehem untuk menanggapi, sementara Rania masih jadi penonton setia. Tak di sapa, diapun bersikap sewajarnya dan tak mau repot berramah tamah.
"Baiklah. Baiklah, lupakan itu .... Apa kamu masih ingat kejadian dulu? Kita selalu belajar bersama dan selalu pergi kemana-mana berdua?"
"Ckckckc, kalian dulu kan pacar Angel, tentu saja kemana-mana berdua," jawab perempuan lain yang tiba-tiba sudah bersama mereka saja.
Dia tak sendiri, tapi dengan dua laki-laki lain yang seumuran Arga. "Pura-pura lupa atau sengaja mau mengenang masa lalu?"
"Aku yakin niatmu pasti begitu Angel, dari dulu kamu memang paling pandai PDKT lalu meninggalkan orang pas sayang-sayangnya," timpal temannya lagi.
"Diam kalian dan tolong jangan mengganggu!" peringat Angel merubah nada suaranya. Kalau pada Arga lembut, maka dengan teman-temannya yang lain agaknya Angel ini berbicara kasar.
"Ok baiklah, tapi ngomong-omong siapa gadis cantik yang bersamamu Ga?" tanya temannya yang laki-laki.
Rania yang ditanyakan seperti itu. Langsung menjadi pusat perhatian langsung mundur dan bersembunyi dibalik Arga karena merasa malu. Dia memang pernah reunian, tapi bukan dengan orang yang usianya lebih tua dan juga orang asing, jadi Rania sangat malu karena tak biasa jadi pusat perhatian.
Melihat itu teman-teman Arga kompak tertawa, bukan mengejek, tapi gemas saja dengan Rania. Terkecuali Angel yang bahkan wajahnya langsung cemberut dan langsung menatap tak suka Rania.
"Dia sangat lucu, bukannya begitu?" tanya laki-laki yang menanyakan Rania.
"Jangan menggodanya Theo!" ujar Arga memperingatkan sambil kemudian menarik Rania dan memaksa untuk menggandeng dan mengapit tangannya lagi.
"Kau posesif sekali, apa jangan-jangan dia adikmu Viona yang lucu itu?" tanya teman perempuan.
"Bukan, tapi perkenalkan ini Rania isteriku dan Ran ini Tahlia, Deon dan Theo, teman-temanku," jelas Arga sambil mengusap bahu Rania dan tersenyum ramah. Dia sepertinya lebih akrab dengan kumpulan teman-temannya yang ini.
"Kamu melewatkan Angel, Bro. Apakah kamu sengaja melakukannya?" tanya Theo.
"Aku pikir begitu, siapa juga yang mau mengenalkan mantan apalagi perempuan songong sok kecantikan seperti Angel," kata Deon menimpali. Laki-laki satu itu kontraks sekali tampak tak begitu menyukai Angel.
"Hahaha, sepertinya kamu masih dendam lama sama Angel. Padahal dia bukan cuma mantan Arga, tetapi juga mantan kamu," ujar Tahlia meledek.
"Sudahlah berhenti membahas hal itu, seperti tak ada pembahasan lain dan kalian ini benar-benar tak berubah. Selalu menjengkelkan dan membosankan di saat yang bersamaan!" gerutu Angel.
"Dasar tidak tahu diri. Kau yang tak berubah, sejak dahulu selalu saja begini, suka berkata buruk dan manipulatif!" ujar Deon sambil kemudian berlalu begitu saja.
"Ayolah. Jangan bertengkar begitu. Kita disini untuk bersenang-senang!" peringkat Theo bijak.
Sepanjang acara semuanya berjalan lancar dan di Arga terlihat berbeda. Rania menemukan sisi lain dari suaminya,t ternyata bisa bercanda dan juga ramah pada beberapa teman dekatnya. Dia juga tak merasa diabaikan lagi, karena mereka juga mengajak Rania bicara apalagi Tahlia yang sangat ramah. Ah, ya. Bukan hanya Arga yang membawa pasangan, tapi juga yang lainnya. Karena itu reunian kali ini walaupun dengan orang asing dan cuma datang untuk menemani, tidak begitu canggung menurut Rania. Tak seperti bayangan sebelumnya yang mungkin akan terasa membosankan.
Di samping itu Rania selalu saja mengekori Arga, dan seakan tak mau lepas daripadanya. Angel yang sedari tadi memperhatikan jadi jengkel dan memikirkan sesuatu untuk memisahkan keduanya.
Sampailah pada acara makan bersama, Angel tiba-tiba saja menghampiri mereka, sengaja tersandung dan menumpahkan minumannya ke pakaian Rania. Sehingga hal itu pun membuat Rania tak punya pilihan dan pamit pada Arga ke toilet.
"Kamu istrinya Arga ya?" tanya Angel tiba-tiba saja sudah ada di depan pintu toilet, pada saat Rania selesai dan membukanya.
Rania mengangguk saja dan sama sekali tidak mengeluarkan suara untuk menjawabnya.
"Dengarlah ... jangan terlalu terlena dengan apa yang sudah kau dapatkan sekarang. Dulu aku dan Arga saling mencintai dan aku pikir sampai sekarang masih begitu. Jadi aku harap kau segera paham, mundur teratur sebelum aku singkirkan!" tegas Angel dengan percaya diri.
"Singkirkan saja jika kamu bisa. Ingat kata pepatah agar tidak terlalu terbuai dengan masa lalu yang sudah usai," jawab Rania tiba-tiba berani dan dengan elegan dia menyingkir dari hadapan Angel, lalu pergi begitu saja.
*****