27. Ulah Rania

1020 Kata
Rania menepuk-nepuk kepalanya ringan, mengingat kejadian yang tak bisa dia lupakan. 'Tidak sampai dua puluh empat jam, tapi aku sudah dua kali melihat Mas Arga ... Aaargghhh, kok dia nggak ada malunya sih sama aku?!' batin Rania sambil melamun. Saat ini Arga masuk pagi di kelasnya, dan dia sedang serius menerangkan materi menerangkan materi kuliah di depan sana. Sedangkan Rania yang melamun, lama-lama mengantuk, melipat tangannya di atas meja dan akhirnya tertidur tanpa sadar. Lima menit kemudian seseorang menggebrak mejanya dengan sedikit kasar, membuat Rania langsung saja terkejut dan sontak saja mengangkat wajahnya. Brakk!! "Ii-iyaa sayang, ak-aku bangun!" seru Rania spontan dan sepertinya terbawa mimpi. Membuat teman-teman mahasiswanya yang lain yang juga mengikuti mata kuliahnya Arga langsung saja tertawa lepas. "Hahaha, kocak! Kemarin absen dua kali sekarang panggil sayang!!" seru seorang mahasiswa dengan berani. "Rania habis mimpiin Pak Arga jadi pacarnya kali!" ceplos Selvi lebih heboh lagi. "Abis mimpiin apa, Ran?!" timpal Gama. Mendengar itu, Rania malu setengah mati. Menundukkan kepalanya kemudian meremas permukaan telapak tangannya dengan gugup. "Sudah-sudah, berhenti bercandanya!" tegur Arga dengan nada pelan. Agaknya itu mengherankan diawal, tapi kemudian cukup memukul seperti biasanya. "Saudari Rania silahkan keluar dan lanjutkan tidurmu di luar. Rangga, Gama dan Selvi kalian juga. Tidak ada tempat di kelas saya untuk mahasiswa pembuat onar seperti kalian!" lanjut Arga dengan dingin dan tanpa hatinya. Mendengar hal itu, mahasiswa yang lain langsung diam dalam seketika. Kelas hening dan sunyi langsung bertolak belakang dengan beberapa menit sebelum Arga bicara ***** "Ini semua gara-gara kamu Rania. Kurang kerjaan bangat sampai tidur dikelas. Ngapain aja sih semalam sampai bisa gitu?" tanya Selvi kepo dan geram di saat yang bersamaan. Rania mendengus kasar karena tak suka dengan nada suara serta kalimat Selvi, tapi kemudian dia teringat dengan ucapan Selvi di kelas. "Sayang-sayangan sama Pak Arga, puas kamu?" ketus Rania mengembalikan kalimat Selvi saat mereka di kelas. "Yang benar saja. Pak Arga mana mau sama perempuan modelan kamu!" balas Selvi merendahkan. "Modelan seperti apa maksud kamu?" tanya Rania marah. Dia sudah terbawa geram saat di kelas, karena gara-gara omongan Selvi, dia beberapa saat lalu bertambah malu luar biasa. "Modelan cewek bawel yang punya mulut mirip kenalpot bocor," balas Selvi terang-terangan. Membuat Rania tak tahan lagi dan langsung menjambak kepala Selvi di detik setelah Selvi menyelesaikan ucapannya. "Apa katamu, aku kenalpot bocor? Kamu tuh radio rusak, kerjaannya menyulut emosi orang terus!!" "Enak saja! Radio rusak, sadar kenalpot bocor. Kamu memang kenalpot bocor yang nggak tahu diri!!" balas Selvi balas menarik rambut Rania. Keduanya jadi saling menjambak dan bahkan mencakar. "Rasakan ini kenalpot bocor, kamu pikir cuman kamu yang bisa menjambak rambutku?!" "Aaargghhh, lepas ... sakit radio rusak!!" geram Rania yang kemudian mempererat tarikannya. Mereka terus begitu, lupa kalau mereka bahkan masih di depan kelas di mana Arga sedang mengajar. "Astaga!!" ujar Arga kesal begitu dia keluar untuk memeriksa sumber suara yang terdengar sampai ke dalam kelas. Arga mengusap wajahnya kasar kemudian menghampiri keduanya dan langsung memisahkan mereka. "Apa-apaan sih kalian? Dasar biang rusuh, kamu juga Gama. Kenapa malah berdiam diri di sana? Ayo bantu saya untuk memisahkan mereka!!" geram Arga. ***** Pertengkaran itu sampai ke telinga ketua prodi dan membuat Rania dan Selvi mendapatkan teguran serta peringatan. Selesai dengan itu, Selvi bebas, berbeda dengan Rania dan kini giliran Arga yang menegurnya. "Memalukan!!" geram Arga saat mereka sudah di dalam ruang dosen milik Arga pribadi. "Apa maksudmu melakukan hal kekanakan seperti itu Rania? Apa kamu sudah hilang akal sehatmu, makanya bertingkah kekanakan begitu. Kamu mempermalukanku suamimu, membuatku hilang muka mempunyai istri seperti kamu!!" "Dia yang mulai Mas dan dia yang cari gara-gara. Selvi itu selalu saja begitu suka sekali membuat orang lain geram," jawab Rania mencoba membela diri. "Jangan menyalahkan orang lain atas kesalahanmu sendiri!" tegas Arga memperingatkan. "Aku tak salah!" jawab Rania keras kepala. "Selalu saja begitu, kamu tidak bisa mengakui kesalahanmu sendiri. Apakah kamu memang sesulit ini untuk diberitahu?!" sarkas Arga menatap tajam. Rania menundukkan kepala dan menghela nafasnya panjang. Sedikit disadarkan berkat ucapan Arga. Harusnya memang dia tak usah meladeni Selvi si radio rusak itu. Meladeni orang gila sama saja menjerumuskan diri sendiri untuk ikut gila. "Maaf," ujar Rania akhirnya mengalah. "Kamu pikir permintaan maaf mu cukup?!" bentak Arga cukup keras. Dia masih terbawa emosi karena mahasiswa memang tak tahu Rania istrinya, tapi para dosen tahu hal itu. Tak ada yang disembunyikan pada teman-teman seprofesinya, dan itu semua dilakukan supaya tak ada masalah dikemudian hari tentang hubungannya. Namun karenanya sekarang Arga jadi malu mengingat perangai buruk istrinya diketahui rekan kerjanya. "Lalu Mas maunya apa? Aku berlutut dan menjilati kakinya Mas, begitu?!" sarkas Rania kembali terbawa kesal karena ucapan Arga barusan. "Ya, jilatlah supaya aku yakin!" seru Arga dengan serius. Rania mengepalkan tangan, marah mendengar hal itu, tapi kemudian hal tidak Arga duga pun terjadi. Entah apa yang Rania pikirkan, tapi detik berikutnya, perempuan itu malah jongkok dan segera bersimpuh di kaki Arga sembari bersiap melakukan apa yang Arga inginkan. "Kamu gila! Apa yang kamu lakukan?!!" teriak Arga cukup syok karena perbuatan Rania. "Berdiri, dan jangan lakukan itu Rania!!" bentaknya melanjutkan sambil kemudian menarik istrinya berdiri dengan cara yang cukup memaksa. "Apakah kamu sudah habis kewarasan sampai bodohnya melakukan hal itu? Rania aku tidak serius, aku tidak pernah mau kamu menjilati kakiku, aku hanya menggertak," jelas Arga sambil menangkup kedua belah pipi istrinya dan memaksanya agar mereka berhadapan. "Mas pikir aku bodoh? Lepas!" ujar Rania langsung menepis Arga kasar. "Rania sadarlah. Kenapa kamu jadi begini" tanya Arga geram. "Seperti begini apa, maksudnya aku kesurupan begitu?" "Aku tidak mengatakan hal itu ya, Ran. Kamu sendiri yang mengakuinya," jawab Arga. Hal itu pun membuat Rania seperti punya kekuatan dan akhirnya berhasil melepaskan diri dari Arga. Begitu sukses, Rania berlari cepat dan segera kabur dari sana. Tak lupa sebelumnya, Rania menyempatkan diri menghempaskan pintu ruangan Arga dengan cukup keras, sebab masih terbawa kemarahannya. "Sial. Kenapa perempuan satu itu sulit sekali dibilangin dan susah sekali ditebak?!" geram Arga pada dirinya sendiri sambil menatap pintu keluar yang barusan Rania lewati. Mengusap wajahnya kasar kemudian menyugar rambutnya kebelakang. "Rania kenapa kamu suka sekali membuatku pusing? Ah, begini ternyata rasanya mempunyai pasangan yang jauh lebih muda. Sikap kekanakannya seringkali sulit diatasi dan itu sedikit membuat frustasi!!" *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN