Ada yang mengintai

1204 Kata
Setelah selesai meneliti pulau seberang. Felix kembali menuju ke kota. Dia tidak langsung balik ke kota tempat tinggalnya. Saat semua temannya masih bertugas. Dia hanya bisa diam di dalam hotel sembari mengumpulkan semua bukti. Dan, bahkan dirinya bisa membantu kerja temannya hanya dengan duduk menatap laptopnya. Felix berperan sangat penting dalam tim. Instingnya sangat kuat. Ketahuan pendengarannya dan penglihatannya mampu mendeteksi para musuh yang tidak terlihat sekalipun. Bahkan dia bisa menemukan pelaku yang susah di temukan. Felix menginap di sebuah hotel. Saat dirinya merasa sudah terlalu lelah bekerja seharian. Tak lama saat dia sedang bersantai di balkon. Dia mendengar dering ponsel dalam saku celananya. Felix tau siapa yang menghubunginya. Pasti itu salah satu timnya. Tanpa melihat layar ponselnya lebih dulu. Dia mulai mengangkat panggilan telfon itu. Dengan wajah tampak serius. “Hallo.. Ada apa?” Tanya Felix dari balik telepon genggam milik nya. Sebuah panggilan dari seseorang teman satu team dengan nya. Saat temannya masih di jepang menyelidiki kasus yang masih belum juga terpecahkan setelah satu hari berada di sana. Sementara Felix masih berada di sebuah hotel dekat dengan pulau terpencil yang saat ini dalam penyelidikannya. Dia tidak mau tidur di desa itu, apa bahaya yang akan mencintainya semuanya Felix sudah tahu dan menduganya dari awal. “Dimana kamu sekarang?” Tanya Yuan. “Aku masih ada tugas, jika penyelidikan aku selesai ak akan pergi menyusul kalian di sana.” Jawab Felix, dia berdiri di atas balkon, kedua siku tangan menempel di atas pagar balkon. Badan sedikit menunduk, salah satu kaki ditekuk condong ke depan. Kedua matanya mengamati kebawah pemandangan kota di sana sangat indah, lampu yang begitu terang menyinari kota, beberapa orang yang berjalan bergandengan tangan dengan teman atau kekasih mereka. Terlihat sangat kecil dari atas, gedung pencakar langit yang dihias dengan gemerlap lampu warna yang sangat indah. Bahkan beberapa iklan dan video 3d berada di beberapa gedung. Kota yang tampak sangat ramai, dan terlihat dari ujung kota pemandangan pantai. Namun tampak gelap dari pada kota. Sepertinya tidak ada penerangan sama sekali di sana. Felix mengerutkan keningnya dalam-dalam, dia menyipitkan ujung matanya. Sembari menggerakkan tubuhnya, mengubah posisinya dia berdiri lebih tegap. “Felix.. Kenapa kamu diam saja?” Tanya Yuan. “Eh.. Iya, ada apa?” Felix kembali fokus pada panggilannya, dia mencoba menghiraukan apa yang menurutnya ada hal yang aneh. Kemanapun dia pergi, kedua mata yang bisa dibilang punya kelebihan mampu mengamati apa yang terjadi di sekitarnya dengan begitu cepat dan mudahnya. Felix menghela napasnya, dia membalikkan badannya, dan berdiri menyandarkan punggungnya di pagar balkon. “Bagaimana situasi di sana?” Tanya Felix, dia berdiri tegap beberapa detik, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu balkon, dan tak lupa menarik gorden panjang di pintu dan dinding kaca hotel itu. “Semuanya masih terlihat tenang, tidak ada tanda yang janggal.”kata Yuan. “Lebih baik kamu datanglah kesini, kami juga butuh bantuan kamu. Bagian indra penglihatan dan penciuman kamu jauh lebih tajam dari kita.” Saut Bella, yang ikut menyela pembicaraan mereka dari telepon Yuan. Dia mengambil paksa telpon Yuan hanya karena ingin menjelaskan pada Felix tentang apa yang terjadi. “Tapi, kami sudah menemukan beberapa hal yang janggal. Beberapa bukti sudah dikumpulkan polisi. Aku hanya menyimpan beberapa gambar yang aku foto tadi. Nanti aku kirimkan padamu. Jika kamu mencurigai salah satu katakana padaku. Aku juga akan mengirimkan foto korban, dan beberapa luka yang ada di leher bahkan tubuhnya.” “Kirimkan semuanya padaku sekarang.” “Kamu sekarang dimana?” Tanya Bella. “Aku masih di sebuah pulau. Setelah itu, aku akan kembali ke kota. Menyelidiki kasus yang pertama. Boss meminta aku kembali ke sana. Ada beberapa yang masih terlihat fiktif. Pelaku yang ditangkap polisi ternyata juga korban seseorang.” “Maksud kamu?” Tanya Yuan. Menyela pembicaraan, dia mengambil kembali ponselnya dari tangan Bella. “Jadi selama ini semuanya masih belum selesai?” “Kalian bisa selesaikan semuanya tidak?” Tanya Felix. “Maksud kamu?” Tanya Bella bingung. “Bukanya Delon dan Shinta sudah kembali. Mereka dapat panggilan dari bos, untuk mengusut semuanya.” Felix menoleh cepat. Dia menyipitkan matanya. Saat melihat ada sebuah serangga yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. Merasa ada yang aneh dengan ruangan kamar yang ditempatinya. Felix menyipitkan matanya, sorotan mata itu mulai menajam melihat sekelilingnya. “Felix, apa ada sesuatu lagi?” Tanya Yuan dari balik telpon, dia sudah tau apa yang dirasakan Felix, saat dia telpon dan Felix hanya diam saja, jika tidak ketiduran. Dia pasti melihat sesuatu yang janggal di sekitarnya. “Nanti aku hubungi kembali, ada sesuatu.” Kata Felix dengan nada terburu-buru. Felix mematikan ponselnya begitu saja. Pandangan mata Felix mencoba mencari dimana lalat itu. Dia merasa ada yang mengikutinya sekarang. Felix memasukan ponselnya ke dalam saku. Dia, segera mengambil jaket miliknya yang tergeletak di atas sofa. Dengan langkah terburu-buru dia memakai jaket dan segera berjalan cepat keluar dari kamarnya. Kali ini Felix tidak melepaskan wajah penyamarannya. Dia tidak mau ada yang tahu nantinya siapa dirinya. Felix mengeluarkan ponselnya, melihat deteksi yang mencurigakan dari ponselnya. Dia merasa tidak ada yang mencurigakan di luar. Setelah beberapa saat keliling di sekitar kamarnya. Semua pintu hotel di sana tertutup. Dan, tidak ada yang mencurigakan. Jika memang ada yang menggunakan lalat beracun untuk membunuhnya. Berarti dia sudah tahu keberadaannya. Dan, sengaja mengikutinya sampai ke hotel. Sebelumnya Felix saat di balloon kamarnya dia melihat sebuah perahu yang terlihat sedikit aneh, bukan terbuat dari besi pada biasanya. Tetapi terbuat dari kayu seperti kapal yang ada di pulau yang tadi pagi dia singgahi. Semua orang di pulau itu lebih banyak diam, tidak ada yang saling berbicara sama sekali dengannya. Dan, mereka hanya mengamati wajahnya. Tidak menyapa atau bahkan memberikan senyum. Felix merasa dirinya terus di berikan tatapan tidak suka dari penduduk sekitar. Merasa tidak enak dengan mereka. Setelah keliling desa. Felix segera pergi. Dia berencana untuk datang kembali lain kali bersama salah satu temannya. Felix kembali masuk ke dalam kamarnya, dia segera pergi untuk beberes. Felix berencana untuk pergi dari hotel itu. Keberadaan dirinya sudah tercium oleh musuh. Kali ini Felix melepaskan topengnya dan mulai memakai topeng wajah baru untuk penyamarannya. Suara lalat berdengung di telinganya. Felix memakai sarung tangannya segera, dan mulai menangkap lalat itu. Sarung tangan itu sudah dilengkapi dengan perlindungan khusus agar tidak mudah terkena racun dari benda-benda disekitar atau bahkan hewan berbahaya sekalipun. Felix segera membunuhnya, memasukan lalat kecil itu ke dalam kantong plastic clip kecil. Dan, menutupnya rapat. Setelah selesai, dia memasukan ke dalam kotak penelitiannya. Dan, segera memasukan semua barang ke dalam koper miliknya. Felix menautkan kedua alisnya. Dia mulai memasang indera pendengarannya yang tajam, mencoba mendengarkan suara di sekitarnya. Kedua mata diam, namun bola mata sekana memutar melihat sekeliling ruangan itu. Aron beranjak berdiri berjalan mengelilingi ruangan kamar itu, dia membuka semua lorden. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Hingga pandangan matanya tertuju pada gedung yang berada tepat tak jauh dari hotel itu. Felix mengambil teleskopnya, dia melihat di luar hotel itu dari balik ruangan, Felix menutup gordennya, dia bersembunyi di balik gorden. Tepat di seberang jalan, ada seseorang yang sepertinya sedang mengintainya. Seorang yang berpakaian serba hitam dengan jubah hitam wajah yang tertutup oleh topi jubahnya. Aron menarik kembali teleskopnya. Dia segera beranjak dari sana. Tanpa meninggalkan bekas apapun yang tertinggal di hotel itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN