Pov Bella.
“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Bella pada Yuan.
Laki-laki itu terlihat begitu santainya duduk di sofa menatap laptopnya. Jemari tangannya begitu lihainya menyentuh setiap huruf keyboard laptopnya. Kedua mata itu terlihat fokus dengan layar laptopnya. Yuan sama sekali tidak pedulikan Bella yang bertanya padanya, dan duduk di sampingnya.
“Yuan..” teriak Bella.
“Apa sih, aku masih sibuk.” Jawab Yuan.
“Kamu sudah kirimkan semua yang aku kasih ke kamu tadi.”
“Kirim ke siapa?” Yuan melirik beberapa detik melihat wajah Bella. Lalu, kembali fokus pada layar laptopnya lagi.
Bella berdengus kesal. Dia menepuk keras bahu Yuan.
“Aku sudah bilang padamu, kirim ke Felix. Kenapa kamu bisa lupa.” Kesal Bella. Tubuhnya seketika lemas.
Yuan menghentikan jemari tangannya yang sedari tadi sibuk dengan huruf-huruf di keyboard laptopnya. Bagi Yuan, itu adalah makanan sehari-harinya sebagai seorang hacker. Dia bisa meretas apa saja yang dia mau. Tetapi dirinya tidak pernah melakukannya. Bahkan teman kerjanya tidak ada yang tahu jika dia adalah seorang hacker. Dia menyembunyikan semua datanya. Bagi temannya, dia mungkin hanya mencoba bermain saja. Saat dia melakukan tugasnya untuk melakukan pelacakan orang dan dibayar dengan gaji yang fantastis. Yuan bekerja secara diam-diam. Hanya Felix yang tahu, karena da juga punya hal yang tersembunyi juga sama seperti Yuan. Tidak ada teman lainya yang mengetahui hal itu.
Yuan menggerakkan kepalanya pelan, dia menoleh ke arah Bella dengan tatapan bingungnya. Bella yang ikut menatap kedua mata Yuan. Dia memicingkan salah satu matanya, menarik sudut bibirnya, Terasa ada yang aneh dengan tatapan Yuan.
“Ada apa denganmu?” Tanya Bella bingung, dia menarik sedikit kepalanya ke belakang. Terlihat was-was dengan pandangan mata Yuan di depannya.
“Jangan bilang jika kamu mulai tertarik denganku.” Kata Bella.
Mendengar hal itu Yuan seketika melebarkan matanya, pupil matanya seakan mau keluar dari kerangkanya. Dia begitu terkejut mendengar kata tertarik.
“Maksud kamu tertarik dengan kamu begitu?” Tanya Yuan. Dia mengusap dadanya sambil menghela napasnya.
“Sabar.. sabar.. Aku selalu saja di tuduh wanita seperti itu. Apa tatapan mataku menggoda.” Goda Yuan, menarik turunkan alisnya. Bella mengusap wajah Yuan. Dan, beranjak dari duduknya.
“Jangan bercanda, sekarang aku mau kamu segera kirimkan file data yang sudah aku susun. Kirim segera pada Felix, dia pasti sedang menunggu data dariku.” Kata Bella dengan nada khas wanita yang sedikit cerewet. Berbicara sedikit cepat.
Yuan berdengus kesal. “Baiklah tenang saja. Sekarang, Felix pasti masih sibuk. Jadi sudah lebih baik jangan ganggu dia dulu. Kita tenang saja. Biarkan dia menyelesaikan masalahnya sekarang.’
Bella yang semula berdiri membelakangi Yuan, dan kedua kakinya sudah siap untuk melangkah menjauhi Yuan. Seketika dia mengurungkan niatnya untuk pergi. Bella tertegun sejenak, perlahan Bella mulai menggerakkan kepalanya Sembilan puluh derajat melirik ke belakang menatap Yuan yang masih berdiri dengan posisi lurus kedepannya. Menatap ke arahnya.
“Maksud kamu? Apa Felix dalam bahaya sekarang?” Tanya Bella santainya.
“Aku tahu dari cara dia bicara. Dia pasti tahu sesuatu yang mencurigakan. Jadi, jika dia tidak menghubungi kita. Jangan kirimkan file dulu. Dia juga pasti belum sempat membuka email kita. Sekarang, Felix pasti sangat sibuk sekali. Santai saja, semuanya jangan terlalu terburu-buru.” Jelas Yuan.
“Dari mana kamu belajar mengamati dari cara bicaranya jika dia dalam masalah. Memangnya kamu melihatnya secara langsung. Atau Kamu video call Felix?” berbagai pertanyaan dari Bella di tujukan pada Yuan.
Bella membalikkan badannya, berjalan kembali menghampiri Yuan. Dia menganggukkan kepalanya dua kali.
“Sekarang ternyata kamu banyak kemajuan juga dalam mengamati seseorang. Jika kamu terus seperti ini. Kamu juga bisa seperti Felix. Tapi, bagiku masih sama. Felix belum ada duanya jika dalam ketajaman untuk mengusut semua tindak kejahatan. Dan, saat ini aku tidak akan tinggal diam lagi. Aku juga harus lebih cerdas dari kalian semua.” kataBella sembari tersenyum sumringah, dia menepuk dua kali lengan Yuan. Lalu membalikkan badannya dan segera pergi dari sana. Tanpa menunggu jawaban dari Yuan lebih dulu.
Yuan mengedipkan kedua matanya berkali-kali. Dia menggaruk kepala belakangnya yang tak terasa gatal. Wajahnya terlihat bingung dengan tingkah Bella.
“Ada apa dengannya. Apa dia salah minum obat tadi? Kenapa dia bisa seperti cacing kepanasan. Apa dia sudah mulai memberi semangat dirinya sendiri.” Gerutu Yuan, dia menggelengkan kepalanya. Dan, mulai kembali fokus pada kerja nya semula. Dia mencoba melacak keberadaan Felix sekarang. Dan, dia juga bisa mengambil alih semua cctv yang ada di hotel dimana Felix tinggal sekarang. Dia melihat Felix pergi dari sana dengan langkah terburu-buru. Yuan, menatapnya dengan sangat serius. Jari telunjuk dan ibu jari menyentuh dagunya. Dia mulai memutar otaknya untuk membantu Felix. Kali ini, Yuan yang memberikan bantuan Felix dari kejauhan dari kecanggihan ponsel yang dimiliki Felix semua dalam kendali Yuan. Mereka saling bantu sama lain. Tidak ada yang boleh tau akan hal ini. Karena mereka pasti akan mencari tahu tentang hacker yang mencoba membuat masalah. Jika identitas tahu, semuanya bisa terkena hukuman.
“Felix, pergilah keluar. Di gedung B ada seorang yang berada di atas ketinggian kedung. Sebentar lagi ada helikopter yang akan datang menjemputnya. Tidak hanya dia, di setiap ruangan gedung B. Aku melihat dari cctv gedung itu. Ada 3 orang di depan pintu yang tampak sangat mencurigakan. Mereka terus mengamati sekelilingnya. Dan, di lantai dua. Ada beberapa yang berjalan mondar mandir mengecek setiap tamu yang datang. Dan, di lantai paling atas hanya seorang berjubah hitam sendiri, dan satu yang mengawasinya dari kejauhan.
“Baiklah, aku tahu. Aku hanya bisa melihat satu orang di teleskop. Tapi aku juga tahu satu hal tentang ini.” Kata Felix, mereka saling berbicara memakai alat yang memang sengaja di tempelkan di kerah bajunya.
“Felix, mematikan ponselnya. Dia segera berjalan menuju ke gedung yang ada di seberang jalang. Laki-laki itu sengaja meninggalkan kopernya di sebuah taksi yang entah kemana pemilik taksi itu. Mobilnya terparkir di depan hotel. Felix dengan cepatnya terus berlari. Tanpa ada rasa takut sama sekali dalam dirinya. Aplagi banyak seklai penjaga di dalam gedung itu.
“Felix.. Felix..” panggil Yuan, suara kecil Yuan terdengar di telinga Felix.
“Iya, bentar. Aku sudah berada di gedung. Aku matikan dulu. Kita sambung lagi nanti.”
“Bentar Felix, aku mau beritahu kamu sesuatu. Disana sangat bahaya.” Belum sempat mendengarnya, Felix sudah mengambil alat pendengarnya. Memasukan ke dalam saku jaketnya.
“Felix.. Felix..” sementara Yuan terus memanggil tanpa dihiraukan oleh Felix.
"Felix… Kamu dalam bahaya. Felix.. Aku mau bicara denganmu. Felix…" Yuan tidak hentinya terus memanggil nama Felix. Tetap saja Felix tidak mendengar ucapan Yuan. Yuan menghembuskan napasnya kesal. Dia memukul meja sangat keras. Membuat Bella yang semula berada di kamarnya ketika beranjak. Dan berjalan keluar dari kamarnya.
"Shiit…" Yuan melepaskan alat pendengarannya. Meletakkan di atas meja. Dia mengusap wajahnya, Yuan tampak sangat frustasi. Dia mulai khawatir dnegan temannya itu.
"Apa yang harus aku lakukan. Sekarang gimana dengan Felix. Sepertinya aku harus menghubungi yang lain." gerutu Yuan. Posisinya yang sangat jauh dengan Felix membuat dirinya tidak bisa berkutik apapun.
Bella berlari keluar. "Ada apa?" tanya Bella bingung.
"Apa ada yang mengintai kita?" tanya Bella. "Atau, ada orang yang menyusup masuk ke tempat kita. Atau, ada orang lain."
"Ini di Jepang Bella, kamu diam saja. Penyusup pasti juga ada. Tapi kita diam-diam saja jangan menunjukan hal yang mencurigakan. Pada mereka. Tenang saja."
"Terus kenapa kamu menggebrak meja."
"Aku tahu, tapi ini masalah Felix. Kenapa dia masuk ke dalam perangkap yang mereka buat."
"Perangkap apa?" tanya Bella, dia mengerutkan alisnya bingung dengan ucapan Yuan.
"Apa kamu baru saja berbicara dengan Felix?"
Yuan terdiam seketika. Bella tidak tahu tangisannya dengan Felix. Yuan terdiams eketika. Dia bingung berbicara apa pada Bella. Apalagi Bella terus bertanya padanya. Yuan memutar otaknya untuk mencari alasan agar Bella tidak terus memikirkannya dengan pertanyaan yang bisa saja membuat dirinya keceplosan berbicara tentang rahasia dirinya dan Felix.
Bella mengerutkan wajahnya. Kedua matanya terus menatap ke arah Yuan. Dia menunggu jawaban dari laki-laki itu.
"Kenapa kamu hanya diam?" tanya Bella.