Episode 13 : Jaga Jarak

1248 Kata
Willy memiliki kehidupan nyaris sempurna. Orang tua yang sangat peduli, harta yang berlimpah, juga, fisik yang membuat mata-mata betah memandang Willy. Kulit Willy putih bersih, tubuh jangkung, rambut lurus berwarna hitam dengan poni yang menutupi wajah dan beberapa saat lalu baru saja Rossa jepit pink. Willy yang memiliki lesung pipit sampai terlihat cantik karenanya. Rossa mamah Willy sangat memanjakan Willy, selain Willy yang nyaman-nyaman saja diperhatikan. Di mata Diana, Willy bukan tipikal manja. Willy hanya berusaha menghargai apa yang didapat termasuk perhatian sang mamah, dan biasanya akan membuat kebanyakan pemuda di luar sana tidak suka bahkan marah meski itu kepada mamahnya sendiri. Kehidupan keluarga Willy benar-benar hangat meski hanya menjadikan Willy sebagai anak tunggal, setelah Winona kakak Willy meninggal. Lantas, kenapa Willy justru memilih menjalani hidup susah hingga akhirnya bertemu dengan Diana? “Sayang, masak yang enak, ya!” seru Rossa sambil melambaikan tangan. Rossa menatap ke kaca jendela dapur. Di balik jendela dapur tampak Willy yang sedang sibuk mencuci sayuran seperti paprika, tomat, jamur enoki dan entah apa lagi. Rossa tidak begitu jelas melihatnya apalagi selain mereka yang ada di ruang berbeda, jarak mereka ada sekitar sepuluh meter. Tak beda dengan Rossa, diam-diam Diana juga memperhatikan Willy. Diana baru tahu jika bocah yang langsung menyukainya pada pandangan pertama itu juga pandai memasak layaknya apa yang tengah Rossa ceritakan. “Mirip papahnya. Mereka cocok banget pokoknya. Namun ya itu, mereka masaknya makanan orang bule, sedangkan Tante sukanya masakan Indo.” Satu hal lagi yang membuat Diana merasa Willy sangat beruntung. Mengenai Rossa yang sangat friendly dan selalu menyikapi segala sesuatunya dengan hangat sekaligus terbuka. Kepada Diana saja, Rossa langsung memperlakukan Diana seperti teman sendiri. Diana dan Rossa tengah duduk santai di kursi kayu yang ada di teras menghadap kolam ikan. Kolam ikan di sana berbentuk persegi panjang berisi banyak ikan koi berukuran besar. Sedangkan di setiap sudutnya dihiasi patung malaikat kecil berwarna putih yang menyemburkan air mancur dari mulutnya. Itu juga yang membuat suasana di sana terbilang berisik, meski suasana asri dari taman yang mengelilingi membuat Diana merasa sangat nyaman sekaligus betah. “Omong-omong, kalian sudah kenal berapa lama?” tanya Rossa. “Baru kemarin, Tan. Baru sekitar sepuluh hari.” Sebenarnya, Diana merasa malu menyebutkan usia perkenalannya dengan Willy. Namun, hingga detik ini, Diana berusaha menyikapi keadaan dengan sesantai mungkin layaknya Rossa. Meski tentu, hati Diana sudah terlampau berisik, meronta-ronta menyadarkan Diana untuk menjaga sikap. Keluarga Willy keluarga kaya. Hati-hati, karena hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Kamu akan sangat disayang dan mendapatkan kebahagiaan semanis madu, atau kamu justru mati dan sampai menyeret keluargamu, Di. Hati kecil Diana berbicara. Namun jika melihat posisimu, kamu harus jauh lebih berusaha keras bahkan meski kamu hanya bertahan di sisi Willy sebagai teman. “Wah ...? Sepuluh hari? Ya ampun, nekat banget yah, tuh anak! Papahnya saja dulu enggak gitu!” Diana kembali memasang senyum terbaiknya meski Rossa juga kembali tertawa lepas di beberapa bagian obrolan mereka. Rossa menggunakan tangan kanan untuk menutupi mulut. Jemari tangan Rossa tampak sangat terawat berhias cincin berlian di setiap jari manisnya. Tadi, di awal pertemuan, Diana yang sadar Rossa sangat merawat diri, sampai ragu bersalaman. Diana merasa sangat minder karena semenjak menikah dengan Romi, tangan Diana menjadi sangat kasar. “Oh, iya, Di, kamu ini kelahiran tahun berapa, sih?” “Bulan kemarin usia saya genap dua puluh dua tahun, Tan.” “Bulan kemarin kamu ulang tahun? Yah ... kelewatan, dong.” Hingga detik ini, hal yang paling Diana takutkan adalah ketika Rossa maupun pihak Willy lainnya, sampai menanyakan status Diana. Mengenai pernikahan Diana berikut semua yang ada di dalamnya dan sudah Willy ketahui. “Kamu itu seumuran sama Winona kakaknya Willy. Pantas Willy langsung nempel ke kamu. Bahkan Tante yakin, dia maksa kamu buat ke sini, kan?” lanjut Rossa yang kembali tertawa. Meski Diana juga kembali menanggapi Rossa dengan senyum terbaik, apa yang Rossa katakan barusan langsung membuat Diana tertampar. Rossa jelas baru saja memperingatkan Diana secara halus. “Kalau Willy maksa terus, kamu jaga jarak saja, ya. Willy memang anaknya gitu, jadi jangan diambil hati.” Tangan kanan Rossa menepuk pelan bahu kiri Diana. Benar-benar seperti keyakinan Diana, Rossa sedang memperingatkan Diana secara halus. “Ikuti saja apa yang Willy mau, tapi enggak usah dianggap serius. Namanya juga anak kecil, masih labil.” Diana mengangguk-angguk. “Iya, Tan. Dari awal aku juga gitu. Apalagi aku juga punya adik seusia Willy dan sekarang lagi di luar negeri.” Rossa mengulas senyum dan kemudian menahan senyumnya. Tangan kanannya beralih membelai kepala Diana. “Awal kenal Willy ceritanya gimana?” “Dia lempar koran ke rumah terus kena aku, Tan. Aku pikir Willy cuma tukang koran iseng, tapi di setiap aku order makanan apa barang, selalu dia yang antar.” “Memangnya Willy enggak cerita, dia siapa ke kamu?” Tanpa mengalihkan tatapannya dari kedua manik mata kecokelatan milik Rossa, Diana menggeleng. “Enggak, Tan. Aku tahunya hari ini juga, ya ini sekarang. Namun kalau disuruh milih, tentu aku lebih nyaman pas aku enggak tahu siapa sebenarnya Willy. Aku lebih nyaman dekat sama Willy yang tukang ojek.” Rossa masih menatap serius Diana dengan tangan kanannya yang juga masih membelai kepala Diana. “Kenapa kamu nyaman dekat sama tukang ojek?” “Enggak ada larangan bergaul dengan tukang ojek, kan, Tan?” Sakit, tentu saja Diana merasakannya sekalipun ia sudah terbiasa mendapatkannya dari Romi setelah pria itu menjadikannya buddak berkedok istri. Diana dapati, Rossa yang tak lagi tertawa. Wanita cantik yang dari ujung rambut hingga kuku sangat dirawat itu menjadi tidak bersemangat. Diana curiga kenyataan tersebut terjadi karena dirinya. “Kalau gitu, bagi nomernya dong, Di. Biar kita bisa kabar-kabar.” Rossa meraih ponselnya dari meja di hadapannya. Ia siap mencatat nomor Diana di ponselnya. Kali ini Diana langsung gugup. Ponsel? Diana belum membeli ponsel baru. Diana masih memegang ponsel Willy dan tak mungkin juga Diana menceritakannya. “Dari kemarin ponselku rusak, Tan. Dan aku memang belum sempat beli apalagi aku bukan tipikal yang merhatiin ponsel.” “Lha, terus, kalau mau hubungi kamu, gimana? Sekarang kamu tinggal di mana?” Sudah Diana duga, pertanyaan itu akhirnya tiba. “Di rumah suami, Tan.” Diana berusaha tegar. “Hah ...? Terus suamimu tahu hubungan kamu sama Willy?” lirih Rossa syok. Rasa nyeri yang begitu kuat tiba-tiba saja memilin ulu hati Diana. Diana sampai kebas tak kuasa menahan sakit di ulu hatinya. “Sampai detik ini saya masih berusaha jaga jarak dari Willy, Tan. Dan saya yakin, Tante tahu apa yang terjadi. Moga pelan-pelan bisa, semoga Willy bisa bosen bahkan lupa ke aku.” Diana meyakinkan. Susah payah ia bertahan untuk tetap tegar. “Makasih banyak, yah, Di. Tante tahu kamu wanita baik-baik. Tante doain, semoga urusan kalian cepat beres.” “Apa yang Tante lakukan juga akan saya lakukan, kok, Tan. Enggak cuma ke anak, keluarga dan orang dekat, sebisa mungkin saya juga jaga apalagi dalam sebuah hubungan yang sering rugi itu wanita.” Balasan kali ini membuat Rossa merasa tertampar. Namun, seperti apa yang ia lakukan dari awal, ia terus bersandiwara dan tersenyum bahagia. Rossa berdeham kemudian beranjak. “Ya sudah, nanti kalau Willy ke luar negeri, semuanya juga akan lebih mudah. Bahkan kalian bisa jaga jarak lebih gampang.” “Amin, Tan.” Diana memang sakit hati, wanita cantik itu kembali terluka. Namun, Diana sama sekali tidak marah apalagi membenci Willy sekeluarga khususnya Rossa. Diana sadar diri karena statusnya memang serba salah. Tentunya, berdoa agar hari esok lebih baik masih menjadi satu-satunya hal yang bisa Diana lakukan. Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN