Zia berlari dari luar kantor terburu-buru, dia bangun kesiangan akibat semalaman menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Reikhan.
Saat dia sampai dikantor untungnya dia belum telat, dia tidak sempat bersisir tadi karena terburu-buru, jadi saat dia berada didalam lift dia menyisir rambutnya dengan tangan. Pintu lift terbuka lagi sebelum naik ke lantai atas. Dia tidak menyadari siapa yang masuk kedalam lift itu karena terlalu sibuk membenarkan rambutnya.
"apa kau terlambat miss. Ara?"
Zia melihat orang yang menyapanya.
"ehm, Sepertinya tidak sir. Masih lima menit lagi sebelum jam masuk kantor."
Zia melihat jam dipergelangan tangannya.
"lalu kau bangun terlambat?"
Zia mulai bosan dengan pria berkacamata disebelahnya ini. Tapi dia terpaksa senyum menanggapi.
"kancing kemeja mu terbuka".
Wajah Zia memucat dan dia segera melihat kearah kancing yang terbuka itu.
"tenang saja aku sudah terbiasa melihat wanita menggodaku seperti itu."
Zia melotot tak suka dan segera mengancing kemejanya.
"jangan terlalu percaya diri sir,"
Zia memasang wajah jutek nya.
"sorry, Sorry, aku hanya bercanda. Jangan kau pikir aku serius."
Zia hanya diam dan melihat bos nya itu sekilas. Tapi senyuman Reikhan membuat jantungnya berdebar kencang.
Pintu lift terbuka dan mereka berdua keluar dari sana. Reikhan berjalan didepan Zia yang sedang membaca ponsel kecil miliknya. Ponsel itu bukan ponsel biasa yang dia gunakan, itu adalah ponsel khusus dari Zyan untuk membantu rencana mereka.
" Ara aku akan langsung keruang meeting dan setelah meeting kita akan langsung ke Los Angeles. Apa kau sudah menyiapkan barang-barangmu dan juga semua berkas ku?"
"sudah sir"
"oke good, kau bisa meletakkan ini diruanganku sebelum keruang meeting?"
Zia mengangguk dan Reikhan langsung pergi keruang meeting yang terletak satu lantai dengan ruang kerjanya.
Zia membuka tas nya dan mengambil suatu benda kecil berwarna putih. Sangat kecil sehingga orang yang tidak tahu detail benda itu tidak akan bisa melihatnya.
Dia akan memasang penyadap suara dibawah meja kerja Reikhan sekarang. Dan dia harus bekerja cepat juga tidak terlihat oleh kamera CCTV.
Zia berjalan santai dan memutari meja kerja Reikhan, tangan sebelahnya langsung menempelkan alat itu dan menekan tombol penghidup lalu dia segera meninggalkan ruang kerja itu dengan santai setelah meletakkan dokument dimeja itu.
Zia mengambil ponsel kecilnya dan mengirimkan pesan kepada Zyan.
Season pertama sudah berhasil
Dengan mengirimkan pesan seperti itu Zyan tahu apa maksud Zia.
Ditempatnya Zyan tersenyum membaca pesan adiknya itu.
Dia lalu memberitahu Leo tentang berita ini.
*******
Zia keluar dari mobil yang berada dibelakang mobil yang membawa Reikhan. Zia sangat kesal saat tahu kalau tunangan sok syantik Reikhan ikut bersama mereka.
Zia berjalan dibelakang Reikhan dan Vanya. Dia memasuki bandara dengan sangat kesal.
Pesawat pribadi sudah menunggu mereka dan Vanya memberikan tas dirinya untuk dibawa oleh Zia.
Zia tidak terima dan tersenyum dengan sangat dia paksakan.
"maaf nona Vanya saya bukan pembantu. Saya adalah sekertaris bapak Reikhan, membawa tas anda tidak ada di job list saya." Vanya melotot tak suka kepada Zia tapi Zia dengan tersenyum memberikan tas Vanya kembali padanya.
Reikhan tersenyum sekilas, dan menatap bola mata Zia.
Dia mencari sesuatu disana, tapi dia tak menemukan apa yang dia cari.
Reikhan berdehem dan langsung masuk kedalam pesawat.
Sepanjang jam yang dilewati Zia dipesawat hanya dia lakukan untuk membaca di tab nya. Dia mempelajari apa yang akan dibahas Reikhan di los angeles.
Hingga akhirnya dia tertidur, Reikhan yang berada dibangku depannya tersenyum melihat wajah lucu Zia.
Vanya sendiri sudah tertidur sedari tadi. Dia terpaksa membawa Vanya karena Vanya memaksa ikut.
Reikhan bangun bermaksud ingin ke toilet. Tapi tidak sengaja dia melihat bahu belakang Zia yang terdapat tato. Tato itu seperti bentuk mahkota, saat Reikhan ingin melihat lebih jelas dia terkejut karena tiba-tiba Zia terbangun.
"ada apa sir?"
Zia langsung melotot melihat wajah Reikhan dekat dengannya.
"tidak ada"
Reikhan menaikan kaca matanya dan berlalu kekamar mandi. Sedangkan Zia ingin tertawa melihat ekspresi Reikhan tadi.
********
Reikhan sedang rapat disebuah hotel dan Zia menemaninya.
Sedangkan Vanya berada didalam kamar hotel. Sesudah rapat selesai Reikhan mengajak Zia untuk berjalan-jalan keluar sebentar. Zia setuju karena ini akan baik untuk rencananya.
Langit gelap Los Angeles menemani perjalanan mereka.
Zia dan Reikhan memang hanya berjalan kaki disepajang jalan. Dan menuju sebuah minimarket membeli minuman dan duduk dimeja yang tersedia.
"jadi, kau menyukai pekerjaan mu miss. Ara?" Zia tersenyum dan mengangguk.
"pekerjaan apapun akan kulakukan demi sesuatu yang kuinginkan sir."
Reikhan menatap dalam mata Zia, dan Zia menatap balik mata Reikhan.
"apa kita pernah bertemu sebelumnya? Ehm, maksudku sebelum kau menabrakku waktu itu?"
"sepertinya tidak sir"
Reikhan lalu mengamati cara Zia melihat tabnya. Wajah Zia tidak asing baginya tapi dimana dia melihat wanita ini.
"oh ya miss. Ara aku minta maaf karena perlakuan Vanya kepadamu"
"tidak masalah sir, mungkin dia begitu karena dia takut kehilanganmu?"
Reikhan tertawa dan memegang perutnya.
"aku bahkan tidak berpikir demikian miss. Ara"
"sorry sir, can you call me just Ara?
Reikhan Kembali tertawa dan mengangguk setuju.
"jadi Ara, apa kau memiliki pacar? "
"tidak"
"really? "
"yups"
"why"
"because...ehm... Ehm... "
"karena apa Ara?
Tanya Reikhan tidak terlalu ingin tahu sebenarnya.
"kenapa anda perduli sir."
"karena aku boss mu, jika ada seseorang tiba-tiba mengajakmu pergi saat kita sedang rapat aku bisa tahu dia pacarmu atau bukan."
Zia terdiam melihat kalimat panjang Reikhan.
"saya tidak memiliki pacar sir. Tidak sejak satu tahun terakhir ini. Jadi anda bisa tenang karena tidak akan ada yang membawa saya tiba-tiba saat rapat."
Zia tersenyum kesal, Reikhan dan Vanya membuat nya lelah Hari ini. Tapi dia ingat kalau harus menlancarkan aksinya saat ini.
Yah, inilah saat yang tepat karena Vanya s****n itu sedang tidak ada.
Reikhan mengajaknya jalan kembali menuju hotel.
Reikhan sesekali menatap Zia yang tersenyum kosong.
"sir, apakah anda mencintai nona Vanya?"
"kenapa bertanya seperti itu?"
"ntah la, saya tidak tahu harus bertanya apa ?"
Lampu-lampu kota menambah hangat suasana dimalam yang dingin ini. Membuat percakapan yang mereka lakukan terasa lebih dekat.
"aku dan Vanya dijodohkan satu tahun yang lalu oleh ibuku, dan kami hanya yah mencoba lebih dekat sekarang."
"apa kau pernah jatuh cinta?"
Reikhan melihat Zia yang tersenyum.
"pernah tentunya. Jangan tanya pada siapa karna aku juga lupa namanya."
Zia tertawa dan melihat wajah kesal Reikhan yang ditertawakan.
"ups maaf bos. Hahahahhaha "
Dari saat malam itu Reikhan dan Zia tidak lagi sungkan jika ingin berbicara bahkan terkadang Zia mengusili Reikhan dikantor.
Setidaknya jika tidak menjadi kekasih Reikhan, Zia bisa menjadi teman Reikhan bukan. Yang penting surat perjanjian asli itu dia dapatkan.
Pagi ini Reikhan mengatakan kepada Zia kalau dia akan ada tamu penting pagi ini. Tapi anehnya Reikhan menyuruh Zia mengganti roknya dengan celana hitam panjang yang dia berikan kepada Zia. Zia tidak mengerti saat itu, tapi setelah melihat siapa yang datang dia mengerti.
"pagi miss. Apa adik ku ada diruangannya?"
Zia tersenyum manis dan berdiri. Nowel si penjahat sudah datang, dalam hati Zia.
Sedangkan Nowel melihati Zia dengan lapar. Sungguh sangat tidak berkelas.
"sir. Reikhan ada diruangannya. Mari saya antar".
Zia membukakan pintu untuk Nowel yang masih terus melihatnya tidak berkedip.
"sir. Ada tamu untuk anda."
Reikhan yang sudah melihat Zia membuka pintu sudah tahu siapa yang datang. Lalu dia menyuruh Zia kembali ketempatnya.
"apa kabar Rei?"
Reikhan balas memeluk kakak tirinya itu dan mereka tertawa bersama.
Ditempatnya Zia mendengarkan semua perbincangan kedua kakak beradik yang bagaikan langit dan bumi itu.
Zia meneampelkan ponselnya yang kecil dan berpura-pura berbicara. Agar CCTV hanya melihat dia sedang menelpon.
"Rei, sekertaris barumu bolehkah kupinjam sebentar saja malam ini?"
Zia sangat jijik mendengar ini. Nowel memang tipenya, bertubuh bagus tampan dan yang Zia suka pria itu memiliki hidung mancung.
Tapi dia tidak sudi jika diajak one night stand dengan Nowel musuh besar nya.
"jangan bercanda kak, dia bukan wanita seperti itu."
"apa kau mengenal dia dengan baik? Atau dia teman kecan mu juga?
Nowel tersenyum mengejek.
"kami tidak kenal dengan dekat, tapi penilaianku dia tidak akan mau berkencan denganmu kak. "
"ckckck, wanita mana yang mau menolak pesona ku. Lagi pula dari cara sekertarismu berpakaian aku tahu kalau dia bukan wanita baik-baik."
Zia yang mendengar melihat pakaian yang dia pakai dan masih dibilang normal. Hanya mungkin ketat ditubuhnya.
"terserah padamu kak, jika dia setuju jalan denganmu kenapa tidak."
Reikhan tertawa bersama dengan Nowel dan Nowel meneguk Vodka didalam wadah kecil yang dia selalu bawa kemana-mana.
"untuk urusan penagihan hutang kepada Raja Fortania itu aku sudah berbicara dengan Zyan Ozvick.mereka minta waktu tiga bulan dan aku setuju. "
Reikhan mengangguk, sementara Zia yang mendengar meremas ujung baju nya kuat-kuat. rasanya ingin sekali dia menampar kedua pria itu, atau bahkan membunuh Nowel.
"aku merasa tidak percaya paman Alvian menandatangani perjanjian seperti itu. Bukankah itu sangat merugikan pihaknya? "
"mungkin pada saat itu dia sangat membutuhkan kerjasama dengan daddy. Lagipula surat perjanjian itu sudah jelas, dan jika dalam waktu tiga bulan mereka tidak membayar sisa hutang dari p********n kerjasama, maka 15 hotel dan separuh saham mall-mall milik istrinya akan menjadi milik keluarga Edwards. "
Zia mengumpat mendengar ini semua.
"kak, bukankah pengacara daddy pernah berkata kalau surat perjanjian itu sepertinya salah. "
"kau meragukan apa yang ku lakukan untuk keluarga kita Rei? "
" bukan begitu maksudku kak, jika memang paman Alvian memiliki hutang dengan daddy. Pasti daddy akan menagihnya sebelumnya. Tapi coba lihat, bahkan saat sebelum di meninggal aku begitu ingat dia mengatakan sangat ingin bermain golf bersama paman Alvian. "
"kau cukup menjalankan apa yang harus kau lakukan Rei, biar ini menjadi urusanku". Nowel berdiri dari duduknya dan berniat akan kembali ke apartementnya.
"jaga dirimu baik-baik. Lusa aku akan ke Dubai dan aku akan membawa mama. "
Reikhan mengangguk dan pintu tertutup. Zia berpura-pura mengetik sesuatu di komputernya dan Nowel mendekati meja nya.
"hai Miss Ara, apa nanti malam kau ada rencana keluar? "
Zia berpikir keputusan apa yang harus dia ambil. Tapi setelah berpikir dan mengambil resiko tinggi, dia menjawab.
"sepertinya tidak ada sir, ada apa? "
Nowel tersenyum meremehkan ucapan Reikhan.
"baiklah jika dirimu tidak ada acara, maukah kau menemaniku malam ini di club? "
"apa kau mengajak ku untuk one night stand sir? "
Nowel mengelus pipi Zia dan dia tersenyum.
"aku tidak menolak jika itu yang kau inginkan sayang. "
Zia sangat ingin muntah saat ini. Baskom mana baskom, dalam hatinya.
"aku tidak bisa melakukannya sir, jika itu yang kau inginkan. "
Nowel tertawa dan mengangkat tangannya.
"jika aku mengajakmu berkencan apakah kau mau? "
"baiklah jika memang hanya berkencan sir." Kata Zia sambil mengisyaratkan tanda kutip dengan jarinya.
Nowel kembali tertawa dan mengangguk.
"baiklah, setelah pulang kerja aku akan menjemputmu. "
Zia tersenyum lalu Nowel pergi.
Dalam hantinya ternyata lebih mudah memikat Nowel dari pada si kaca mata didalam sana.
Syukurnya Zia membawa pakaian ganti didalam tasnya, jadi dia bisa berganti pakaian ditoilet kantor saja nanti.
*****
TBC