5. TAMU TAK DIUNDANG

954 Kata
Zia sedang berada didalam toilet kantor, ini sudah jam pulang kantor dan dia mengganti pakaian kerjanya dengan dress hitam ketat yang membentuk sempurna tubuh nya. Zia sedikit kesal dengan ukuran payudaranya yang terkadang membuatnya depresi karena terlalu menonjol. Mungkin faktor keturunan pikirnya karena teringat kembaran nya yang juga merasakan hal yang sama dengannya. Saat dia keluar dari toilet tidak sengaja dia menabrak Reikhan. Dan Zia meringis karena keningnya terkena dagu Reikhan. Reikhan memandangi Zia dari atas hingga bawah, dan Zia masih meringis tidak tahu siapa yang dia tabrak. "Ara kamu mau kemana?" Zia melihat dan ekspresinya kesal. Tidak disengaja ataupun sengaja selalu saja Reikhan yang dia tabrak. "mau kencan sir, ini sudah jam pulang kantor. Dan tadi saya juga sudah permisi pulang dengan anda." "bukannya kamu tidak punya pacar," Zia sangat kesal dengan sikaca mata ini. "anda tidak perlu menegaskannya sir. Lagi pula apa ada masalah jika saya berkencan dengan kakak anda.?" Reikhan seperti salah mendengar. Tidak mungkin kan secepat itu kakaknya dan sekertarisnya memutuskan berkencan, dan kenapa dia tidak suka. Padahal selama ini dia tidak masalah jika kakaknya berkencan dengan sekertarisnya yang dulu. "apa maksudmu kak Nowel?" "yes sir" Dan jawaban Zia membuat Reikhan terdiam cukup lama. "sorry sir, sepertinya kakak anda sudah menjemput saya." Reikhan berbalik dan melihat kakaknya melambaikan tangan kepada Zia dan Zia tersenyum begitu manis. Saat Zia akan pergi Reikhan menahan tangan Zia dan zia melihatnya dengan heran. "apa ada yang mau anda katakan sir?" "oh.. Tidak. Hanya jangan lupa besok kita meeting jam delapan." Zia tersenyum dan berpamitan. Reikhan melihat pinggang Zia yang disentuh oleh kakaknya yang melambaikan tangan padanya. "shit...." umpatnya dan mengambil ponselnya. "kau ikuti mobil kakakku yang baru saja keluar dari kantor, dan infokan kemana juga apa saja yang dia dan wanita yang bersamanya lakukan." Seseorang yang ditelpon Reikhan langsung bergegas melaksanakan tugas dari Reikhan. Saat Reikhan akan kembali ke ruangannya, tubuhnya dipeluk oleh seseorang yang dia tahu pasti Vanya. "vanya lepaskan, seluruh orang dikantor bisa melihat kita." Vanya melepaskannya dan merengut. "kenapa kalau mereka melihat, mereka juga tahu aku calon tunanganmu." "jangan mengumbar, aku hanya menyetujui kita pendekatan dan aku belum menyampaikan ingin melamarmu." "tap... Tapi... Kau pernah bilang kau akan memikirkan tanggalnya." Vanya cemas dengan jawaban Reikhan. "ibuku yang mengatakan ingin aku melamarmu bukan. Dan aku bilang akan memikirkan tanggalnya, tentu saja." "lalu maksudmu apa?" "bertingkahlah sewajarnya Vanya. Aku tahu belakangan ini kau terlalu berlebihan." Reikhan pergi diikuti Vanya disampingnya. Vanya sudah merah padam menahan tangisannya. Tidakkah Reikhan tahu dia begini karena dia takut Reikhan terpesona oleh sekertarisnya itu. Didalam ruang kerjanya Reikhan membuka laptopnya dan pura-pura sibuk. Dia selalu tidak suka dengan Vanya yang ada diruangan kerja nya, hal itu sangat menganggunya. "Reikhan apakah kau tidak menyukaiku lagi?" "ya, belakangan ini kau terlalu berlebihan dan itu membuatku tidak suka." Vanya menunduk dan mendekati Reikhan. "maafkan aku, aku hanya takut kau terpesona dengan sekertarismu. Kau tentu tahu maksudku Rei." Reikhan melihat Vanya yang berada disebelahnya yang juga menatapnya. Lalu vanya mendudukkan dirinya dipangkuan Reikhan. Pertama kalinya Vanya berani melakukan hal seperti ini. Karena sebenarnya Vanya adalah gadis sederhana yang pemalu tapi mandiri. Hal yang disukai Reikhan ada pada diri Vanya. Tapi entah kenapa sekarang Reikhan merasa dia tidak bisa menerima Vanya ada didekatnya lagi. Vanya mendekati wajahnya dan mencium bibir Reikhan, selama ini mereka hanya melakukan kecupan saja. Dan sekarang Vanya tidak akan melakukan hal yang selalu Reikhan lakukan padanya, dia ingin Reikhan tahu kalau dia menginginkan lebih. Ciuman Vanya masih terus menggoda Reikhan, dan Reikhan hanya mengikuti kemauan Vanya. Tangan Vanya mulai membuka kancing kemeja Reikhan, dan Reikhan sadar apa yang diinginkan Vanya. Dia menghentikan tangan Vanya dan menutup bibirnya. "jangan seperti ini Vanya, kau akan menyesalinya." Vanya masih duduk diatas pangkuan reikhan dan tersenyum seperti meremehkan. Satu persatu kancing baju nya dia lepaskan membuat Reikhan bisa melihat bagian tertutup b*a hitam yang dikenakan Vanya. Reikhan menelan ludahnya dan dia benar-benar ingin mengendalikan dirinya. Dia lelaki normal, tentu dia b*******h melihat ini semua. Setelah semua pakaiannya terbuka Vanya membuang bajunya menyisakan b*a dan celana jeans nya. "aku milikmu Rei, aku tidak akan menyesal." Vanya membisikan kalimat itu ditelinga Reikhan, ntah kemana dirinya yang pemalu itu. Vanya kembali mencium bibir Reikhan dan menggoda rahang Reikhan dengan sentuhan tangannya. Dia kembali berbisik ditelinga Reikhan, "I love you Reikhan." Reikhan langsung tersadar akan itu dan dia menjauhkan Vanya dari dirinya. "maaf Vanya, tapi aku tidak mencintaimu." Mendapatkan dua kali penolakan dari Reikhan membuat Vanya begitu sakit hati. Dia berdiri dan mengambil pakaiannya. Setelah dia mengenakan pakaiannya dia keluar dari ruangan itu berharap Reikhan akan mengejarnya, tapi semua percuma. Reikhan tidak bergerak dari duduknya setelah Vanya meninggalkannya. Dia tahu dia menyakiti Vanya, dan dia bingung harus bagaimana sekarang. Dia hanya ingin jujur jika dia tidak mencintai Vanya. Dan dia menyesal hampir saja melakukan hal bodoh. Ponselnya bergetar dan dia membuka pesan dari orang suruhannya. Mata Reikhan melihat tak suka foto-foto itu. Kakaknya dan Zia sedang ada disebuah club dan sedang ada dilantai dansa. Foto selanjutnya Zia tertawa dengan kakaknya yang memegang pinggul Zia. Selanjutnya foto mereka berdua yang duduk sambil minum dimeja bar. Reikhan tidak pernah melihat kakaknya akan tertawa dan tersenyum seperti sekarang. Dan kakaknya tidak mengajak teman kencannya ke hotel, itu adalah hal yang tidak wajar bagi seorang Nowel. Reikhan mengirim pesan di grup khusus dirinya dan sahabat-sahabatnya. Temui aku di blitz club sekarang. Dan dia juga mengetikkan pesan untuk Vanya. Dia masih punya kesadaran untuk meminta maaf. "Maafkan aku, aku hanya ingin jujur. Agar kau tidak merasa dibohongi nantinya. Really i'm sorry Vanya. " Setelah itu Reikhan pergi ke club dimana Nowel dan Zia berada. Dia bahkan tidak tahu apa yang akan dia lakukan disana nanti, yang dia inginkan saat ini adalah melihat langsung apa yang dilakukan kakaknya dan juga Zia.  **** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN