Zia sudah mendapatkan info dari orang suruhan Zyan kalau perusahaan yang ditangani oleh Reikhan sedang membutuhkan sekertaris untuk Reikhan, dan dia akan melamar kerja disana.
Zia dengan begitu yakin kalau dia akan diterima bekerja diperusahaan minyak itu. Zia mengikuti interview pagi ini dengan blouse pink muda dan rok hitam yang lebih sopan, meski masih diatas lutut nya. Hels hitam menjadi pilihannya.
Setelah rapi dia melihat ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
Aku akan berangkat ke lokasi sekarang, aku titip salam rindu untuk ibunda dan ayah.
Zyan pagi ini akan kembali ke Fortania, dia berpesan kepada Zia agar tidak terburu-buru.
Dan zia mengerti hal itu, Zyan takut kalau Nowel akan tahu penyamarannya.
Dan semuanya akan gagal total.
Zia mengendarai mobilnya menuju ke perusahaan Reikhan.
Kebetulan perusahaan itu tidak jauh dari lokasi apartementnya, dia memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari perusahaan. Pengawalnya datang untuk mengambil mobil dan pergi.
Zia berjalan kaki sedikit dan dia sekarang berada didalam loby perusahaan. Seorang karyawan mengantarkannya ke ruangan HRD, beberapa karyawan melihat Zia dengan penasaran ada juga yang terang-terangan mempelototinya.
Zia mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan HRD itu dan dipersilahkan untuk duduk. Pak boby memang sangat ramah kepadanya, terlihat dengan senyuman yang diberikan pria yang usianya mungkin sudah 43 tahun itu.
Setelah semua sesi interview dijawab oleh Zia dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya, akhirnya dia selesai juga dengan interview membosankan ini pikirnya. Pak boby hanya menanyainya hal-hal yang tidak penting. Salah satunya adalah apakah Zia punya pacar atau tidak.
Saat Zia ingin keluar dari kantor yang sangat besar itu, Reikhan melihatnya dari kejauhan.
Sebuah pesan masuk dari nomer Faulo pengawal Zia yang sedang memata-matai Reikhan dari jauh.
Target melihat anda putri
Zia tersenyum tapi mempercepat langkahnya. Kali ini dia akan membuat Reikhan penasaran dengannya.
Reikhan melihati Zia yang terus berjalan lalu menyetop taksi didepan jalanan kantor.
Vanya yang ada disebelahnya bertanya ada apa, tapi Reikhan tidak menjawab dan membawa Vanya masuk kedalam mobilnya yang sudah ada didepan kantor.
"pulanglah, supirku akan mengantarkanmu."
Vanya hanya diam menyetujui, toh dia tidak ada artinya meski seharian berada diruang kerja Reikhan. Reikhan akan tetap fokus pada laptop dan berkas-berkas nya.
*****
Zia terbangun karena suara alaram yang begitu nyaring membuatnya tidak bisa terus tidur.
Seperti biasa Zia akan mengecek ponselnya terlebih dahulu melihat jadwal pemotretan ataupun acara yang akan dia datangi setiap harinya dari managernya.
Dia menepuk jidatnya lupa kalau dia sudah meminta libur sementara kepada managernya dan juga agency yang menaunginya. Zia mengatakan akan merawat ayahnya yang sedang sakit di Fortania.
Dia masuk kedalam kamar mandi dengan malas-malasan, ponselnya bergetar dan tidak ada nama yang tertera.
Siapa yang menelponnya di jam 8 pagi begini pikirnya.
"hallo...."
Hallo miss Arrabella, saya HRD di perusahaan Edward's corp ingin meminta anda bergabung bersama perusahaan kami. Apakah anda setuju?
Zia langsung loncat-loncat kegirangan dan dia sangat bahagia.
"saya setuju sir, jadi kapan saya bisa mulai bekerja?"
Hari ini juga jika kamu bisa kamu bisa langsung bekerja. Kebetulan besok Mr. Reikhan akan keluar negri dan jika kamu sudah bisa kamu bisa ikut dengannya besok.
Zia senang bukan main, dia loncat ketempat tidurnya dengan kuat.
"baiklah sir, saya akan datang kekantor pagi ini juga. Thank you sir..."
Zia buru-buru masuk kekamar mandi dan mandi dengan secepat kilat.
Rambutnya dia sanggul rapi make up tipis lipstik pink dan kemeja kerja berwarna putih gading tak lupa rok hitam dan hels hitam.
Dia memakai taksi setelah memberikan info kepada Faulo kalau misi awal mereka berhasil dan dia segera menyuruh Faulo menyiapkan apartement lebih kecil untuknya. Sebagai persiapan jika nanti dia sudah dekat dengan Reikhan, tidak mungkin dia memberi tahu apartement aslinya.
Tidak ada orang normal biasa yang tinggal di apartement mewah seperti miliknya. Bukan dia sombong hanya memang itu kenyataan didunia ini.
Dia sampai sepuluh menit dari apartementnya dan langsung menaiki lift menuju ruang Pak bobby.
"oh, Arabella kau sudah tiba dikantor hanya dengan setengah jam setelah aku menelponmu, benar-benar pekerja yang baik."
Zia tersenyum ceria dan pak Bobby mendekatinya.
"aku akan memperkenalkanmu dengan bos besar kita, ingat satu hal Ara. Mr. Reikhan adalah pewaris kerajaan minyak yang terbesar di Erofa dan dia sangat tidak suka kesalahan apa pun yang sekertarisnya lakukan."
Zia mengangguk mengerti dan dia sangat bersemangat kali ini. Dia harus bisa membuat Reikhan Edward penasaran dengannya.
Pak Bobby membawanya masuk kedalam lift dan dia menekan tombol dua puluh lima, lantai teratas perusahaan ini.
Zia masih terus tersenyum dan tidak sengaja mereka berpapasan dengan wanita cantik berambut pirang yang melihatnya juga.
Pak Bobby menyuruhnya menunduk dan di mengikuti kode dari pak Bobby.
"dia adalah calon tunangan Mr. Reikhan, namanya miss Vanya Thomsons. Keluarga mereka adalah teman baik nyonya Elia."
Zia hanya mengangguk mengerti lagi, tapi dalam hatinya dia menilai wanita yang akan dia saingi untuk mendapatkan tujuannya.
Dari sekali lihat Zia bisa melihat wanita tadi adalah wanita yang perfeksionis dan juga tidak liar seperti dirinya.
Ah, dia bukan liar dia hanya suka bersenang-senang. batin Zia membela dirinya sendiri.
Pintu ruang kerja Reikhan dibuka oleh pak Bobby.
"selamat pagi sir, saya sudah mendapatkan sekertaris baru untuk anda."
Reikhan yang awalnya melihat serius ke laptopnya melihat kearah dua orang didepannya dan dia terkejut melihat Zia ada disana. Zia juga berpura-pura terkejut dan merasa gugup, padahal dia ingin tertawa saat ini melihat wajah tampan dengan kaca mata itu.
"terimakasih bobby, aku akan memberitahumu penilaianku nanti."
Pak bobby keluar dari ruangan itu dan Zia benar-benar gugup sekarang. Tatapan mata Reikhan tak lepas dari wajahnya.
"so, siapa namamu miss?"
"nama saya Arabella sir."
"hanya Arabella, nama keluargamu?"
"tidak ada sir, saya hidup seorang diri sudah sangat lama."
Dalam hati Zia meminta maaf karena sudah berbohong.
"oke sorry, jadi kau sudah tahu tugas-tugasmu diperusahaan ini?"
Zia mengangguk dan Reikhan masih melihat wajah Zia sambil duduk di kursi kerjanya.
"good, kita langsung saja. Aku ada pekerjaan untukmu dan dalam waktu 20 menit kau harus sudah selesai mengerjakannya. Jika sudah selesai kau bisa masuk kembali kesini."
"ya sir,"
Saat Zia ingin berbalik Reikhan membuatnya berhenti melangkah.
"miss. Ara, aku sudah melupakan kejadian yang kemarin dan kuharap kau juga begitu. Jadi kau bisa dengan tenang bekerja."
Zia pergi dari ruang kerja Reikhan dan duduk dimeja depan dekat dengan pintu masuk keruangan Reikhan.
Dia menyalakan komputer serta sedikit membersihkan debu di area tempat dirinya bekerja.
Setelah selesai dia membuka map dan betapa terkejutnya dia melihat jadwal padat Reikhan. Bagaimana bisa ini terjadi, sepertinya kakaknya Zyan tidak serepot ini untuk mengurus perusahaan.
Karena otak cerdas miliknya dalam waktu lima belas menit Zia sudah mengerjakan tugas yang diberikan Reikhan dan dia sudah memeriksanya.
Dia berjalan masuk kedalam ruangan Reikhan setelah sebelumnya mengetuk pintu terlebih dahulu.
"sir. Ini tugas yang anda berikan. Jadwal anda di Los angeles besok juga sudah saya atur. Hanya tinggal konfirmasi dari anda untuk menghubungi kolega anda disana sir."
Reikhan melihat jam dan dia tahu zia mengerjakannya dengan cepat.
"bawakan kesini. Aku ingin mengeceknya terlebih dahulu."
Zia memutari meja kerja Reikhan dan meletakkan jadwal kegiatan dan kunjungan Reikhan bulan ini. Lalu dia berdiri disebelah Reikhan yang duduk memeriksa hasil kerjanya.
"ini bagus, Reikhan menandatangani kegiatan yang sudah disusun Zia. Lalu memberikan map itu kepada Zia sambil tersenyum."
Zia lega dan ingin kembali ketempat kerjanya untuk menghubungi kolega bisnis Reikhan, untuk mengatur jam pertemuan mereka besok dengan Reikhan. Tapi Reikhan mengagetkannya.
"ARA"
Zia hampir terjatuh karena panggilan dadakan dari Reikhan. Tubuhnya ditahan oleh Reikhan dan rambutnya terurai mengeluarkan aroma yang disukai Reikhan.
Reikhan menatap setiap inci wajah Zia begitupun dengan Zia.
Jantung Zia berdetak tidak karuan saat berdekatan dengan Reikhan seperti ini.
Suara dua orang pria membuat Reikhan dan Zia berdiri dengan benar dan menjadi salah tingkah.
"oh Rei, maaf kami mengganggu mu. Hahahhaaha".
Evan yang bersuara dan adam tertawa.
"permisi sir."
Zia ingin pergi tapi Reikhan membuatnya lagi-lagi berhenti.
"ehm Ara, besok kamu harus ikut saya ke Los Angeles. Siapkan semua berkas yang saya butuhkan."
"ya sir,"
Adam dan Evan menepuk pundak Reikhan dan tertawa.
"Rei, bukankah itu si seksi yang kita lihat di pesta waktu itu."
Adam memperhatikan wajah Zia yang tak asing.
"ya, dia melamar disini dan posisinya sekertarisku."
Evan bertepuk tangan dan duduk begitu saja di sofa yang ada diruang kerja Reikhan.
"sepertinya kalian berjodoh Rei, kalian terus saja bertemu. Dan sekarang dia sekertarismu. Aku dapat melihat kau menyukainya."
Evan masih mengoceh dan Reikhan hanya mendengarkannya saja.
Dua jam mereka mengobrol ini dan itu lalu kedua sahabat Reikhan pergi dari kantor setelah menyapa Zia dimejanya dengan ramah.
Reikhan berteriak memanggil Zia dan Zia langsung masuk kedalam ruang kerja Reikhan. Padahal ini jam istirahat pikir Zia.
"ya sir."
"bisa kau bantu aku mengerjakan ini,"
Zia memutari meja kerja Reikhan dan melihat proposal di layar laptop. Saat Zia bertanya kepada Reikhan, Reikhan tidak mendengarkan melainkan menatap wajah Zia dari samping. Zia tahu hal itu, tapi dia membiarkannya karena itulah tujuannya.
Pintu terbuka dan Vanya melihat pemandangan itu.
"Reikhan"
Panggil Vanya yang masuk tiba-tiba ke ruang kerjanya. Vanya tidak bersalah karena pintu ruangan Reikhan tidak tertutup jadi dia bisa melihat dan masuk begitu saja.
"ada apa?"
Reikhan masih melihat wajah Zia sambil bertanya.
Zia menggeleng dan menunjuk Vanya.
"bukan saya sir, tapi "
Reikhan menoleh kearah telunjuk Zia dan melihat wajah marah dari Vanya.
"kau bisa keluar dari sini"
Perintah Reikhan kepada Zia.
"tidak, aku ingin kau menjelaskan siapa wanita ini. Apa dia simpananmu?"
Zia ingin menyiram wajah Vanya saat itu juga.
"jaga ucapanmu Vanya, dia sekertarisku."
"ah Sekertaris. Pantas saja,"
Reikhan bangkit dari duduknya dan menarik Zia untuk keluar ruangannya. Tapi Zia berhenti saat didepan Vanya.
"maaf nona, saya memang hanya sekertaris. Tapi saya tidak berniat menjadi simpanan bapak Reikhan. Apalagi menggoda nya. Permisi."
Vanya hanya diam mendengar jawaban itu, dia memang melihat Reikhan lah yang tidak berkedip menatap Zia saat sekertarisnya itu berbicara.
Vanya merasa khawatir sekarang. Pasalnya sekertaris baru Reikhan itu begitu cantik dan Vanya tidak suka itu.
Vanya ingin mempercepat tanggal pertunangan mereka agar Reikhan secepatnya bisa menikahinya.
Bersambung...
Mau tau aksi Zia lagi???
Silahkan di vote dan koment ya....
❤❤❤