Ajakan Bermalam

1036 Kata
Chloe benar-benar melakukan apa saja demi uang. Oleh karena itu, ia mendekati seorang wanita yang sebelumnya sudah membuat Daren Cyrill tertarik, demi double tip yang akan ia dapatkan jika berhasil membuat Daren dengan wanita cantik itu berkenalan. Jujur saja, Chloe juga baru melihat wanita cantik itu datang ke club malam tersebut. Sebab setiap malam berada di club tersebut membuatnya sering bertatap muka dengan para pengunjung. Dan wajah wanita cantik itu memang sangat asing di matanya. Chloe tebak, wanita itu bukan asli warga lokal di kota tersebut. “Kau sendirian?” Wanita cantik itu sedikit terkejut, saat tiba-tiba saja seseorang tak dikenal mendekati dan bertanya. Wanita itu bahkan sudah jika pasti orang tersebut mengajaknya berbasa-basi. “Astaga, apa aku membuatmu kaget?” tanya Chloe, memastikan apakah wanita cantik itu benar-benar terkejut dengan kedatangannya. “Ya, sedikit.” “Maaf untuk itu,” Wanita cantik itu mengangguk dan tersenyum, lalu kembali mulai menggerakkan tubuhnya untuk menari. Namun Chloe lagi-lagi menganggu. “Kau belum jawab pertanyaanku, kau sendirian datang kemari?” Chloe kembali bertanya dengan sedikit mencondongkan kepalanya ke arah wanita itu. Wanita tersebut terlihat ragu untuk menjawab. Oleh karena itu, Chloe langsung menunjuk ke arah Daren yang tengah duduk di sofa. Chloe tak mau terlalu lama begini dalam menjalankan misinya. “Temanku ingin berkenalan denganmu. Makanya aku ingin memastikan jika kau—” “Ya, aku sendirian.” sela wanita itu. Chloe tentu saja langsung tersenyum. Ia lantas mengajak wanita cantik itu untuk pergi menemui Daren. Dari jauh saja, Chloe sudah dapat melihat raut wajah Daren yang terkejut. Ia yakin sekali jika Daren pasti tidak percaya karena ia berhasil membawa wanita cantik itu ke hadapannya sekarang. “Ini dia wanita cantiknya. Jangan lupa double tipnya untukku, kawan! Have fun!” seru Chloe. Ia lantas menyentuh pundak wanita cantik itu, lalu kemudian berbisik, “aku tinggal!” Suara deheman dari Daren membuat wanita cantik itu lekas menoleh. Matanya menyipit saat menyadari bahwa Daren tengah menepuk-nepuk pelan space kosong di sampingnya. Wanita cantik itu tentu saja paham dan langsung menempatkan diri di sisi Daren. "Kau menatapku sampai tak berkedip sama sekali sejak tadi. Bahkan sampai sekarang,” ujar wanita itu. "Mungkin karena kau terlalu seksi?" "Oh begitukah Tuan—" "Daren." "Nama yang bagus!" puji wanita tersebut. “Kau asli orang sini?” “Memangnya aku terlihat seperti warga lokal sini?” balik tanya Daren, dan wanita cantik itu hanya mengedikkan kedua bahunya tanda jika ia tak tahu harus menjawab apa. Daren lantas tersenyum tipis dan kembali melanjutkan, “Aku dari New York,” Wanita tersebut sontak membelalakkan kedua matanya terkejut. “Kenapa? Kau dari New York juga?” tanya Daren penasaran. Wanita itu lantas mengangguk mengiyakan dengan cepat. “Kau memangnya tidak tahu siapa aku?” Daren sontak menaikkan sebelah alisnya. “Maksudnya? Kau bahkan belum mengenalkan diri sama sekali. Bagaimana caranya aku bisa mengetahui siapa dirimu, cantik?” “Benar-benar tidak tahu siapa aku?” tanya wanita itu kembali seolah memastikan. Namun, karena Daren menunjukkan reaksi tidak tahu, maka wanita itu lekas menggeleng. “Lupakan,” Daren menatap lekat wanita yang ada di sampingnya itu. Dia berusaha keras untuk mengendalikan diri agar tak hilang kendali. Bagaimana pun juga, ini adalah awal perkenalan mereka. Tapi mengapa Daren sampai berpikir hal yang tak senonoh secara mendadak begini? "Siapa namamu?” tanya Daren. “Kau belum memberitahuku sejak tadi," "Hazel." Ya, wanita itu adalah Hazel. Siapa lagi jika bukan Hazel Oswald? Model cantik yang sedang naik daun itu tentu terkejut saat mengetahui bahwa Daren berasal dari New York, sama dengan sepertinya. Wajar jika Hazel sampai bertanya apakah pria itu mengenalnya atau tidak. Sebab Hazel benar-benar tidak mau jika sampai harus berurusan dengan orang yang mengenalnya. "Pantas," sahut Daren dan salah satu alis wanita tersebut terangkat. Daren tertawa saat wanita cantik itu nampak bingung dengan ucapannya barusan. "Matamu indah. Seindah namamu, Hazel." "Kau orang yang ke 1.001 yang mengatakan hal itu padaku, Tuan Daren." "Oh benarkah? Aku merasa terhormat kalau begitu." Hazel mendecih pelan begitu mendengarnya. Bahkan reflek mengatai pria tampan itu gilaa... Si pria Cyrill sontak kembali tertawa saat dirinya dibilang gila oleh wanita ini. Jujur saja, baru wanita ini yang berani mengatainya gila. Membuat Daren semakin tertantang pada wanita cantik nan seksi ini. "Kau tak bermain dengan wanita tadi?" tanya Hazel tiba-tiba. "Tidak,” jawab Daren secepat kilat. “Kau ingin bermain denganku?" "Menggantikannya? Aku tidak mau." Daren meneguk minumannya kembali saat wanita itu terang-terangan menolaknya dengan mengatakan tidak mau. Sementara itu, Hazel diam-diam melirik sembari menggigit bibirnya kuat saat Daren sedang meneguk minumannya. Jakunnya naik turun membuat desiran aneh mengalir di dalam darahnya. "Gerah sekali di sini," ujar Hazel tiba-tiba. Daren menoleh sambil mengerutkan dahinya. Gerah? Bahkan Daren tak merasakan gerah sama sekali. Panas pun tidak. AC di dalam club malah terasa dingin di kulitnya. Tapi saat Hazel kembali berucap barulah Daren tahu apa maksudnya. "Kau ingin bermalam denganku?" tanyanya dan Daren menyeringai. “Sepertinya aku membutuhkan teman malam ini,” “Tentu. Mau bermalam di hotel mana?” “Mana saja, asal ranjangnya yang kokoh!” jawab Hazel, lalu mengedipkan salah satu matanya dengan genit. +++ Daren Cyrill baru saja sampai di hotel yang dia inapi pada pukul 7 pagi. Di depan pintu kamarnya sudah berdiri Mike yang terlihat begitu khawatir. "Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya Mike sesaat setelah membungkukkan sedikit badannya. Ada raut kekhawatiran di sana. "Baik, Mike. Kau tenang saja." "Saya hanya khawatir, Tuan. Takut jika terjadi sesuatu di luar sana." "Kau tau kan Mike jika aku bisa menjaga diri?" "Saya sangat tau Tuan. Maaf atas kelancangan saya." "Tidak masalah, Mike. Itu bentuk dari loyalitasmu bekerja untukku." "Saya akan selalu mengabdi pada Anda, Tuan!" jawab Mike dan kembali menunduk. Daren menepuk bahu Mike dan berlalu masuk ke dalam. Sebelum dirinya menutup pintu, Mike kembali bersuara. "Saya akan memesankan sarapan pagi untuk Tuan. Dan Tuan harus kembali pulang hari ini. Saya sudah memesan tiketnya, dan jadwal penerbangannya siang nanti Tuan,” ujar Mike memberitahu. "Kau atur saja," sahut Daren singkat. Daren benar-benar menyerahkan segalanya pada Mike. Baginya, Mike tak sekedar tangan kanannya. Tapi sudah dianggap seperti kakaknya. Sejujurnya usia Mike lebih tua 2 tahun darinya. Tapi Mike mengatakan agar Daren memanggil namanya saja. Meskipun begitu, Daren tetap akan menghormati Mike sebagai orang yang lebih tua darinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN