2b
Karena umur mereka yang berbeda 8 tahun, saat umur almarhum Eliot umur 19 tahun ia sudah menjadi trainer untuk memimpin perusahaan. Terhitung sudah lebih kurang 16 tahun masa kepemimpinannya, dan tidak pernah ada masalah hingga saat ini ia tiba-tiba ditipu dan mengalami failed.
Han mencoba untuk tidak memikirkannya lebih keras lagi, yang ia harus pastikan adalah kedua putri sepupunya itu. Han membawa mereka tidak langsung pulang ke rumah melainkan singgah ke sebuah mall, “ayo turun, kita beli keperluan kalian untuk sementara. Pilihlah apapun yang kalian inginkan,” ujar Han pada mereka yang masih bingung dengan terparkirnya mobil di halaman parkir mall.
“Apa boleh?”
“Boleh, ayo turun. Jika kalian ingin jajanan juga kalian boleh ambil,” jelas Han.
Mereka turun dan memasuki pusat perbelanjaan itu, Bianca dan Deani merasa senang karena setelah sekian lama mereka tidak merasakan jalan-jalan dan menempuh pusat perbelanjaan itu.
Bianca dan Deani dibawa oleh Han menuju toko pakaian, dan membeli beberapa potong untuk mereka. Mereka berdua senang dengan pakaian baru mereka. Han juga tidak lupa untuk membeli cemilan untuk kedua anak angkatnya tersebut.
“Sampai di rumah aka nada grandma, bersikap baiklah padanya, kalian mengerti?” seru Han agar mereka dapat menjadi anak-anak yang baik.
“Apa grandma menerima kami?” tanya Bianca melihat Han yang sedang mengemudi.
“Dia baik, bahkan sangat baik, kalian tidak perlu takut cukup menjadi anak baik dan penurut,” pinta Han pada mereka.
“Papa! Boleh Dean memanggilmu papa?!” tanya Dean dengan semangat.
“Dean… tidak boleh begitu,” tegur Bianca dengan suara pelan.
“Tentu jika itu membuat kalian bahagia,” jawab Han sambil tersenyum pada dua anak itu melalui kaca di atasnya.
“Kami akan menjadi anak yang baik, Papi juga selalu bilang jika anak baik itu disayang banyak orang,” ungkap Dean.
“Papi selalu bercerita dan memberikan kami ucapan-ucapan sebelum tidur dan mudah diingat oleh Dean,” jelas Bianca pada Han.
“Papi kalian orang yang baik, jadi jangan mengecewakan dia, ok? Dia akan selalu mengawasi kalian dari atas langit, mengerti?”
“Mengerti!” jawab mereka bersama.
Han membawa mereka berdua ke kediamannya, saat sampai di halaman rumah Han, mereka berdecak kagum dengan rumah yang ada di depan mereka itu.
“Apa ini rumah Papa?” tanya Dean dengan polosnya.
“Iya, dan kalian akan tinggal di sini bersama Papa dan Grandma,” jelas Han.
Dean bersorak gembira, sedangkan Bianca hanya tersenyum melihat kegembiraan adiknya itu. Bianca memang anak yang lebih kalem dengan pembawaan tenang dan terkadang ia juga dapat menjadi anak yang manis di hadapan orang yang ia sayangi. Bianca belajar dewasa dini oleh didikan dari Eliot tanpa mengurangi rasa sayangnya. Ia mempunyai adik yang selalu diingatkan oleh Eliot untuk menjaga adiknya jikalau ia sudah tidak bersama mereka lagi. Dan perkataannya benar, mereka kehilangan Eliot saat Dean berumur 4 tahun dan Bianca berumur 8 tahun. Tidak pernah sedikitpun mereka membayangkan jika kehidupan mereka sangat berubah 180° dari yang dulu serba mewah dan berkecukupan, mendapatkan kasih sayang seorang ayah dan ibu. Hilang dalam sekejap saat semua sudah menjadi timpang, satu pilar telah hancur dan pilar satunya tidak mampu untuk menanggung beban genteng mereka yang berat, sehingga hancur juga. Semua tahu jika sesuatu akan lapuk dimakan waktu tapi tidak menyangka jika akan secepat itu atau ada sesuatu yang mendalangi atap itu runtuh dan menghancurkan satu pilar dan merusak pilar lainnya dengan sendirinya.
“Bianca? Kenapa melamun, ayo masuk,” tegur Han saat melihat Bianca melamun sambil melihat rumah di depannya.
“Ah, maafkan Bian,” ungkap Bianca. Saat menyadari sesuatu yang hilang, ia melihat sekeliling jika adiknya sudah tidak ada lagi di dekatnya. “Papa? Dean kemana?” tanya Bianca.
“Dean sudah berlari masuk dari tadi, ia sangat gembira dan tidak sabar,” jelas Han, sambil ia mengambil belanjaan yang tersimpan di bagasi mobilnya tadi.
“Ah Dean ini, maafkan kelakuannya Papa,” ungkap Bianca pada Han.
“Tidak masalah, tidak perlu meminta maaf,” ucap Han pada Bianca yang masih berdiri di samping mobilnya tepat saat posisi ia keluar dari mobil tadi.
“Papa, biarku bawa sebagaian,” ucap Bianca yang sudah berdiri di samping Han, meminta Han untuk memberikan beberapa kantong untuk dia bawa masuk.
“Baiklah,” ucap Han, lalu ini memberikan beberapa kantong belanjaan yang lebih ringan pada Bianca, “ini, sekarang pergilah susul adikmu,” ucap Han hangat pada Bianca.
Bianca menangguk dan membawa dua kantong berisi cemilan yang beratnya tidak seberapa dibandingkan berat kantong yang Han bawa. Bianca melewati pintu putih yang menjulang tinggi di depannya. Terus berjalan melewati ruang utama yang luas dengan sopa di tengahnya. Lalu ia kembali melewati pintu besar yang terbuka menuju ruang keluarga. Bianca berpikir jika rumah ini memiliki banyak pintu dan ada banyak ruangan yang sangat luas. Sesampainya di ruang keluarga, Bianca melihat adiknya sudah mengobrol dengan seorang wanita paruh baya yang masih tampak segar bugar.
“Dean?” tegur Bianca, lalu ia juga menyapa Vera, “Grandma?”
“Ah… kau Bianca?” sapa Vera melihat Bianca sudah berada di dekatnya.
“Iya, Bianca Grandma,” ucap Bianca sambil tersenyum.
“Kalian sangat cantik, malah seperti Eliot versi gadis-gadis. Aku turut berduka atas kehilangan kalian,” ungkap Vera kepada kedua cucunya.
“Grandma tau Papi kami?” tanya Dean dengan lugunya.
“Tentu Grandma, sayang,” jawab Vera.
“Ma… mereka yang kukatakan tadi ditelpon, Mama menerima merekakan?” tanya Han saat sudah mendudukkan dirinya di sopa depan tempat duduk Vera dengan kedua putri angkatnya.
Allata sedang sibuk memujuk May untuk berhenti merajuk padanya. May marah dengan Allata karena Allata tidak menepati janji untuk makan siang bersama dengan orang tuanya karena Allata tertidur pada sabtu siang itu. Allata mau tak mau harus memutar otak untuk sahabatnya itu berhenti marah padanya, ia juga sudah meminta maaf pada kedua orang tua May yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri itu. Mereka memafaatkan Allata dan memaklumi Allata yang tertidur karena mereka yakin Allata habis menghadapi pekerjaan yang berat lagi. Mereka paham betul jika Allata tidur siang maka Allata sedang dalam kondisi tubuh yang turun, kesehatannya tidak baik membuat tubuhnya terpaksa mengistirahatkan tubuhnya sendiri tanpa perintah dari keinginan yang punya tubuh. Begitulah Allata, jika tidak terpaksa ia tidak akan menghabiskan waktu untuk tidur siang. Ada saja yang ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya saat tubuhnya mampu. Bahkan ia sangat tidak sabar menanti makan siang dengan orang tua May disuatu taman, rencananya mereka akan piknik. Tapi gagal karena Allata tidak kunjung datang ke taman dimana mereka sudah menunggu. Oleh karena itu, May mendiamkan Allata dan hampir melupakan janji jalan-jalannya.
“May sungguh aku minta maaf, aku tidak sengaja dan aku tidak ada niatan untuk ingkar janji pada ayah ibu dan kau,” jelas Allata lagi meminta maaf pada May.
~c~