Chapter 11

1924 Kata
Beberapa hari telah berlalu, dan sudah satu minggu ini Sofia selalu menghabiskan waktunya bersama ketiga temannya itu. Ia beruntung karena sampai detik ini papa Bian tidak mengetahuinya, dan dia pun terlihat pandai dalam menutupi semuanya. Hari ini minggu, dan Sofia terlihat tidak keluar dari kamarnya setelah sarapan pagi bersama papanya. Selama satu minggu terakhir ini dia meenghabiskan uang yang cukup banyak, bahkan tabungan yang tidak pernah di sentuhnya sama sekali kini berkurang sangat banyak. Dia tidak membeli apapun yang bernilai sangat mahal, melainkan uangnya habis untuk membiayai ketiga temannya. Sofia yang sangat baik bahkan ketika temannya hanya menyebutkan satu barang yang di sukainya, dia akan langsung mengeluarkan kartu Atmnya untuk membayar barang tersebut. selama seminggu itu juga Sofia mengeluarkan uangnya untuk biaya makan, nonton, shoping dan lain-lain. Sampai dimana dia tidak sadar kalau uangnya habis dan dia yang mulai bingung harus meminta kepada papanya dengan alasan apa. Dering ponsel Sofia membuat gadis itu langsung mengeceknya, dan ternyata itu adalah pesan dari grup yang berbunyi. Kayla : Besok kita shoping baju yuk. Naura : Uang gue udah nggak cukup buat shoping baju, bokap nyokap nggak ngasih jajan untuk minggu ini. Mayang : Sama dong, aku juga nggak ada uang. Kayla : Ah payah, @Sofia mana? Kok nggak muncul.? Sofia : Kalian mau beli apa? Aku bisa bayarin kok. Naura : Jadi nggak enak, lo udah sering keluarin uang buat kita-kita soalnya. Mayang : Iya Sof, nggak usah. Sofia : Nggak apa-apa kok, aku juga ada niat mau jualin tas sama sepatu aku yang udah nggak aku pake. Kayla : Mau aku bantuin promote? Sofia : Iya boleh, nanti aku kirim gambarnya yah. Percakapan pun berakhir, kini Sofia kembali terdiam sambil menatap lemari kaca yang berisi sepatu dan tas koleksinya. Sebagian ada yang sangat di sukai dan sebagian hanya mengisi tempat agar terlihat penuh. “ Aku bisa aja minta uang ke papa, tapi aku nggak mau dia tahu uang ku habis untuk semua ini.” Gumam Sofia sambil menghela nafas panjang. ** Sore itu teman-teman Sofia datang ke rumahnya untuk membantu Sofia menjual beberapa tas dan sepatu miliknya, dan ini adalah kali pertama mereka datang berkunjung ke rumah Sofia. Ketiganya langsung sangat terkesan dengan kediaman super mewah di antara rumah di kompleks tersebut, dari desain dan bentuknya sangat minimalis di tambah dengan halaman yang luas membuat rumah itu terlihat satu-satunya yang paling berbeda di antara rumah yang lain. Saat itu ketiga teman Sofia sudah berada di kamarnya, dan mereka melihat kamar Sofia dengan kedua mata yang membulat dengan sempurna. Semua barang di kamar Sofia sangat mewah dan yang paling menarik perhatian mereka adalah lemari kaca yang berisi barang-barang kesukaan Sofia. “ Kamu suka koleksi boneka juga? “ Sahut Mayang yang sangat tertarik dengan boneka. “ Iya, sejak kecil aku selalu di belikan boneka oleh papa. Dan aku meminta semuanya untuk di simpan di lemari kaca supaya aku bisa terus mengenangnya.” “ Pasti mahal, dari desainnya saja terlihat kalau boneka ini bukan buatan Indonesia.” “ Semuanya buatan Jepang dan Korea.” Jawab Sofia semakin membuat Mayang terkejut. “ Aku suka yang ini, wajahnya cantik seperti barbie.” Kata Mayang menunjuk satu boneka yang menggunakan gaun berwarna biru muda. “ Kalau kamu mau, ambil aja.” “ Serius? Aku boleh ambil.???” Seru Mayang sangat antusias. “ Iya ambil aja, kalau mau yang lain juga boleh kok.” Merasa Sofia begitu baik, ketiga temannya itu merubah niat mereka datang untuk membantu Sofia menjual barangnya dengan memilih barang yang ingin mereka bawa pulang. “ Yang ini kok di kunci Sof.?” Tanya Kayla pada satu lemari kaca yang memang tidak ingin Sofia buka karena itu adalah pemberian dari Papa Bian dan juga mendiang mama April. “ Gue boleh liat yang ini nggak.?” Tanya Kayla kemudian. “ Boleh, bentar aku buka.” Jawab Sofia dan segera membuka kunci lemari kaca tersebut. Kini lemari itu sudah dapat terbuka, Kayla melihat seluruh isi tas itu dan mendapati begitu banyak tas branded yang harganya tentu puluhan juta. Sebenarnya alasan mengapa Sofia memiliki banyak tas branded bukan karena dia gila akan koleksi barang branded, tapi semua berasal dari milik mamanya yang di turunkan untuknya semua. Setelah mereka cukup melihat-lihat dan Mayang telah selesai dengan pilihannya dua boneka dan Naura yang memilih sepasang sepatu, sedangkan Kayla saat itu tidak mengambil apa-apa karena merasa sudah memiliknya di rumah. Mereka pun lanjut membantu Sofia menjual barang miliknya, dan setelah beberapa saat ada yang tertarik hingga semua barang itu laris terjual. Uangnya akan mereka gunakan untuk besok bersenang-senang. “ Kita pulang dulu ya, sampai jumpa besok Sofia.” Seru Mayang. “Terima kasih ya, hati-hati di jalan.” Lontar Sofia yang menemani mereka sampai di depan pagar rumahnya. Saat Sofia hendak masuk ke dalam rumah, ia berpapasan dengan Diandra yang juga hendak kembali ke rumah tempatnya tinggal. Keduanya lantas saling menegur dan entah mengapa tampak sedikit canggung. “ Hmmm, kamu ada ngasih barang ke mereka tadi.?” Tanya Diandra tiba-tiba. “ Iya, emang kenapa.?” “ Oh nggak, soalnya tadi aku lihat Kayla kaya nyembunyiin sesuatu gitu.” “ Kalau Kayla dia nggak mau ngambil sih, mungkin kamu salah lihat. Bisa aja dia nyembunyiin tas dia atau apa gitu.” “ Mungkin, ya udah aku balik dulu.” Sambung Diandra dan segera pergi dari rumah itu. ** Sofia bersama teman-teman geng-nya saat ini terlihat sedang duduk di sebuah bangku panjang dengan tatapan lurus ke lapangan basket, saat ini anak basket SMA Bakti Jaya terlihat sedang latihan basket di lapangan. “ Sumpah, nomor punggung 10 cakep banget woy.” Decak Kayla tak dapat menyembunyikan perasaannya lagi. “ Heh, lo kan udah punya cowok.” Senggol Naura. “ Cowok gue kan nggak tau kalau gue naksir cowok lain di sekolah ini.” Balasnya santai. “ Lo kan lagi LDR sama cowok lo, bisa aja sih selingkuh tapi kasihan dia yang udah tulus sama lo.” Sahut Mayang. “ Gue kan nggak tau kalau disana dia juga selingkuhin gue apa nggak.” Sejak tadi mereka sibuk membahas soal pacar Kayla yang membuat Sofia merasa tidak bisa ikut membahasnya karena tak tahu apa-apa, lalu Mayang menyadari terdiamnya Sofia dan menanyakan soal pacar ke gadis itu. “ Kamu juga udah punya pacar kan.?” Sofia menggelengkan kepalanya dengan pelan, “ Aku belum pernah suka sama seseorang, gimana bisa punya pacar.” Jawabnya membuat mereka tercengang. Hidup lo flat banget, masa nggak pernah naksir sama lawan jenis? Paling nggak lo pernah gitu suka sama artis, atau siapa gitu.?” Sahut Kayla. “ Aku emang belum pernah tertarik sama siapa-siapa, tapi kalau di tanya tipe cowok idaman aku kaya gimana? Aku bakal jawab kalau itu yang kaya papa ku.” “ Wah, lo emang benar-benar anak papa ya.” Lontar Naura. “ Cinta pertama anak perempuan emang ayahnya, jadi nggak apa-apa. Tapi kamu harus cari cinta sejati kamu mulai dari sekarang, sayang banget kamu kan cantik masa nggak punya pacar.” Seru Mayang. Sofia hanya mengangguk pelan, untuk saat ini dia belum berani membuka hati meskipun di sekolah itu sudah banyak yang mengajaknya kenalan hingga meminta nomornya, tapi Sofia ingin menutup diri sebentar. Dia percaya kalau waktunya sudah tepat akan datang seorang laki-laki yang menyerupai sikap papa Bian, dan dia akan menanti sampai waktu itu tiba. ** Sepulang sekolah seperti biasa, Sofia akan meminta mang Ujang untuk membiarkannya pergi. Namun saat itu mang Ujang melarangnya, sudah cukup seminggu yang lalu membiarkan Sofia menikmati waktu bersama teman-temannya, dan kali ini tidak ada lagi kesempatan yang di berikan. “ Mang Ujang kok jahat banget, aku Cuma mau pergi bareng mereka sebentar kok.” “ Nggak non, saya nggak mau kasih izin lagi. Udah cukup kemarin jalan-jalannya, saya takut bapak tau.” “ Nggak bakalan tau, percaya deh sama aku. Ya.. aku pergi ya.” “ Ajak Diandra juga ya non, kalau non nggak mau saya ikut tapi setidaknya ada yang jagain non Sofia.” “ Nggak mau, aku Cuma mau pergi bareng mereka aja.” “ Biarin aja pak, kalau ada apa-apa kita laporin ke papanya aja.” Sahut Diandra yang sudah tidak tahan sejak tadi. “ Kok kamu gitu? “ Lontar Sofia tidak terima. “ Habisnya kamu selalu cari masalah yang nantinya ngimbas ke aku sama bapak, kamu nggak mikir bagaimana marahnya papa kamu nanti? Jangan egois jadi orang.” Balas Diandra ketus. “ Diandra, kamu jangan ngomong kaya gitu ke non Sofia.” Sahut Mang Ujang namun tak di gubris oleh Diandra. “ Aku pergi, terserah kalian mau lapor papa atau nggak.” Sofia pun beranjak pergi dengan rasa kesalnya. “ Non Sofia.?” Panggil Mang Ujang berusaha untuk mengejar namun di tahan oleh Diandra. “ Biarin aku aja yang ngikutin dia pak.” Sambung cowok itu dan bergegas mengejar langkah Sofia. ** Keempat gadis SMA itu baru saja memasuki sebuah pusat perbelanjaan, mereka sudah mengganti pakaian mereka dengan pakaian kasual. Dan seketika merubah penampilan mereka dari anak SMA menjadi gadis-gadis biasa yang hendak untuk shoping. Selama berteman dengan Kayla, Naura, dan Mayang kehidupan Sofia benar-benar telah berubah drastis. Dia merasa senang karena bersama mereka dapat memberikan banyak pengalaman yang tidak pernah di dapatkan. Pertama-tama mereka datang untuk membeli ponsel keluaran terbaru, lagi-lagi Sofia yang membayarnya untuk empat unit ponsel yang sengaja di beli agar mereka berempat memiliki model yang sama. “ Uang kamu masih cukup kan buat kita beli baju? Kita perlu baju yang samaan juga.” “ Masih cukup kok.” Selanjutnya adalah baju couple-an, dan setelah itu tas, lalu yang terakhir adalah gelang. Kayla menambahkan bahwa gelang sangat wajib untuk sebuah persahabatan supaya menandakan bahwa gelang tersebut adalah simbol persahabatan mereka. “ Kita makan yuk, laper nih.” Ajak Kayla di setujui oleh semuanya. Mereka pun mendatangi sebuah restoran Jepang yang terbilang elit di lokasi tersebut, dan mereka pun langsung memesan menu yang sekiranya enak pada pelayan. Sofia sendiri mulai mengecek uangnya, ia berpikir uangnya masih cukup untuk mentraktir mereka makan siang. Dan semoga setelah ini tidak ada pengeluaran lagi, atau ia terpaksa menjual jam tangan miliknya. “ Sofia, enak banget sih jadi kamu. Kaya nggak ada beban gitu mau keluarin uang.” Sahut Naura di balas anggukan setuju dari Mayang. “ Sebenarnya bokap lo kerja apaan sih? “ Tanya Kayla. “ Papa direktur perusahaan.” Jawabnya lirih. “ Jadi selama ini bokap lo direktur? Pantes aja uangnya banyak.” “ Emang direktur dimana? Perusahaan besar.?” “ Hmm, aku nggak tau soal perusahaanya.” Kata Sofia tak ingin membuat Kayla merasa risih. “ Setiap bulan dapat berapa dari papa kamu.?” Tanya Mayang penasaran. “ Aku nggak pernah minta, tapi papa yang langsung ngirim ke rekening aku dan aku nggak pernah tau dengan jumlah nominalnya.” “ Wah enak banget, jadi pengen kaya kamu.” Pesanan mereka pun datang, dan semuanya kembali menikmati makanan itu dengan khidmat. Kelezatan yang di sajikan dalam menu –menu yang tersedia membuat mereka tak menyesal datang ke tempat itu. Setelah semua selesai, pelayan datang membawakan bill yang di terima oleh Sofia saat itu juga. Totalnya 2 juta rupiah, dan untungnya uang Sofia masih cukup sehingga ia langsung memberikan uangnya secara cash. “ Terima kasih yah Sof, kami beruntung banget punya teman kaya lo.” Kata Naura sambil merangkul tangan Sofia. “ Iya sama-sama.” Balas Sofia juga merasa senang. “ Bentar-bentar, jadi nama geng kita apa nih.?” Tanya kayla. “ Hmmm, gimana kalau The Queens.” Usul Naura. “ Boleh juga, aku setuju.” Seru Mayang. “ Aku juga setuju.” Sahut Sofia. Mereka berempat terlihat sangat kegirangan hingga mereka tak sadar sejak tadi ada yang memperhatikan mereka dari kejauhaan, Diandra masih disana untuk memastikan Sofia aman sampai pulang ke rumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN