Mobil Toyota Alphard berwarna hitam itu baru saja berhenti tepat di depan gerbang sekolah SMA Bakti Jaya, dua anak remaja turun dari dalam mobil tersebut dengan senyuman yang merekah.
Keduanya jalan bersama menuju gedung sekolah dengan langkah yang santai, di perjalanan menuju kelas itu mereka mendengar suara panggilan yang membuat keduanya kompak menoleh, sebenarnya panggilan itu hanya untuk Sofia namun karena Diandra refleks dia pun ikut menoleh.
“ Good morning Sofia.” Seru Naura begitu ceria.
“ Morning too.” Balas Sofia tersenyum simpul.
“ Sofia, aku ke kelas duluan ya.” Sahut Diandra di balas anggukan pelan dari gadis itu.
“ Kamu dekat banget ya sama Diandra, sampai datang ke sekolah bareng gitu.” Ucap Mayang masih memperhatikan Diandra berjalan.
“ Dia anak orang kaya juga Sof? “ Tanya Kayla.
“ Hmmm, sebenarnya dia anak pembantu di rumah aku.” Jawab Sofia polos.
“ Hah? Jadi dia anak pembantu? Kok kalian kelihatan dekat gitu? Gue aja nggak pernah dekat sama anak pembantu di rumah gue.” Lontar Kayla.
“ Sama, gue juga nggak dekat kaya lo sama dia.” Sambung Naura.
“ Aku nggak karena pembantuku nggak punya anak, jadi nggak tau rasanya jadi kalian.” Sahut Mayang.
“ Emang salah ya kalau kita dekat sama anak pembantu sendiri.?” Tanya Sofia.
“ Salah lah, kita kan beda kasta.”
“ Terus dia bisa sekolah di SMA ini jangan-jangan karena bokap lo juga.?”
Sofia tidak ingin berbohong dengan teman-temannya, dia pun memberitahu semuanya kepada mereka bertiga tentang Diandra dan bagaimana cowok itu bisa bersekolah di SMA yang terbilang sangat bergengsi di Jakarta.
**
Di dalam kelas Kayla, Naura, dan Mayang terus menerus menyinggung Diandra yang seorang anak pembantu, hal itu membuat Sofia resah dan melirik Diandra dengan tatapan sayu.
Sofia sudah memberitahu mereka melalui grup chat untuk berhenti menyinggung hal itu, namun sayang mereka tidak menghiraukannya. Oleh sebab itu teman-teman yang lain pun penasaran dan ikut mempertanyakan siapa anak pembantu di kelas mereka.
“ Kalian lihat aja di kelas ini yang kelihatan anak kampungnya siapa.?” Ujar Kayla membuat beberapa dari mereka sibuk mengamati semua orang yang ada di kelas.
“ Diandra tuh kelihatan banget penampilan anak kampungnya.”
“ Iya juga sih, Diandra kaya anak kampung.”
“ Jadi dia Kay, anak pembantu yang barusan lo bilang.”
“ Hmm, kalian tanya aja sendiri ke dia.”
Sofia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi saat ini, kenapa status seseorang sangat di permasalahkan. Memangnya apa yang salah dengan anak seorang pembantu atau seorang pengusaha? Mereka sama-sama manusia dan mereka tidak pantas di beda-bedakan seperti ini.
Ketika Sofia ingin menegur mereka dan saat ini sudah berdiri dari kursinya, tiba-tiba bel berdering membuat semua murid kembali ke kursi mereka masing-masing. Sofia benar-benar merasa tidak enak terhadap Diandra yang sejak tadi terlihat diam tak bersuara.
Sofia perlahan kembali menjatuhkan tubuhnya dan tetap melirik Diandra, dia takut Diandra marah padanya dan untuk meminta maaf dia pun menarik buku dan menuliskan kata-kata permintaan maaf kepada cowok itu.
“ Maaf ya, aku bilang ke mereka tentang kamu. Aku nggak tau kalau mereka bakal ngomong gini.” Sofia menyodorkan bukunya ke Diandra dan di terima cowok itu.
“ Nggak apa-apa, aku nggak marah. Apa yang mereka bilang emang bener kan, aku nggak malu meskipun mereka itu pembantu di rumah kamu, justru sebaliknya aku bangga kok sama ibu dan bapak.” Diandra mengembalikan bukunya ke Sofia.
Sofia tersenyum setelah membacanya, dia dan Diandra saling menatap satu sama lain dengan perasaan lega setelah apa yang di khawatirkannya ternyata tidak mengganggu Diandra.
**
Sepulang dari kantin menuju kelas, Sofia dan ketiga temannya sibuk membahas rencana mereka sehabis sekolah usai. Sofia hanya menyimak apa yang di katakan oleh ketiga temannya itu karena dia tidak mengerti sama sekali soal hal itu.
“ Sofia.” Sahut seseorang membuat mereka berhenti dan melirik ke arah sumber suara barusan.
“ Bu Rosa.” Sahut Sofia dan langsung berlari memeluk wanita itu.
“ Akhirnya bisa ketemu kamu, kemarin ibu ada seminar di luar kota selama seminggu jadi nggak bisa lihat kamu masuk sekolah.” Kata Bu Rosa sambil menyentuh kepala Sofia.
“ Nggak apa-apa bu, gimana penampilan aku pake seragam SMA.?” Tanya Sofia menunjukkan penampilannya dengan bangga pada Bu Rosa.
“ Cantik banget, ibu aja sampai pangling tadi ngeliatnya.”
“ Sof, kita ke kelas duluan yah. “ Sahut Naura.
“ Eh iya, kalian duluan aja.” Balas Sofia menoleh ke arah mereka.
“ Permisi Bu.” Kata mereka dan berlalu meninggalkan Sofia dan Bu Rosa berduda.
“ Jadi itu teman-teman kamu di kelas.?” Tanya Bu Rosa setelah mereka pergi.
“ Iya bu, mereka bertiga teman-teman aku di kelas.”
“ Dengar ya Sofia, ibu nggak ada niat untuk mengatur kehidupan kamu. Dalam memilih teman itu kita harus pilih-pilih loh, karena teman itu akan mencerminkan bagaimana kita kedepannya. “
“ Mereka baik-baik kok bu, aku senang berteman sama mereka.”
“ Syukurlah kalau mereka teman yang baik, karena ini perrtama kali kamu sekolah dan memulai pertemanan ibu berharap ke depannya kamu akan senang terus. Dan jangan kecewain papa kamu terlebih penting.”
“ Iya bu, aku akan selalu jaga diri dengan baik, dan nggak akan ngecewain papa Bian.” Balas Sofia mantap.
“ Ya udah kamu ke kelas gih, bentar lagi jam kedua di mulai.” Ucap Bu Rosa dan mereka pun berpisah di koridor.
**
Bel sekolah berdering cukup nyaring yang menandakan kelas sudah berakhir dan semua murid di persilahkan untuk pulang ke rumah masing-masing, saat itu Sofia di panggil oleh Kayla, Naura, dan Mayang untuk merencanakan rencana mereka selanjutnya.
“ Jadi gimana nih, mau nongkrong dimana.?” Tanya Naura sambil merapihkan barang-barangnya.
“ Ke mall aja yuk shoping sekalian makan siang di sana juga.” Usul Kayla.
“ Boleh juga.” Sambung Mayang.
“ Gimana Sof, lo boleh kan gabung bareng kita.?” Tanya Kayla melirik Sofia yang sejak tadi diam menyaksikan.
“ Kata papa aku boleh pergi, tapi Diandra sama mang Ujang supir aku harus ikut.” Balas Sofia sukses membuat ketiga teman-temannya tertawa.
“ Ngapain ngajak mereka sih? Kita itu mau nongkrong di tempat bagus. Nggak usah ngajak mereka juga kali.” Lontar Kayla kemudian.
“ Ya tapi aku nggak di izinin pergi kalau mereka nggak ikut.”
“ Ya udah deh lo nggak usah ikut aja, dari pada bawa mereka bangung sama kita ya nggak.”
“ Iya, ini kan kumpulan geng kita, mereka nggak ada hubungannya nggak usah di ajak.”
Sofia pun bingung harus berbuat apa, dia begitu ingin bergabung bersama mereka namun di satu sisi dia tidak ingin mengecewakan papanya.
“ Ya udah aku tanya ke mang Ujang supir aku dulu supaya dia pulangnya sama Diandra aja.” Kata Sofia akhirnya.
“ Nah gitu dong. Kita tunggu lo di depan, kita perginya naik mobil Naura aja.” Sahut Kayla dan di balas anggukan pelan dari Sofia.
Perlahan Sofia mulai menghampiri Diandra yang sudah menunggunya sejak tadi, namun ekspresi Sofia saat itu terlihat bingung dan membuat Diandra ikut bingung di buatnya.
“ Kenapa, kok mukanya bingung gitu.?” Tanya Diandra lirih.
“ Aku mau pergi sama mereka, tapi aku nggak mau kamu sama mang Ujang ikut juga. Kamu mau kan rahasiain ini dari papaku.?”
“ Aku bukannya nggak mau, tapi ini amanah dari papa kamu. Kalau kamu mau pergi, aku sama bapak harus ikut.”
“ Ya tapi mereka nggak mau ada kamu sama mang Ujang.”
“ Kan aku sama bapak bisa nunggu di mobil.”
“ Please ya, kali ini aja jangan bilag ke papa.” Pinta Sofia dengan sangat.
“ Aku nggak mau jawab, kamu bilang sendiri sama bapak. Kalau dia setuju, aku bisa apa.” Kata Diandra tak ingin menatap Sofia.
“ Ya udah aku tanya langsung ke mang Ujang.” Sofia pun berlalu meninggalkan kelas di ikuti langkah kaki Diandra di belakangnya.
Kini Sofia langsung menemui mang Ujang untuk meminta izin, dan gadis itu langsung memanggil nama mang Ujang yang sudah menunggunya di parkiran sejak tadi.
“ Mang, aku mau pergi sama temanku. Tapi boleh ya mang Ujang sama Diandra nggak usah ikut.”
“ Loh, non tapi mang Ujang udah janji sama bapak buat jagain non Sofi.”
“ Please mang, kali ini aja.” Pinta Sofia sekali lagi dengan tampang yang sangat memelas.
Mang Ujang terlihat melirik Diandra yang sudah angkat tangan dengan Sofia, melihat Sofia yang memintanya dengan wajah memelas lantas membuat mang Ujang tak tahan dengan semua ini.
“ Kalau nanti bapak tau gimana? Saya sama Diandra yang kena marah.” Kata Mang Ujang tetap berusaha agar Sofia mengurungkan niatnya.
“ Nggak akan mang, aku janji bakal pulang cepat dan nggak pergi jauh-jauh.” Ucap Sofia mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
“ Ya udah, tapi nanti kalau di jalan ada apa-apa langsung telpon saya ya non. Dan kalau udah mau pulang langsung hubungin saya, biar saya jemput.” Lontar Mang Ujang dan langsung mendapat senyuman penuh kegirangan dari Sofia.
Setelah mendapat izin dari mang Ujang barulah Sofia segera menemui ketiga temannya, sebelum pergi dia melewati Diandra dan menjulurkan lidahnya tanda mengejek ke cowok itu. Diandra hanya diam memperhatikannya pergi dengan langkah yang begitu girang.
“ Bapak kok ngizinin dia sih, nanti kita dapat masalah lagi loh pak.” Sahut Diandra yang kini sudah berdiri di samping mang Ujang.
“ Mau gimana lagi Ndra, kasihan juga dia baru ngerasain sekolah di luar. Bapak udah lihat non Sofia sejak bayi sampai sekarang hidupnya penuh kekangan dari pak Bian, sekali-kali biarin dia memilih keinginannya bapak rasa nggak ada masalah.” Jawab mang Ujang dengan senyuman.
“ Terserah bapak aja deh, abis ini kita ngapain.?” Tanya Diandra penasaran.
“ Kita jalan-jalan bentar abis itu pulang ke rumah, untungnya pak Bian pulang malam jadi nggak ada masalah kalau kita kembali ke rumah agak telat.”