Bab 8. First Meet

2059 Kata
Aku sedang sakit, tidak ada yang merawat Beatrice. Bisakah kau menjemputnya untuk tinggal bersamamu selama aku masih belum sembuh? Itu juga jika kau merasa sebagai wanita telah melahirkannya. Sudah beberapa kali Selena membaca surat itu, tapi isinya tetap sama. Salahkah dirinya jika mengharapkan apa yang tertulis di surat itu hanyalah kebohongan ibunya semata? Sebab ibunya ingin mempertemukannya dengan putrinya. Atau, dia yang salah membaca deretan huruf di surat itu. Sejak beberapa menit yang lalu, Selena mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia bersyukur Alexant sekarang sedang tidak 'rewel' sehingga dia bisa lebih bebas. Maksudnya, dia bisa memikirkan isi surat dengan benar. Surat itu datang kemarin. Ibunya memberitahu jika sedang sakit, dan tidak bisa merawat Beatrice. Hal ini adalah petaka baginya. Dia tak ingin melihat anak itu, anak yang sudah dilahirkannya, tapi tidak diinginkannya. Selama menikah dengan Joseph, tak pernah sekalipun dia merasa bahagia. Pernikahan tanpa didasari cinta merupakan sesuatu yang buruk, dia sudah merasakannya. Meskipun dia sudah mencoba dengan segala cara agar bahagia, tetap saja tidak bisa. Pernikahannya diperparah dengan Joseph yang pemabuk dan ringan tangan. Tak jarang Joseph memukulnya, padahal dia sedang mengandung putri mereka. Oleh sebab itu, dia menerima tawaran bekerja di istana. Dia ingin bebas dari Joseph yang selalu membuatnya merasa tersiksa. Mungkin dia wanita yang jahat. Semua tetangganya, bahkan mungkin seluruh dunia akan mencapnya sebagai wanita terjahat di dunia, bila mendengar cerita dari mulut ke mulut tanpa bertanya dulu padanya apa yang sebenarnya terjadi. Dia memang meninggalkan putrinya, tak ingin melihatnya. Itu semua semata-mata agar dia tidak melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya. Beatrice sangat mirip dengan Joseph, ayahnya. Dia membenci pria itu, dia meninggalkan Beatrice dan tidak pernah ingin mengunjunginya karena tidak ingin ikut membencinya. Bagaimanapun beatrice adalah putri kandungnya, anak yang lahir dari kandungannya. Dia tak ingin semakin menambah kesalahan dengan membenci Beatrice. Satu-satunya jalan agar dia tidak lagi membenci Beatrice adalah dengan tidak melihatnya lagi. Sengaja dia meninggalkannya bersama ibunya. Bahkan dia menolak hadir pada pemakaman Joseph. Meskipun tidak mensyukuri kematian Joseph, dia juga tidak menyesalinya. Dia hanya merasa sedikit lega. Entah karena apa, yang pasti rasanya sangat lega, seolah sebagian beban hidupnya terangkat. Mata biru Selena kembali menekuri huruf demi huruf yang tertulis di atas kertas yang masih berada di dalam genggaman tangannya. Dia mencari di mana peletakan. huruf yang salah. Dia harus bisa menemukan alasan agar tidak bertemu dengan Beatrice. Dia tak ingin semua kenangan buruknya di masa lalu kembali menetap di ingatannya. Itu adalah hal buruk, dan hal terakhir yang diinginkannya. Beatrice adalah petaka baginya, yang berwujud putri kandungnya. Iya, dia memang egois karena mementingkan dirinya sendiri, tapi semua itu ada alasannya. Dia tidak ingin membuat dirinya semakin berdosa. Namun, isi surat ibunya tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia sudah mengirim seorang prajurit untuk mencari tahu bagaimana keadaan ibu dan putrinya yang sebenarnya. Jika memang ibunya benar-benar sakit, maka dengan sangat amat terpaksa, dia akan merawat anak itu –hanya untuk sementara waktu, dan mengirim seorang pelayan untuk merawat ibunya. Kemudian mengembalikan Beatrice untuk dirawat neneknya lagi setelah ibunya sembuh. Dia tidak ingin merawat Beatrice dalam jangka panjang. karena itu sama saja dengan membunuhnya secara perlahan. Selena menggigiti kuku-kuku jarinya, kebiasaan buruk saat dia sedang gugup. Dia tengah menanti kepulangan prajurit yang kemarin diutusnya. Sore ini prajurit itu akan tiba kembali di istana. Dia berharap prajurit itu akan pulang sendiri, tanpa membawa serta Beatrice. Namun, semua harapan itu sirna kala satu setengah jam kemudian prajurit yang dinantinya tiba. Seorang gadis kecil berambut pirang dengan gaunnya yang lusuh dan wajah yang kotor berdiri di sampingnya. Dunia terasa berhenti berputar bagi Selena, seperti detak jantungnya yang rasanya juga berhenti. Gadis kecil itu adalah Beatrice, putrinya. Sebenarnya, Selena ingin memeluknya. Nalurinya sebagai seorang Ibu bangkit seketika dan memintanya untuk memeluknya. Dadanya terasa sesak melihat keadaan putrinya yang tak terawat. Namun, sisi egoisnya membuatnya bertahan di tempatnya berdiri. "Nyonya Selena, isi surat yang Anda terima tidak berbohong, Ibu Anda memang sedang sakit." Prajurit yang membawa Beatrice memberi laporan dengan kepala menunduk hormat. Meskipun bukan seorang bangsawan, tapi Selena adalah pengasuh pangeran, kedudukannya di istana lebih tinggi dari para prajurit itu. Panggilan nyonya diberikan untuknya. Seandainya dia seorang bangsawan, tentu mereka akan memanggilnya dengan sebutan Madam. "Gadis kecil ini adalah putri Anda." Prajurit itu meraih tangan Beatrice, membawanya maju ke depan Selena yang menatapnya dengan dingin. Selena mengepalkan kedua tangannya kuat sampai buku-buku jarinya memutih. Dia sedang berusaha keras menahan kedua tangannya agar tidak mengusap pipi putrinya yang kotor, dan memeluk tubuh mungilnya. Dia tidak boleh lemah, sudah cukup air matanya terkuras selama ini, dia tidak akan mau menambahnya lagi. Gadis kecil itu mendongak, mata mereka bertemu, dan itu cukup membuat Selena untuk memanggil seorang pelayan agar memandikan Beatrice dan memberinya makan. Dia tidak akan mau menyentuhnya, tidak boleh. *** Beatrice tidak bersuara. Sejak kemarin, saat nenek memberitahunya jika dia akan tinggal bersama ibunya untuk sementara waktu, dia menjadi pendiam. Kesehatan nenek memburuk sejak seminggu yang lalu, dan nenek tetap memaksakan diri untuk bekerja karena jika nenek berdiam diri saja mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Bangsawan pemilik perkebunan tomat tempat nenek bekerja memberi upah setiap harinya begitu nenek selesai bekerja pada sore hari. Seperti yang sudah diduganya, nenek tidak dapat bertahan, dan pingsan saat baru akan memulai pekerjaannya. Penjaga perkebunan memperbolehkan nenek untuk pulang, dan memberinya sedikit uang untuk berobat juga untuk makan. Pria itu sangat baik, dia tidak akan melupakan jasanya. Dua hari kemudian, seorang pria berpakaian tidak biasa datang ke gubuk mereka. Pria itu langsung masuk begitu saja tanpa izin. Nenek memberitahu jika dia adalah prajurit utusan dari ibunya, dan prajurit itu datang untuk menjemputnya. Apakah itu artinya dia akan meninggalkan nenek dan tinggal bersama wanita yang tidak dikenalnya? Tentu saja pada awalnya dia menolak. Jika dia pergi, lalu, siapa yang akan merawat neneknya? Ternyata prajurit itu tidak sendirian. Dia bersama seorang wanita muda berpakaian indah. Wanita itu ternyata pelayan, ibunya juga yang mengutusnya untuk merawat nenek selama nenek sakit. Berbagai macam alasan yang diberikannya tidak mampu membuat nenek mengubah keputusannya. Pada akhirnya dia tetap ikut dengan prajurit itu, dan tiba di tempat ibunya bekerja dua hari berikutnya. Beatrice tidak menyangka jika tempat ibunya bekerja sebesar ini. Dia memang mendengarnya dari nenek, ibunya bekerja di istana sebagai pengasuh pangeran Alexant. Dia sudah sering mendengar nama itu, tapi belum pernah melihat bagaimana rupanya. Dari pembicaraan orang-orang yang didengarnya, pangeran Alexant berusia sebelas tahun. Itu artinya dua tahun di atasnya. Memikirkan kemungkinan mereka bisa menjadi teman membuatnya sedikit bersemangat. Selama ini, tidak ada seorang pun yang mau berteman dengannya. Para ibu-ibu melarang anak-anak mereka untuk berdekatan dengannya. Mereka semua memandangnya sebagai gadis kecil yang rendah dan hina. Ibunya saja tidak menginginkannya apalagi orang lain yang tidak ada hubungan kekerabatan dengannya. "Wah, kau sangat cantik!" Seruan kagum itu membuat Beatrice menatap pelayan wanita di depannya. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Fasha, dan akan merawatnya selama dia tinggal di sini. "Nyonya Selena sangat beruntung memiliki putri cantik sepertimu." Fasha tersenyum, tangannya terus bergerak memberikan sentuhan akhir pada Beatrice. "Nah, sudah selesai. Lihatlah dirimu di dalam cermin." Dia mendorong lembut bahu Beatrice ke arah cermin besar yang berada di kamar itu. Beatrice terpana. Bukan karena melihat pantulan dirinya di dalam cermin, tetapi karena melihat benda yang memantulkan bayangannya. Ragu-ragu Beatrice melangkah mendekat ke arah cermin, dia takut benda bersinar itu akan memakannya. Beatrice tidak pernah melihat cermin sebelumnya, jika ingin berkaca, dia akan pergi ke tepi sungai, dan melihat bayangannya di dalam jernihnya air sungai. Pertama memasuki ruangan ini beberapa jam yang lalu, Beatrice sempat kebingungan. Seumur hidupnya, baru pertama kali ini berada di dalam ruangan suas ini. Gubuk yang ditempati berukuran seratus kali lebih kecil, dia tak yakin tak akan kelelahan hanya untuk mencapai tempat tidur besar yang sangat indah di ujung ruangan. Ada beberapa buah tempat duduk mengelilingi sebuah meja, sebuah cermin besar dan indah yang kini memantulkan bayangannya, lemari besar terletak di bagian kiri kamar. Lemari itu sangat besar, bahkan dia bisa tinggal di dalamnya. Jika dia mendongak, dua buah lampu gantung yang sangat indah ditangkap oleh netranya. Lampu itu berkilauan, seperti sinar matahari saja, dia belum pernah melihat lampu seindah itu. Langit-langit ruangan juga tak kalah menakjubkan, warna emas yang mendominasi membuatnya terlihat sangat mewah di matanya. Dia merasa seperti sedang bermimpi saja. Tanpa sadar bibir Beatrice menyunggingkan senyum. Ternyata setelah dilihat di dalam cermin, dirinya cantik juga. Eh, benarkah itu bisa dikatakan cantik? Rambut pirang, mata biru, hidung kecil yang mancung, bibir mungil yang berwarna merah, dan pipi yang merona. Dia baru menyadari jika seperti itu bisa dikatakan cantik. "Bagaimana? Kau sangat cantik, bukan? Bahkan kecnatikanmu menyamai Lady Elsa." Fasha tertawa. Elsa Baige adalah putri tunggal perdana menteri Namira. Usianya sembilan tahun, setara dengan Beatrice. Dia juga memiliki rambut pirang dan bila mata yang berwarna biru. Dibalut dengan etika dan tata krama yang diajarkan padany asejak masih sangat kecil, Elsa tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang sempurna. Dulu, dia digadang-gadang akan menjadi permaisuri Alexant dan akan memimpin Namira berasamanya. Namun, semua perkiraan itu musnah setelah Alexant mengucapkan ikrarnya di depan semua orang, bahwa dia akan menikah dengan putri bangsawan Mars, di depan semua orang. Seluruh rakyat maupun bangsawan, bahkan pemimpin Namira harus tunduk dan taat pada peraturan yang berlaku. Tidak ada yang bisa menarik kata-kata Alexant, termasuk perdana menteri ynag sangat menginginkan putrinya melraih kedudukan tertinggi. Perdana menteri yang berwajah angkuh –seangkuh Elsa– tidak dapat berkutik, apalagi Alexant mengikrarkannya di depan para petinggi Namira. Beatrice menoleh, menatap Fasha dengan bingung. "Siapa Lady Elsa? Apakah nanti dia mau bermain denganku?" tanyanya polos. Beatrice sangat ingin memiliki teman, satu orang pun tidak apa-apa. Seumur hidupnya, tidak pernah ada yang mau berteman dengannya. Dia tidak iri melihat anak seusianya menghabiskan waktu bersama orang tua mereka, dia akan iri bila melihatnya berkumpul dan bercanda bersama teman-teman sebaya. Pernah sekali dia mencoba ikut berkumpul bersama mereka, tapi mereka segera membubarkan diri setelah menghinanya dengan kata-kata kasar. Padahal mereka bukan anak-anak bangsawan, mereka adalah anak-anak rakyat jelata seperti halnya dengan dirinya. Namun, sikap mereka jauh lebih sombong dan nagkuh dibandingkan anak-anak bangsawan itu sendiri. Kata-kata mereka juga lebih kasar. Saat itu, dia hanya bisa menangis dan membiarkan anak-anak itu semakin menghinanya. Setelah kejadian itu, Beatrice tidak pernah lagi menghampiri ataupun memiliki keinginan untuk menjalin pertemanan dengan anak-anak itu. Dia tidak ingin kembali menangis mendengar kata-kata kasar mereka. Dia tidak ingin melihat Nenek bersedih. Nenek menangis saat dia menceritakan apa yang dilakukan anak-anak itu padanya. Fasha tersenyum masam. Siapa pun orangnya di dalam istana ini sudah mengenal watak dan sifat Elsa. Gadis kecil itu lebih memilih sendiri daripada harus berteman dengan seseorang yang lebih rendah derajatnya darinya. "Kusarankan padamu untuk tidak berdekatan dengannya." Dia meringis. "Meskipun kalian seumuran, Lady Elsa tidak akan mau berteman denganmu, status kedudukannya lebih tinggi daripada kita." Beatrice menelengkan kepala, hidungnya berkerut. "Status kedudukan yang tinggi itu apa?" tanyanya polos. "Apakah kita juga memiliki status kedudukan yang sama tingginya seperti mereka? Kita juga mengenakan gaun yang cantik seperti gaun mereka, kenapa mereka masih tidak mau berteman dengan kita?" Fasha tersenyum lagi, kali ini lebih manis dari tadi. "Kita berbeda. Meskipun kita mengenakan gaun yang cantik seperti yang kita kenakan sekarang, kedudukan kita tetap lebih rendah, Sayang." Dia mengembuskan napas. Sepertinya Beatrice tidak pernah diberikan pelajaran etika atau tata krama ataupun yang lainnya. "Kita hanyalah pembantu mereka. Nyonya Selena hanyalah pengasuh Yang Mulia Pangaeran Alexant, itu tidak sebanding dengan seorang bangsawan, bahkan yang paling rendah sekalipun." Mata biru Beatrice mengerjap beberapa kali. Dia masih belum mengerti tentang status dan kedudukan yang dikatakan Fasha. Nenek tidak pernah memberitahu tentang semua itu. Nenek hanya mengatakan jika mereka bukanlah bangsawan, mereka hanya rakyat biasa yang kedudukannya lebih rendah. Beatrice menganggu. Meskipun belum mengerti, dia tak ingin dianggap bodoh oleh Fasha. "Baiklah, Sayang." Fasha menepuk kedua bahu mungil Beatrice, kemudian berdiri. "Sebaiknya kita keluar sekarang dan temui ibumu. Kupikir dia pasti akan senang melihatmu sudah bersih seperti sekarang." Fasha kembali menyunggingkan senyum. Menarik tangan kecil Beatrice, membawanya keluar kamar. Beatrice mengangguk semangat. Bukan karena ingin bertemu ibunya, melainkan karena dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan orang-orang di dalam istana ini. Pasti ada seseorang yang seusia dengannya yang bisa diajaknya untuk berteman. Dia tak ingin sendirian di tempat sebesar ini. Saking bersemangatnya, Beatrice yang sekarang menarik tangan Fasha. Dia juga berlari tanpa melihat arah depannya. Yang menyebabkan dia menabrak seseorang. Beatrice jatuh ke belakang, terduduk di atas lantai. Namun, bukan itu yang membuat jantung Fasha seakan berhenti berdetak, melainkan anak yang bertabrakan dengan Beatrice. Gadis kecil itu sudah bertabrakan dengan Alexant.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN