"Aku hamil!" "Aku akan menikahimu!" "Tidak! aku tidak mau. AKu lebih baik mati dari pada aku hamil anak mu!" "Kristi!" "Kristi!" "KRISTI!" Aron terbangun dari mimpi buruknya, terengah-engah dan mata terbelalak. Mimpi yang akhir-akhir ini selalu menghantuinya, membawa bayangan gelap yang menekan jiwanya. Tubuh atletisnya, yang biasanya tampak begitu kokoh dan tak terkalahkan, kini berkeringat deras, berkilauan di bawah sinar rembulan yang lembut dan seakan penuh simpati. Cahaya bulan menembus tirai tipis, menciptakan pola-pola bayangan yang menari di dinding kamar. Aron duduk di tepi ranjang, memegang kepalanya yang berat dengan kedua tangan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, seolah melambangkan ketakutan yang belum sepenuhnya hilang. Hembusan angin malam yang masuk lewat jende