PPW 19 – Dalang

1086 Kata
Aku terus bertekad dalam hari untuk sampai di istana. Dan benar saja, kali ini semesta seakan memang sedang memihak kepadaku. Kini, aku melihat gerbang Istana Kerajaan Kosala yang sesungguhnya. Istanamnya jauh lebih megah dari Istana milik Pangeran Rama dan Putri Shinta. Melihat kami dtanag, pengawal yang ada di depan istana langsung membukakan gerbang. Untunglah aku tidak perlu diinterogasi terlebih dahulu. Kemudian, aku pun langsung masuk ke dalam singkat cerita, kepemimpinanaku diambil alih oleh ketua yang sbeelumnya menunjukku untuk menjadi pemandu pegawal ytersebut. Di dalam istana aku mulai mencari wkatu-waktu yang pas untuk menyusup ke dalam istana yang sesungguhnya, tempat ibu tiri Pangeran Rama berada. Dan lagi, aku bisa menembus istana, meski aku harus sangat berhati-hati. Untungnya pakaian yang digunakan oleh semua prajurit di sini sama jadi aku yakin tidk aka nada yang mencurigai keberadaanku. “Aku harus cepat,” kataku. Aku langsung bergerak begitu saja. Waktuku hanya sedikit dan aku tidak mau kalau semua orang mengetahui penyamaranku, aku bisa mati dipasung kalau ketahuan. Aku melihat seorang wanita paruh baya yang datang dengan dua permainsuri. Aku yakin kalau wanita paruh baya yang terlihat sangat anggun itu adalah ibu tiri dari Pangeran Rama. Aku pun langsung pergi mengikutinya dengan tidak ketawa. “Ibunda, saya sudah berhasil membawa Pangeran Rama dan istrinya ke hutan yang sangat jauh. Mereka sudah tidak bis akeluar dari hutan dan tidak lagi memiliki istana,” kata seorang laki-laki yang sepertinya seumuran dengan Pangeran Rama. “Bagus, Bharata. Bagus sekali anakku. Kalau sudah begini, kau akan menjadi raja. Besok adalah acara penobatan kamu mejadi raja, jadi bersiap-siaplahg,” kata Wanita pertsebut yang aku yakin adalah Ratu Kaikeyi. Ternyata dugaanku dan Annaliese benar adanya. Ternyata orang yang menyerang dan mengasingkan Pangeran Rama dan Shinta adalah ibu tiri dari Pangeran Rama. “Tapi, Ibunda, apakah kita tidak keterlaluan?” tanya Bharata. “Tidak, Nak. Ini semua salah dari ayahmu yang tak mau menepati janjinya. Sebelum menikah dengan ayahmu, Ibunda sudah melakukan perjanjian kalau kaulah yang akan menadi Rajja, namun seiring berjalannya waktu, orang yang diangkat menjadi raja justru adalah Pangeran Rama. Ibunda tidak bisa membiarkan ini terjadi,” kata Ratu Kaikeyi, “Lagi pula, kita hanya mempertahankan hak kita.” Sambungnya. Bharatha hanya bisa menganggukkan kepalanya begitu saja. Aku harus pulang sata ini juga. Semua informasi yang aku butuhkan sudah terasa lengkap. Aku harus kembali ke hutan dan memberitahu semuanya bahwa bukan Raksaksa itu yang mengirim pasukan untuk menyerang istana. Aku tidak mau akalau kesalahpahaman ini tidak akan bisa diselesaikan oleh waktu. Aku takut kalau Pangeran Rama mencoba menyerang kerajaan kosala. “Aky harus pergi sekarnag juga. Ini semua sudah cukup,” kataku. PRANG! Sial, aku menjatuhkan seuah hiasan yang membuat suara gaduh yang membuat aku ketahuan. “Siapa di sana?!” seru Pangeran Bharata. Aku langsung mencoba berjalan cepat dari sana dan langsung keluar dari istana. Namun, sungguh aku kurang beruntung, aku langsung jadi bahan incaran pada pengawal. Di saat-saat seeprti ini, hal yang bisa aku lakukan hanyalah berlari. Aku pun berlari begitu saja. Jantungku berdegub dengan sangat kencang mengingat di belakangkua sudah banyak orang yang berterak-teriak memintaku berhenti. Aku tentu tidak berhenti dan lebih memilih untuk melanjutkan pelarian ini. “Aku tidak boleh tertangkap,” kataku. Aku pun langsung berlari menuju ke sungai dan berharap ada baju tak terpakai di sana. Lalu aku pun benar-benar mendapatkan sebuah pakaian di pinggir sungai. Aku berani bertaruh kalau pakaian itu adlaah pakaian milik warga yang memang mandi di sungai itu. Aku mengambil pakaian itu dan langsung mengganti bajuku di semak-semak. Setelahnya aku tinggalkan pakaian prajuritku dan pura-pura sedang buang air ketika ada prajurit yang datang. Kemudian, karena tidak mau sampai ektahuan pemilik pakaian yang sedang aku pakai, aku pun langsung memutuskan untuk berlari ke dalam hitan. Aku haris bisa sampai di rumah sebelum ini semua terlambat. Namun, perjalanan tidak mudah. Hari mulai malam dan aku tidak bisa melanjutkan perjalanan. Sebab, akan banyak binatang buas yang akan datang menerkamku kalau aku ketahuan berkeliaran di tengah hujan dengankondisi memakai baju warna merah. Aku tidak bisa membayangkan kalau ada banteng atau apalah itu yang melihata aku memakai baju merah. Aku mencoba mencari tepat yang sekiranya aman untuk aku tempati untuk sementara waktu dna mtaku tertuju pada sebuah pohon yang sangat dibenci oleh ular, lalu aku pun bermalam di sana. Suara lolongan, jangkrik, dan gemercik air terasa menakutkan, namun aku terus mensugesti diriku sendiri kalau tidak aka nada yang terjadi selama aku tetap diam. Di malam-malam seperti ini hal yang paling aku takutkan adalah adanya sekawanan babi hutan. Seboga saja tidak ada. Aku pun mulai memejamkan mata dan saat pagi menjemput aku pun langsung membuka mata dan seketika ada yang janggal dari tubuhku. Tanganku seakan terlilit sesuatu. Aku pun langsung bangun dna membelalakkan mata. Kini di tanganku ada sebuah ular. Padahal aku sangat yakin kalau pohon yang aku sandari itu adalah pohon yang sangat dibenci oleh ular. Dalam mengahdapi situasi seperti ini, aku pun mencoba tenang, lalu aku melepaskan ular itu ebgitu saja. Kemudian, aku memutuskan untuk pergi. Untunglah ular itu bukan ular berbisa. Kalau ul;ar berbisa sudah tamat riwayatku. Aku kembali melanjtkan perjalanan. Berjam-jam aku menempuh perjalanan diiringi suara-suara aneh yang menakutkan namun aku terus berpikir positif, sebab hanya itu yang bisa aku lakukan untuk bisa keluar dari keadaan semacam ini. Setelah melewati perjalanan yang sangat jauh, akhirnya aku pun sampai di rumah Pangeran Rama dan Putri shinta. Aku pun langsung merasa senang karena akhirnya aku bisa kembali lagi. “Annaliese!” seruku ketika melihat Annaliese yang terlihat ondar-mandir di depan rumah tersbeut. Annaliese yang mendengar suara teriakanku langsung mendongak mencoba mencari sumber suara. Lalu dia pun tersenyum melihatku kembali. Apa dia merindukanku? “Badrun!” seru Annaliese yang langsung berlari ke arahku dan memelukku. Aku hanya bisa mengusap-usap punggungnya saja. “Kau kembali!” kata Annaliese. “Iya, aku kembali. Ada apa?” tanya Annaliese. Annaliese pun langung melepaskan pelukannya kepadaku. “Ini gawat sekali, BAdrun,” kata Annaliese. Kali ini raut wajahnya berubah menadi serius. “Ada apa?” tanyaku pada Annaliese. “Pangeran Rama kini sedang menuju ke Kerajaan Kosala, menyerang kerajaan itu karena merasa kalau Pangran Rahwana, ah tidak, maksudku Raja Rahwana yang telah menyerang istana,” kata Annalies.e Aku menghela nafas, rupanya aku sedikit terlambat datang, “Rupanya aku terlambat datang,” kataku. “Bagaimana hasilnya? Siapa yang menyernag istana dan mengasingkan Pangeran dan Putri ke hutan menyeramkan ini?” tanya Anneliese memborong pertanyaan. “Ibu tiri pangeran, Ratu Kaikeyi.” Jawabku. “Sudah kuduga,” kata Annaliese. “BENARKAH?” tanya Putri Shinta yang tiba-tiba keluar dari rumah. Aku sontak terkejut dan berpandangan dengan Annaliese.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN