BRUAK!!
Suara pintu yg terdobrak sentak membangunkan Baekhyun yang tidur di sofa. Bukan tanpa alasan, ia memang menunggu Chanyeol pulang.
"Chanyeol?" adalah apa yang pertama kali keluar dari mulutnya setelah ia mengucek mata dan menatap jam dinding yang telah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Chanyeol, kaukah itu?" tanya Baekhyun dalam kegelapan lorong menuju pintu keluar.
Namun, apa yang didapatinya entah kenapa membuat tubuhnya seketika terdiam ditempat.
Bukan jawaban, melainkan deru napas yang beradu ditengah keremangan lorong, cukup membuat Baekhyun ikut merasakan atmosfer panas diantara kedua orang didepannya - Chanyeol dan seorang perempuan yg tengah dicumbu dan dihimpit oleh lelaki tersebut pada dinding belakangnya.
Ctak...
Entah mendapat dorongan darimana, Baekhyun malah menyalakan lampunya, yang malah membuat dirinya merasakan gelenyar aneh.
Perempuan dicumbuan masternya itu menatapnya dengan kening berkerut tentu dengan napasnya yang masih memburu pula karena Chanyeol yang kini tengah sibuk mencumbu lehernya.
Dengan terengah, perempuan itu bertanya pada Chanyeol. "Apakah dia- hh - b***k s-sexs mu- anhh- Chanyeol?"
Ah, Baekhyun bahkan melupakan bahwa dia hanya sekedar b***k s*x bagi Chanyeol. Lantas apakah boleh dengan beraninya ia merasakan gelenyar aneh seolah marah pada apa yang Chanyeol lakukan padanya kini - mencumbu orang lain di depan matanya?
Apalagi saat ia menangkap tatapan mata Chanyeol yang seolah tak peduli padanya, lantas kembali sibuk melecehkan mulut perempuan dihimpitannya itu.
Ya, kau hanya b***k s*x, Byun Slave Baekhyun. - pikirnya. Lantas kemudian beralih pergi, membiarkan Chanyeol serta perempuan itu kini tengah berjalan menuju kamar Chanyeol.
Baekhyun merengkuh tubuhnya sendiri, melangkahkan kaki kearah dapur, dan menatap diam pada apa yang ia masak untuk makan malam Chanyeol.
Hingga ia dikembalikan pada ingatannya pagi tadi tentang Chanyeol yang memuji masakannya, membuat sesuatu dalam hatinya entah kenapa menghangat, dan bermaksud menyenangkan masternya itu lagi dengan masakan yang ia buat untuk makan malam. Namun taunya, sesuatu yang menyesakkan dadanyalah yang ia dapat.
"Mereka bahkan tidak menutup pintunya," lemas Baekhyun bergumam, saat mendengarkan desahan dan jeritan kenikmatan perempuan itu, juga geraman kenikmatan Chanyeol yang entah kenapa sedikit ia rindukan.
Baekhyun lantas menatap tubuhnya cemberut dengan bibir yang sedikit dimajukan. "Aku bahkan tidak punya melon yang bisa diremas oleh Chanyeol," ucapnya sendu, menatap pada dadanya yang sebenarnya sedikit berisi untuk ukuran seorang lelaki.
"Apakah dia kekasihnya?" gumam Baekhyun terdengar seperti lirihan diakhir kalimatnya. "Beruntung sekali..." lanjut Baekhyun saat mendengar jeritan puncak kenikmatan perempuan tersebut.
Tak sadar ternyata ada sebulir air mata menetes menuruni pipinya. Baekhyun menumpu kepalanya pada meja makan, dan dengan cepat terlelap disana, melewatkan sesuatu yang mungkin bisa membuat hatinya sedikit menghangat, Chanyeol, yang nyatanya malah mengucapkan nama Baekhyun pada pelepasan kenikmatannya dengan perempuan itu.
...
Chanyeol mengeratkan pelukannya pada figur yang terlelap disampingnya. Namun seolah merasa berbeda dengan aroma yang beberapa hari ini ia peluk, Chanyeol lantas membuka matanya dengan cepat bersamaan dengan pusing yang menderanya tiba-tiba.
"Sial," umpatnya dengan dengusan diakhir, saat melihat sosok Sunbin - sekretarisnya - yang ia peluk, bukan Baekhyun.
Lantas, dengan kasar ia menarik tubuh Sunbin yang terlelap hingga terduduk, membuat keterkejutan yang kentara di wajah perempuan tersebut.
"Pulanglah," titah Chanyeol datar, dengan wajah yang menunjukkan sirat tak suka.
"Ck! Kau bercanda? Ini bahkan masih pukul dua malam, Chanyeol."
"Keluar sekarang, atau aku yang akan menyeret tubuhmu keluar?" tanya Chanyeol dengan suara beratnya.
Namun, seolah tak peduli, Sunbin malah melanjutkan tidurnya, menyulut kemarahan pada Chanyeol. Lantas dengan tubuh yang masih telanjang itu, Chanyeol menyeret Sunbin untuk pergi dari tempat tidurnya dan melemparkan baju perempuan tersebut tepat dimukanya.
"SIALAN PARK CHANYEOL! KAU YANG MENARIKKU UNTUK b******u DENGANMU, BAHKAN KAU MALAH MENERIAKKAN NAMA ORANG LAIN SAAT BERCINTA DENGANKU, DAN SEKARANG KAU MENGUSIRKU?!"
"Tutup mulutmu, jalang!"
"PARK--"
DOR!
Benar, terlalu banyak omong adalah hal yang tidak Chanyeol sukai. Bahkan, dengan adiknya sendiri pun Chanyeol berani untuk menembakkan peluru - walau hanya sebatas peringatan untuk adinya itu - tapi tetap saja, Chanyeol itu bukan tipe penyabar.
Ia menatap datar pada tubuh Sunbin yang telah berlumuran darah. Lantas melangkah keluar menuju dapur, dan mendapati Baekhyun yang baru hendak berdiri dengan tangan yang masih mengucek matanya, dan tubuhnya mengaku mendapati Chanyeol yang berjalan kearahnya.
"Kau tertidur disini?" tanya Chanyeol pertama kali.
Baekhyun lantas mengangguk sebagai respon. "Aku akan tidur di sofa. Dan, aku memasakkanmu makan tadi, jika kau lapar. Permisi." Baekhyun lantas melangkahkan kakinya untuk keluar dari dapur.
Namun, cekalan tangan Chanyeol pada bahunya, menahan pergerakan Baekhyun lebih dulu.
"Aku tak pernah menyuruhmu untuk bersikap tak acuh padaku, Baekhyun," ucap Chanyeol rendah, menghantarkan hawa dingin di tubuh Baekhyun.
Baekhyun terdiam beberapa detik, kemudian berbalik kearah Chanyeol, lantas bersimpuh dengan kedua lututnya dihadapan masternya, dan menundukkan pandangannya.
"Maaf. Aku telah lancang. Kau boleh menghukumku, master," ucap Baekhyun dengan suara teramat kecil.
Ck! Baekhyun, harusnya kau sadar, kau hanya seorang b***k. Camkan itu, bodoh! - ucap Baekhyun dalam hati.
Selang beberapa detik tak ada sahutan dari Chanyeol, hingga kedua lutut lainnya ikut bersimpuh dihadapan Baekhyun.
"No baby, harusnya aku yang minta maaf, karena telah membuatmu menunggu lama, " ucap Chanyeol yang tiba-tiba memberikan pelukan pada Baekhyun.
Salahkah jika sekarang Baekhyun sedikitnya berharap pada Chanyeol?
Sekali saja, sekali saja Baekhyun ingin mempunyai harapan, dalam hidupnya.