Baekhyun terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya seperti biasa, apalagi saat ia menggerakkan bagian bokongnya – itu tempat yang paling ngilu omong-omong.
Diawal ia membuka matanya, maka tak biasanya ia mendapati Chanyeol yang masih memeluknya. Pikiran Baekhyun kini hanya terpaku pada pahatan sempurna wajah Chanyeol. Bukan, bahkan kata sempurna tak mampu mewakili bagaimana indahnya paras masternya saat ini.
Tangan Baekhyun yang bebas dari rengkuhan Chanyeol, ia ulurkan untuk menapaki wajah masternya. Hangat adalah apa yang pertama kali Baaekhyun rasakan.
Cup.
Pelan, sangat pelan Baekhyun mendaratkan bibirnya dengan mata terpejam di belah tebal Chanyeol.
Bukankah Baekhyun bodoh? Chanyeol adalah orang yang menyiksa fisiknya selama beberapa hari ini, namun bukankah ia sekarang malah terlihat sangat mendambakan seorang Park Chanyeol – masternya?
Entahlah, Baekhyun hanya merasa ia harus melakukan itu semua, kendati dalam hidupnya dulu ia memang sudah selalu tersiksa. Orang tuanya yang memperlakukannya seolah seperti babu, teman-temannya yang selalu mengolok-olok kehadirannya dan mengatainya anak seorang pemabuk dan penjudi, hingga ia berakhir di jual di toko tempat Chanyeol membelinya.
Jadi, bukankah setidaknya ini hanya sebagian dari kesialan hidupnya yang memang sudah dittakdirkan bagi dirinya.
Tidak, Baekhyun tidak menyalahkan Tuhan atau siapa-siapa, toh ia memang tidak mempunyai mimpi sejak kecil, bahkan baginya ia terlalu maruk jika sekadar bermimpi untuk dikasihani apalagi hidup seperti manusia normal pada biasanya.
Intinya, ia sudah rela dan pasrah akan jalan hidupnya yang sangat menyebalkan ini.
Berharap cepat mati saja? Baekhyun juga tak memikirkan itu. Jika memang Chanyeol sudah bosan dengannya, maka silahkan saja masternya itu membunuhnya. Sekali lagi, Baekhyun tak berharap apa-apa atas hidupnya.
Baekhyun lantas beringsut pelan, tatkala mendapati jam di atas nakas sudah berada di angka lima tepat. Dengan sangat pelan pula, ia melepas kungkungan Chanyeol di tubuhnya dengan sesekali ringisan pelan akibat pegal juga nyeri di bagian bokongnya.
Setelah berhasil keluar tanpa membuat Chanyeol terbangun, Baekhyun dengan hati-hati menyelimuti masternya.
Ia berjalan berjinjit, sangat enggan mengganggu tidur Chanyeol yang sepertinya sangat kelelahan itu.
Kini tujuannya adalah counter dapur. Baekhyun lapar tentu saja. Dan ia tidak terlalu bodoh untuk merengek pada Chanyeol untuk meminta makan kalau pada akhirnya dia hanya akan disiksa lagi karena sikap manjanya. Baekhyun sadar diri, ia hanya seorang slave yang bisa dibuang bahkan dibunuh kapan saja.
Mata Baekhyun membelalak lebar mendapati banyak sekali bahan makanan di dalam kulkas yang sangat besar milik Chanyeol. Maka sebuah ide terlintas di kepalanya untuk membuatkan Chanyeol sarapan pagi.
Baekhyun sudah terbiasa memasak omong-omong. Bukankah tadi sudah disebutkan bahwa Baekhyun diperlakukan layaknya pembantu di rumah orang tuanya?
Maka Baekhyun tersenyum kecil, tangannya mulai bergerak untuk memasak. Daging yang ia iris tipis-tipis untuk dijadikan bulgogi. Tak lupa ia menyiapkan bahan-bahan untuk dibentuk menjadi gulungan sushi, hingga tak terasa memakan waktu hampir satu jam.
Grep.
"Chanyeol..." lirih Baekhyun pelan. "A-aku—"
"Apa yang kau lakukan, hm?" tanya Chanyeol sambil menyamankan kepalanya di bahu sempit Baekhyun, juga dengan tangan yang semakin erat memeluk tubuh ramping Baekhyun.
"A-aku lapar." Baekhyun mencicit.
Chanyeol refleks membuka matanya yang sebelumnya terpejam, kemudian memperhatikan apa yang sedang dilakukan Baekhyun pada meja counternya, dan ia mendapati sushi yang masih berupa gulungan dan belum dipotong.
Mendapati keterdiaman Chanyeol, tubuh Baekhyun meremang. Apakah ia melakukan hal yang salah? Apakah kali ini Baekhyun akan dihukum lebih berat lagi? Tubuhnya yang terlentang dan diikat sangat kuat, mulut yang diberi mouthgag, juga a**s yang diberi plug, v****a mainan ditambah dengan ring yang menjepit ujung penisnya untuk menahan orgasmenya, oh jangan lupakan tetesan lilin yang sangat panas mungkin akan diteteskan tepat di atas kemaluan Baekhyun – hukuman seperti itu?
Baekhyun menelah ludah. Ia lelah jujur saja, tubuhnya bahkan belum pulih.
"K-kau marah? K-kau mau menghukumku?" tanya Baekhyun terbata.
Terdengar hela napas dari mulut Chanyeol yang menerpa tengkuk Baekhyun, semakin membuat tubuh Baekhyun meremang gelisah.
"Kenapa kau tak memberi tahuku kalau lapar. Aku bisa memasakkanmu," ucap Chanyeol dengan nada berat, tak lupa meninggalkan kesan seksi setiap ia berbicara.
Baekhyun lantas bisa bernapas lega mendengar penuturan Chanyeol barusan. Ia terlalu berburuk sangka sepertinya.
"A-aku enggan merepotkanmu. Lagipula aku terbiasa memasak sendir- emmhh~," Baekhyun tersedak desahannya sendiri saat tiba-tiba Chanyeol ternyata telah memasukkan tangannya ke kemeja putih tipis Baekhyun dan mengelusnya seduktif.
"Chan-hhh..." Baekhyun lagi mendesah, saat tangan Chanyeol sudah bergeriliya di atas putingnya yang tiba-tiba mencuat. "Aku harus menyelesaikan ini, kau juga harus makan. Kau akan ke kantor setengah jam lagi, tidakkah. Emhh~"
Bukan jawaban yang didapatkan Baekhyun, melainkan sapuan bibir Chanyeol pada daun telinganya.
"CHAN!"
Oh! Tamat sudah riwayat Baekhyun karena telah membentak nama Chanyeol. Tapi persetan, ia masih lelah, dan lubang anusnya belum mampu untuk menerima sodokan lagi.
Baekhyun yang membalikkan badannya menghadap Chanyeol, lantas mendongak untuk mempertemukan pandangan mereka. Tangannya kemudian terulur pada bahu lebar Chanyeol.
"Maaf, tapi kau harus pergi ke kantor tidakkah? Dan ini aku juga membuatkan sarapan untukmu. Sekarang kau mandi, dan aku akan menyiapkan baju untukmu, hm?"
Tatapan Chanyeol tiba-tiba menyipit mendengarkan tuturan Baekhyun. Benar, mungkin Baekhyun terlalu banyak omong, terlihat menyuruh Chanyeol, dan jangan lupakan bentakannya barusan.
"Kau bertingkah seolah kau adalah pasanganku, baby." Ucapannya Chanyeol terasa membawa hembusan dingin yang mungkin bisa saja membunuh Baekhyun saat itu juga.
Tamatlah riwayatmu Byun Slave Baekhyun.
"Maafkan aku, tap—"
"Baiklah, aku tunggu kau dikamar untuk memakaikan baju padaku. Dan siapkan makanan itu dengan enak. Jika tidak—"
"Jika tidak, kau bisa menyodok anusku sampai aku pingsan," potong Baekhyun dengan senyuman pelan.
"Sudah bisa memotong kalimatku, sayang?"
Baekhyun salah lagi.
"Kau harus mandi," ucap Baekhyun kemudian berjinjit untuk memberikan lumatan kecil di belah tebal Chanyeol.
Oh lihat! Bukankah mereka terlihat terlalu manis untuk hubungan seorang slave dan master?
Huh, salahkan saja Baekhyun yang sudah terlalu lelah sekarang, sehingga ia berpikir sedikit bersikap manis mungkin bisa membuat Chanyeol setidaknya luluh.
"Simpan janjimu itu nanti malam. Aku benar-benar akan membuatmu pingsan, baby." Chanyeol tersenyum miring saat mengucapkannya, lantas kemudian pergi berbalik menuju kamarnya.
Baekhyun hanya menghela napas lega, setidaknya untuk sekarang, dan berharap semoga anusnya tak lagi sakit untuk persiapan nanti malam.
Chanyeol selalu memegang kata-katanya omong-omong.
Kini Baekhyun mempercepat memotong sushi yang tadi sempat tertunda karena kedatangan Chanyeol tiba-tiba. Ia harus menyiapkan baju Chanyeol setelah ini.
Tak sampai lima menit, ia telah menyelesaikannya, dan berjalan cepat menuju kamar untuk memilihkan baju Chanyeol.
Bersamaan dengan Baekhyun yang meletakkan jas Chanyeol hati-hati di atas kasur, bersamaan dengan itu pula Chanyeol keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang menutupi sebagian tubuhnya dari pangkal pusar ke pangkal lututnya.
Baekhyun mendekat, mengambil alih handuk untuk mengeringkan kepala Chanyeol.
"Bukankah kau kedinginan?"
"Kau mau menghangatkanku?" jawab Chanyeol dengan pertanyaan pula.
Baekhyun kembali menghela napasnya. "Nanti malam saja, hm? Anusku masih sangat-sangat sakit," lirih Baekhyun yang kini sudah beralih mengelap d**a yang sempurna milik Chanyeol.
"Karena kau terlalu menggairahkan baby," ucap Chanyeol yang kini sudah merapatkan tubuhnya pada tubuh mungil Baekhyun.
"Chan, ayolah..."
Namun seolah tuli, Chanyeol terus menerus menekan bibirnya di seluruh bagian leher Baekhyun yang terekspos, dan dengan susah payah Baekhyun menahan desahannya sembari mengelap tubuh Chanyeol.
Cup.
Sebuah gigitan pelan seolah membuat kissmark dari Baekhyun di d**a Chanyeol menghentikan serbuan Chanyeol pada leher Baekhyun.
Mulut lelaki mungil itu serasa menyedot dadanya. Chanyeol tersenyum miring membiarkan sebagus apa hasil kissmark buatan Baekhyun.
Bunyi plop pelan mengakhiri kissmark buatan Baekhyun, lantas wajah Baekhyun memerah mendapati kissmark yang ia buat terlihat begitu acak-acakan dan amatiran.
Baekhyun mendongak dan mendapati wajah Chanyeol yang tersenyum miring seolah mengejek hasil karya Baekhyun, sangat berbeda dengan buatan Chanyeol.
"Ugh, jangan melihatku seperti itu," Baekhyun malah mengusakkan wajahnya pada d**a Chanyeol, menutupi rasa malunya. "Aku tau aku amatiran tidak sepertimu," rengek Baekhyun.
Maka, ini adalah pertama kalinya d**a Chanyeol bergejolak hebat.
Tidak mungkin ia jatuh cinta hanya pada seorang slave rendah seperti Baekhyun, tidakkah?
Chanyeol tidak tahu.