14. Apa itu mayat yang mereka bicarakan?

1231 Kata
Sesak di hati Ren saat melihat sang kekasih dalam pelukan pria lain. Pria yang bahkan adalah sahabat baik Ren sendiri. Alasan dari Ren yang mendekati sosok Arisa. "Mencari sosok Jimmy dan mengetahui apa yang sedang terjadi padanya?" Ren bergumam sendiri, rasanya alasan itu seakan tidak berarti. Ia tidak mengerti akan perasaan mengganjal tersebut. Pikirannya hanya penuh dengan murka yang ia tutupi dengan dalih yang tak sepantasnya ia rasakan pada Arisa. "Aku sudah gila jika seperti ini?" Ren menganggap jika pikirannya sungguh sudah tidak waras jika seperti itu. Ren yang seharusnya hanya fokus pada Jimmy malah mendambakan perhatian dari Arisa. "Apa yang sudah aku pikirkan?" "Aku gila, mendambakan wanita berbahaya seperti Arisa?" Mencoba menyadarkan dirinya sendiri Ren berusaha kembali fokus pada tujuannya. Ren harus sadar akan hal tersebut, sebab ia tahu pasti bagi Arisa mungkin ia juga termasuk makanan yang lezat di santap. Kapan saja jika Arisa di luar kontrolnya akan menyerang Ren tanpa aba-aba. Sosok yang bahkan tidak di ketahui dunia seperti apa yang Arisa lalui selama ini. Apa bila diibaratkan mungkin Ren hanya mengetahui sebatas cipratan air saja. Ia tidak tahu apakah itu air danau yang tenang, sungai yang deras, atau lautan luas yang membara. Ren masih belum tahu dengan pasti apa yang saat ini tengah ia hadapi dan Ren tak ingin merusak itu semua. Agar Ren bisa lebih mendapatkan kesempatan untuk menggali informasi yang lebih dalam lagi. Ren memendam perasaannya, meski hatinya kelu Ren tak mau lagi goyah. Ia menatap lekat Arisa dan Jimmy yang masih saling berpelukan. Sekilas tampak Arisa yang seolah menenangkan Jimmy, memeluknya erat seraya menepuk punggung Jimmy. "Sebenarnya apa yang terjadi?" "Kenapa Jimmy terlihat begitu panik dan Aris malah menenangkan dirinya?" Pikiran negatif pun muncul tentang Jimmy. "Bagaimana jika selama ini yang bermasalah adalah Jimmy?" Perasaan resah itu sungguh membuat Ren gelisah. Sebab tidak menuntut kemungkinan jika selama ini yang terlibat dalam hal berbahaya justru Jimmy dan mungkin saja alasan dari kekesalan Arisa justru karena Jimmy lah yang mengusik Arisa. Pikiran Ren semakin kalut, banyak hal yang bisa saja menjadi kemungkinan. Apa lagi saat ini yang terkesan terus bersembunyi adalah sosok Jimmy dan bukannya Arisa. Arisa masih seperti biasa bekerja di kafe dan melakukan perburuannya. Sementara Jimmy kerap tidak bisa di hubungi, meski Ren terkadang berpura-pura mengirim foto lucu hanya untuk memastikan apakah ponsel Jimmy aktif atau tidak. Semua kecurigaan kini malah mengarah pada Jimmy dan itu membuat Ren semakin resah. Bila sang sahabat terlibat dalam hal yang jauh lebih berbahaya dari sekedar vampir. Ren tidak bisa membayangkan apa yang bisa ia lakukan untuk membantu sahabatnya itu. "Ah.. bahkan aku tidak yakin jika Jimmy tahu bahwa Arisa adalah seorang vampir." Ren bahkan meragukan kenyataan itu. Seandainya memang Jimmy bermasalah dan hanya meminta bantuan Arisa sebagai teman yang mungkin bisa membantu masalahnya. Maka bisa saja Jimmy tidak tahu tentang kenyataan Arisa seorang vampir. Hanya saja, satu misteri yang selalu membuat Ren panasaran. Tentang mayat yang sempat dibicarakan oleh Jimmy. Tanpa di duga, apa yang menjadi keresahan Ren kini kembali mengusik Ren. Setelah cukup lama Arisa menenangkan Jimmy dengan gemetar Jimmy tampak bercerita pada Arisa. Ekspresi Arisa terus berubah hingga ia terlihat sedikit pucat dan murung. Menerangkan jika pembicaraan mereka adalah sesuatu yang sangat serius. "Sumpah, aku penasaran dengan pembicaraan mereka!" Ren yang penasaran itu akhirnya memutuskan untuk semakin mendekati Jimmy dan Arisa. Ren mengendap di balik mobil-mobil yang terparkir di depan rumah Arisa. Mencoba untuk bisa mendengar pembicaraan mereka. Berhasil menemukan tempat bersembunyi yang tepat Ren mencuri dengar pembicaraan itu. Namun, lagi-lagi yang di bahas tampaknya kembali persoalan kematian. "Dia mati, aku harus bagaimana?" "Arisa, aku harus apa?" Jimmy terlihat penuh harap mendapatkan solusi dari Arisa. Tubuh Jimmy gemetar ia sangat gelisah dan akhirnya ia menarik paksa Arisa. "Hei, aku sudah bilang untuk tenang kan!" Suara Arisa tinggi, ia menepis lengan Jimmy yang menariknya. "Tenanglah!!" sentak Arisa lagi. Jimmy langsung terdiam, meski tubuh gemetarnya masih terlihat dengan jelas. Tapi, Jimmy tampak lebih tenang sejak Arisa membentaknya. Di sisi lain, Ren semakin yakin jika yang terlibat masalah adalah Jimmy. Ren pun memasang mata dan telinganya untuk mencuri informasi. Ia masih berharap ada yang bisa ia lakukan demi Jimmy, malah Ren berharap jika tidak ada hal berbahaya yang menimpa. Sayangnya, itu hanya menjadi sebuah harapan saja. Saat Ren menyaksikan sendiri dengan mata kepalanya sendiri kenyataan yang lebih mengejutkan lagi. "A-apa itu?" Ren memegang mulutnya, menutup dengan kedua tangannya. Tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat Jimmy membuka bagasi mobilnya, bahkan tubuh Ren pun ikut gemetar di buatnya. Jimmy saat itu menarik Arisa menuju sebuah mobil yang terpakir di sana. Mobil yang tampaknya dikendarai oleh Jimmy. Saat bagasi itu di buka, Ren yang dari kejauhan saja sudah bisa mencium aroma amis yang menyengat. Arisa juga tampaknya marah di saat Jimmy memperlihatkan isi dari bagasi mobilnya. "Ya Tuhan.. Jimmy!" teriak Arisa sempontan dan langsung kembali menutup kembali bagasi tersebut. Kali ini bergantian, Arisa lah yang justru menarik tubuh Jimmy dengan keras. Ia mendorong Jimmy masuk ke mobil dan langsung berjalan ke arah setir mobil. Ren pun menyaksikan Arisa yang pergi bersama Jimmy dengan mobil itu. Gerak cepat, Ren pun kembali ke mobilnya ia kembali mencoba mengikuti laju mobil Arisa dan Jimmy. Mobil itu melaju dengan cepat dan ugal-ugalan, Ren sedikit kesulitan mengikuti mobil tersebut. Hingga mobil itu mengarah ke tempat yang benar-benar sepi. "Ini wilayah pegunungan!" Ren merinding saat mengikuti mobil tersebut. Firasatnya semakin tidak baik. Waktu malam yang terus semakin larut, jalanan yang kian sepi dan nyaris tanpa lampu jalan. Juga, sekeliling hanya terdapat pepohonan saja. "Ya, ampun. Mereka mau kemana?" Untungnya masih banyak kendaraan yang berlalu lalang di sana. Sehingga Ren tidak terlalu ketahuan telah mengikuti Arisa dan juga Jimmy. Malah tampaknya mereka tidak akan peduli dengan hal lain saat melihat reaksi dari Arisa tadi. Hingga mobil itu pun berhenti di sebuah gubuk kecil di tengah hutan dan Ren yang sudah cemas ketahuan pun akhirnya terpaksa menyerah dengan berhenti di dekat gang saja. Menatap dari kejauhan dengan hatinya yang resah. "Apa aku ketahuan?" "Dia pasti bisa melihatku dari sana!" "Ah, semoga Arisa tidak tanda padaku." Belakangan ini Ren menyewa sebuah mobil. Sengaja ia sewa hanya untuk mengikuti Arisa. Selama ini Ren tidak menemukan apapun, setelah berburu bersama Ren, Arisa hanya kembali ke rumahnya. Baru kali ini lah, Ren menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri sesuatu terjadi. Tetapi, Ren sama sekali tidak menyangka jika itu benar-benar merupakan hal yang sangat berbahaya. Ren menyaksikan Jimmy dan Arisa membopong sebuah kantung pelastik sampah besar yang sudah terbalut berkali-kali. Keduanya membopong dengan susah payah kantung tersebut. Mereka memindahkan kantung tersebut dan meletakkan begitu saja di teras gubuk itu. "Apa itu mayat yang mereka bicarakan?" Penasaran dengan segalanya, Ren pun memutuskan mendekati Arisa dan Jimmy. Berharap bisa mengetahui kenyataan yang mungkin di sembunyikan oleh sahabatnya itu. Benar saja, Ren tercengang saat ia melihat darah dan cairan yang keluar dari kantung tersebut. Membuat Ren yakin jika yang mereka bawa itu adalah sebuah mayat. "Cepat, kamu yang gali sana!" Arisa mengambil cangkul yang tersedia di gubuk tersebut dan menyerahkannya pada Jimmy. Jimmy yang tak punya pilihan lain itu akhirnya mencangkul tanah sedikit masuk ke dalam hutan. "A-apa yang mereka lakukan?" "Mereka akan mengubur kantong itu?" Keresahan terus menjalar di hati Ren, ia sungguh takut jika sang sahabat benar terkait akan kasus pembunuhan dan juga penculikan terkait orang-orang hilang yang semakin banyak tersebar oleh media. "Semoga tidak seperti apa yang aku bayangkan." Harapan Ren menggantung begitu saja. Tanpa bisa memastikan bila dirinya juga akan baik-baik saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN