BAB 5

2241 Kata
Bantu Support cerita ini dengan.... LIKE + COMMENT + FOLLOW ya....^^ *** Sebuah mobil hitam berhenti di halaman rumah William seorang pria berjas hitam keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu mobil untuk Elena. Elena keluar dari dalam mobil dan segera melangkah masuk ke dalam rumah. Ia baru saja sampai setelah mengunjungi Pemakaman Ethan. William tidak ikut. Suaminya bilang ada urusan di Jepang, sudah 7 hari ia pergi dan Elena merasa ia sangat merindukannya. Elena menghentikan langkahnya ketika melihat seorang wanita di dalam rumahnya dan seorang bayi yang tengah terduduk di ruang tengah. Elena berjalan menghampirinya. Ia cukup penasaran selama ini dia tinggal bersama William belum pernah ada yang mengunjungi rumahnya, dan kini tiba-tiba ia kedatangan tamu dan hal itu membuatnya sangat penasaran. "Halo. Maaf kau siapa?."sapa Elena ramah. Bibirnya tersenyum lebar menyapa wanita itu.  Bukannya menjawab wanita itu malah memperhatikan Elena cukup sinis dari atas hingga ke bawah, membuat alis Elena bertaut dengan bingung. Apa dia terlihat aneh? Elena rasa tidak ada yang salah dengan pakaiannya. Cukup sopan. Sementara wanita itu memakai dress selutut warna cream yang sangat pas hingga membentuk lekuk di tubuhnya. Bukankah dia yang kelewat terbuka tapi kenapa dia memandang seolah Elena lah yang tidak sopan berpakaian di hadapannya. Hal ini membuat Elena canggung. "Kau sudah pulang sayang?."Elena membalikan tubuhnya dan mendapati William tengah berjalan menghampirinya. William langsung mengapit tubuh Elena. Melingkarkan sebelah tangannya di lingkar pinggangnya lalu mencium pipinya. “Aku merindukanmu.”ucap William berbisik tepat di telinganya membuat Elena tersenyum. "Leah. Inilah Elena istriku."Elena kembali beralih menatap wanita itu. Bibirnya tersenyum begitu hangat. Ia bangkit berdiri lalu berjalan santai ke arah Elena. Bibirnya tersenyum lebar, rasanya aneh melihat sikapnya yang berubah begitu cepat. "Namaku Leah."tangannya terulur pada Elena. Raut wajahnya nampak bersahabat begitu berbeda ketika tadi ia melihatnya sendirian tanpa William. "Elena."jawab Elena kau ketika membalas uluran tangannya. Perasaan Elena saja atau wanita itu terlihat tidak menyukainya. Sikapnya membuat Elena gugup melihat bagaimana ia berubah 90 derajat ketika berada di hadapan William. "Dan itu bayiku. Namanya George. Aku baru saja melahirkannya. Dia baru berusia beberapa minggu."Elena menundukan wajahnya. Ia kembali teringat akan bayinya yang tidak jadi melihat dunia. Membuat perasaannya kembali berselimut awan kesedihan. William nampaknya sadar akan sikap yang Elena tunjukan. Ia mengusap bahu istrinya lembut. Berusaha menenangkannya. Elena mengangguk dan tersenyum kecil pada William. Leah beralih memandang William tersenyum seraya melirik Elena. "Kau tidak pernah memberitahuku kalau kau sudah menikah!."serunya dan hal itu membuat Elena merasa sedikit tidak suka. Elena beralih menatap William, pria itu sedang menatap Leah dengan ekspresi datar. Namun sebelah tangan William melingkar di pinggangnya. "Aku tidak tahu kau tinggal dimana. Kau sendiri sudah memiliki anak. Kau tidak memberitahuku."ucap William. "Kau membalikan kalimatku,"ucap Leah kemudian terkekeh. "Seleramu turun ya.”Leah melirik Elena, hal itu membuat Elena menatapnya. "Leah."ucap William memberikan peringatan, ada rasa tidak suka dari nada suaranya dan tatapan William pada Leah.   "Yah.. Terserah kau saja."ucap Leah menyerah. "Eum.. Aku ingin ke Toilet sebentar."ucap Elena pada William, melepaskan tangan William di pinggangnya. Elena merasa tidak suka dengan wanita itu. Ia tidak mau meninggalkan William dan wanita itu berdua saja tapi.. Elena merasa tidak nyaman saat berada di sana. Wanita itu seolah mengintimidasi nya dengan tatapan miliknya dan Elena sangat terganggu dengan itu. Elena pergi menuju kamarnya. Tubuhnya terasa lelah mungkin karena berjalan terlalu jauh di pemakaman, sementara kondisinya sendiri belum lah begitu fit. Elena mendudukan dirinya di pinggir ranjang sebelum ia membaringkan tubuhnya. Elena mencoba memejamkan mata. Merasa begitu nyaman hingga akhirnya ia terlelap. *** Elena membuka matanya. Waktu begitu cepat berlalu waktu bahkan sudah menunjukan pukul jam 5 sore. Ia berbaring saat jam menunjukan pukul 1, ternyata tubuhnya terlalu lelah. Niat hanya berbaring tapi malah tertidur dengan lelapnya. Elena baringsut bangun menjadi terduduk. Cukup terkejut karena kini ia berbaring dengan benar dan ada sebuah selimut menutupi tubuhnya. Apa William yang melakukannya? Pikirnya. Ceklek// Suara pintu kamarnya yang di buka seseorang. Elena menoleh ke arah pintu. William masuk dengan senyuman di bibirnya memandang Elena. Elena bangkit terduduk menyandarkan tubuhnya pada headboard ranjang tempat tidur. "Kau sudah bangun putri."ucapnya. William mengambil tempat di samping Elena. Mencium sebelah pipi kanannya lalu mengambil tempat di samping Elena. Ikut menyandarkan tubuhnya pada headboard ranjang tempat tidur.   "Tadi itu siapa?."tanya Elena pada William yang kini menaruh wajahnya di atas kepalanya, mencium pucuk kepalanya yang membuat Elena merasa nyaman.   "Aku belum memberitahukannya ya. Tadi kau langsung tidur. Ku pikir kau akan kembali tadi dan akan ku perkenalkan kalian lebih detail."Jawab William seraya menelusuri leher dan bahu Elena menggunakan hidungnya. "Dia saudara jauh. Suaminya adalah anak dari kakak ibuku.Dia akan menginap di sini selama 2 minggu tidak apa kan? Aku akan membantunya mencari tempat. Dia tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Setelah suaminya meninggal dia tinggal sendirian di Chicago. Dia baru saja melahirkan dari seorang pria tak bertanggung jawab. Dia minta tolong padaku. Dia tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Aku tidak bisa diam saja karena suaminya adalah ipar ibuku." Elena terhenyak entah kenapa ia merasa ini bukanlah ide yang bagus. Ia merasa Leah tidak menyukainya dan membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. Tapi dia adalah keluarga William. Bagian dari keluarga suaminya adalah bagian dari dirinya. Sepertinya Elena tidak ada pilihan lain untuk tidak menolaknya. "Tentu saja.Lagi pula ini rumahmu. Terserah padamu." "Rumah kita."ucap William membenarkan. Sedikit ada rasa tidak suka dari nada suaranya. Elena terhenyak mendengarnya ia tak bermaksud membuat William tersinggung oleh kata-katanya. Tapi sesungguhnya Elena sedikit keberatan, apalagi melihat bagaimana sifat Leah kepadanya tadi. "Ya. Terserah."ucap Elena tak mau menganggapi perkataan William. Elena tersentak saat William menelusupkan sebelah tangannya ke dalam dress yang di pakainya. Elena langsung menahan pergelangan tangan William. Wajahnya mendongak untuk menatap William. "Jangan.”desah Elena. William beralih menatapnya protes. Sorot matanya nampak terlihat tidak suka ketika Elena menolak sentuhannya. "Aku tidak suka kau menolakku Elena."desis William marah. Hal itu membuat Elena gugup. "Ta... Tapi... Ada orang di sini. Bagaimana kalau dia mendengar kita."ucap Elena takut-takut. Jujur Elena memang merasa risih. Ia takut jika Leah mendengar desahannya. "Dia tidak akan mendengarnya. Kalau pun dia mendengarnya. Dia pasti akan maklum. Padahal aku suka mendengarnya.."William terkekeh kecil membuat Elena memukul lengannya gemas. "Aku merindukanmu. Sudah satu minggu ini aku tidak menyentuhmu."William kembali mencium leher Elena. Menghirup dalam aroma tubuh istrinya yang begitu memabukan. Elena membalikan tubuhnya menjadi menghadap ke arah William, dan pria itu ikut menarik Elena untuk berada di pangkuannya. Kedua kaki Elena melingkar di pinggang suaminya. Sementara kedua tangannya melingkar di leher William. "Baiklah. Tapi jangan terlalu lama." "Baiklah."William tersenyum lalu ia langsung meraup bibir Elena dengan rakus. Kedua nya langsung larut dalam balutan gejolak gairah yang mulai membara dalam hatinya. William meraup bibir atas Elena, melumatnya dari sudut bibir kanan hingga ke sudut bibir kirinya. Lalu dari sebaliknya. Sebelah tangan kanan William menyikap rambut sebahu Elena dari leher bagian belakangnya. Ia menyentuh tengkuknya dan menekannya untuk semakin memperdalam ciumannya. Sebelah tangan kirinya merambat naik. Menyentuh paha mulus istrinya. Bergerak naik turun mengelus lembut menelusuri paha Elena. Sebelah tangan Elena kini merambat naik mencengkram helaian rambut suaminya. Kedua lidah itu melesak masuk. Saling menggoda satu sama lain untuk bergulat dan melilit tanpa ada yang mau mengalah. William bergerak dengan perlahan membaringkan tubuh istrinya tanpa melepaskan kontak mereka. Kedua tangan Elena turun menjadi berada di d**a William. Kedua tangannya mencengkram sedikit kuat kemeja suaminya. Seolah memberitahu tentang nafasnya yang mulai menipis. William seolah tuli. Gairahnya terlalu besar untuk sadar akan kode istrinya untuk menghentikan ciuman mereka. Elena mencoba menjauhkan Wajahnya dengan cara bergerak ke kanan dan ke kiri lalu mendongak mencoba menghentikan ciuman tersebut. Elena terus mendongak, terus mendongak hingga ciuman mereka terlepas. "Haaahhhh!"Elena meraup oksigen dengan rakusnya. Terasa lega bisa kembali mengisi pasokan oksigennya. William beralih mencium dagu Elena lalu turun hingga ke leher jenjangnya. Elena dapat merasakan rasa basah dan geli di saat bersamaan. Elena menoleh ke sisi kiri saat wajah suaminya berada di curuk leher sebelah kanannya. Sebuah desahan panjang ketika merasakan sedotan kuat yang William berikan. Matanya terpejam, sebelah tangannya mencengkram kemeja William sementara sebelah tangan lainnya mencengkram rambut William. William sangat ahli menjatuhkan dirinya dalam pusaran kenikmatan. Seolah dirinya melayang terbaring di atas awan lembut yang berjalan mengitari langit. Ciuman William terus berada di sekitar lehernya. Benar-benar membuatnya melayang dalam pusaran kenikmatan. William melepaskan ciumannya. Di tempelkan keningnya di kening Elena. Kedua matanya terbuka menatap Elena yang masih terpejam. Nafas William memburu dengan kedua mata mengabut merasakan gejolak gairahnya yang begitu besar. "Aku mencintaimu."ucap William dengan nafas memburu. Beberapa kali ciuman ringan ia berikan pada istrinya. Dan ucapan Cinta yang tak pernah lelah William katakan. Elena membuka matanya. Nafasnya juga memburu. Bibirnya tersenyum. Lalu membalas tatapan William yang s*****l menatapnya dengan mata berat yang di penuhi dengan gairah. "aku juga mencintaimu William."jawabnya. “ssssshhhhhh."Elena kembali memejamkan matanya merasakan nikmat sedotan panas bibir suaminya yang berada di curuk lehernya. Elena tidak tahu betapa getaran di dalam hati William ketika ia mengucapkan cinta itu. William menarik tubuh Elena menjadi berbaring di atas kasur dengan tubuhnya yang berada di atas tubuh Elena. Elena merasakan tangan William berada di bagian bawah tubuhnya, hal itu membuat tubuhnya bergetar hebat. Ketika kedua tangan William merambat naik dan merambat naik ke balik gaunnya. Mengusap tubuhnya dengan gerakan lembut. William menghentikan ciumannya dan hal itu membuat Elena membuka matanya untuk melihat wajah William. William tersenyum sebelum kembali meraup bibir Elena dengan ganas. Elena menarik kaus William, hal itu membuat William membantu Elena untuk membuka kausnya dan membuangnya asal. Kedua tangan Elena mengusap d**a telanjang William dengan s*****l. Memuja tubuh sempurna William yang di penuhi dengan otot di perut dan bahu atasnya. Erangan Elena seperti melodi indah di telinga William, hal itu semakin membuatnya semakin liar memuja tubuh Elena di balik gaunnya yang sudah terangkat hingga ke perutnya. William menyukai mata Elena yang terlihat berat karena sentuhan nya. William menghisap bibir Elena, mengulumnya dan meninggalkan gigitan kecil di sana. Bibir Elena membuatnya gila, ia tak pernah merasa bosan untuk mencicipi bibir Elena. Elena mengerang, sebelah tangannya mencengkram belakang rambut William ketika ia memainkan bagian dadanya dan membuat tubuh Elena bergetar luar biasa karena sensasi yang ia rasakan. *** Elena sedang berdiri di hadapan cermin seraya menyisir rambutnya. Bibirnya tersenyum ketika melihat suaminya dari pantulan cermin di hadapannya. William menghampirinya lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Elena. "Istriku sangat cantik."pujinya lalu memberikan ciuman manis di pipi kiri Elena. "Jangan. Tidak lagi. Kita harus makan malam William."ucap Elena ketika William menyentuh lehernya dengan bibirnya yang lembut, mengingit kecil telinganya yang membuat Elena memejamkan matanya dengan erat ketika sensasi itu mengusiknya lagi. "Leah juga pasti menunggu kita untuk makan malam bersama."ucap Elena lalu menaruh sisirnya. Ia menyentuh kedua tangan William yang berada di lingkar pinggangnya. Elena melepaskan kedua tangan William lalu tubuhnya berbalik menghadap ke arah suaminya. Elena menyentuh sebelah pipi William dengan tangan kanannya yang kemudian di kecup William. "Dasar mesum.”goda Elena membuat William terkekeh. William melingkarkan kedua tangannya di pinggang Elena. Keningnya ia tempelkan pada kening Elena. "Hanya istriku yang bisa membuatku semesum ini. Istriku terlalu menggiurkan. Aku suka suaramu memanggil namaku."ucap William berbisik seduktif membuat kedua pipi Elena merona. William kembali meraup bibir Elena. Seolah tidak ada kata bosan untuk menyentuh bibir ranum, kenyal nan manis itu untuk ia rasakan. Cukup lama mereka berciuman dengan panas hingga sebuah ketukan pintu terdengar. Elena masih berpikir logis. Ia mencoba mendorong tubuh William agar menjauh. Melepaskan tautan bibir mereka karena jika tak keburu di hentikan hal ini bisa menjadi terlalu jauh. "Ada yang mengentuk pintu. Dia pasti ingin memberitahu kalau sudah waktunya kita makan malam."ucap Elena membuat William mendengus sebal. "Dia harus di marahi agar tidak mengganggu saat kita berciuman."Elena menyenggol lengan William. Pria itu seolah tak ada kata malu untuk berbicara tentang hal-hal semacam itu. "Mana dia tahu kita sedang.. Emm.. Melakukannya. Lagi pula kita memang harus makan kan."William memutar kedua bola matanya malas. Lalu menghembuskan nafas panjang dengan wajah sebal. "Baiklah... Tapi aku akan menagihnya nanti. Aku mau kau membayarnya untuk 7 hari ini." Kedua mata Elena membesar, menatap William terkejut. "Kenapa aku. Kau yang pergi dan aku yang harus menggantinya." "Ya... Dan aku bersemangat untuk menagihnya. Aku tidak mau tahu. Kau harus membayar nya dengan bunga 100%." Elena terkekeh. Ia memukul pelan d**a suaminya. Elena merasa William maniak. Setiap malam mereka memang melakukannya. Kecuali saat ia sakit dan 7 hari kemarin. Tapi Elena tak keberatan, jika suaminya menyukainya. Dia istrinya tentunya harus siap meladeni suaminya. Kini keduanya berjalan keluar kamar dengan kedua tangan saling bertaut. Menggenggam satu sama lain. Keduanya pergi menuju ruang makan. Dia di sana Leah sudah duduk menempati salah satu kursi di sana. Elena tersenyum namun Leah tidak membalasnya. Wanita itu hanya menatapnya datar. Tapi kemudian dia tersenyum. Walau Elena yakin seratur persen senyum itu tidaklah tulus. Terlalu banyak penilaian yang Elena lakukan pada beberapa kriteria wajah saat SMA dulu, karena Ethan menyuruhnya untuk melakukannya sebagai pelajaran membedakan sikap tulus dan paksaan karena sesuatu hal. Dan Leah berada di kategori paksaan. Entah apa yang wanita itu pikirkan dan ia inginkan. Elena mencoba menerka-nerka. Berpikir tentang berbagai kemungkinan. Tapi ia seolah tersadar akan sikapnya yang seolah menuduh orang lain dan berpikir negatif tentang seseorang. Itu bukanlah hal yang baik. Dan Elena sadar dengan hal itu membuatnya mencoba berpikir positif walau penuh keraguan. William duduk di ujung kursi. Elena berada di sisi kanannya sementara Leah berada di sisi kirinya. Ketiganya mulai makan malam dengan kesunyian. Namun kemudian William berujar dengan Leah membuat Elena merasa sedikit terusik. "Elena."panggil seseorang. Elena mendongak. Beralih menatap William seolah bertanya. Namun suaminya hanya diam dan tersenyum padanya. "Elena." Elena beralih memandang Leah, wanita itu tersenyum padanya. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?."Ternyata Leah yang memanggilnya. Elena nampak menimbang-nimbang sesuatu. Hingga akhirnya Elena mengangguk. ____ Jangan lupa Like + Comment + Follow. okay..................
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN