“Putus dengan pacar itu menyakitkan. Tapi lebih menyakitkan lagi menjalani hubungan di atas penderitaan gadis lain.” *** “Adaaaww!” teriak Erlangga, membuat Qiana mengulum Cewek itu terus menjambak rambut Erlangga tanpa ampun. Hari ini sudah hampir seminggu Qiana mengurus rambut cowok itu setiap pagi di ruangan musik. “Na, pelan-pelan dong. Lo jadi hair stylist jahat banget, nanti rambut gue pada rontok, Na.” Erlangga meringis, sesekali mengusap kepalanya yang terasa berdenyut. Qiana hanya tersenyum puas. “Udah.” Qiana menukas pekerjaannya. “Mau ke mana, lo? Dasi gue belum dipakein.” Erlangga meraih tangan Qiana yang hendak pergi meninggalkannya. Qiana berdecak sebal. “Sini!” Ia merebut dasi tersebut dengan kasar. “Kasar banget sih, lo!” Erlangga cemberut. “Emang lo