“Cinta itu kadang sangat lucu, sering bertengkar malah tambah sayang.” *** Masih Qiana duduk sendiri di taman yang tak jauh dari tempat pesta ulang tahunnya Reynan. teringat jelas ketika beberapa menit yang lalu ia melarikan diri dari pesta mewah itu. Ketika dirinya masih dalam dekapan hangat Reynan, ketika tatapan penuh cinta itu ia rasakan kembali. Tapi, kenapa justru tatapan penuh cinta itu malah semakin membuatnya sakit. Seakan tak ingin menerima bahwa kini Reynan akan bertunangan dengan gadis lain. Tapi yang menyesakan adalah, kenyataan bahwa ia tak akan bisa menjadi perempuan yang egois dengan mengambil tunangan gadis lain. Tidak! Sampai kapan pun Qiana tidak akan pernah melakukannya. Tiba-tiba seseorang datang seraya menyampirkan sebuah jaket di pundaknya. Qiana melirik