Menyusun Rencana

1020 Kata
Setelah meminum setengah gelas air mineral miliknya. Kini Leonard mulai kembali angkat bicara. "Kenapa kamu bisa mengira jika orang itu Lyora Ndy?" "Karena setahu saya. Saat ini Bapak sedang dekat dengan Mbak Lyora Pak. Dan hanya Mbak Lyora juga satu-satunya wanita yang Pak Leon ajak bicara dengan santai. Seperti disaat Bapak menemui saya dirumah sakit semalam Pak," jelas Andy yang lagi-lagi membuat Leonard tak mampu mengelak lagi. Sebab memang tebakan Andy saat ini benar adanya. "Iya Ndy. Gak tahu kenapa Lyora berbeda bagi saya. Tapi tetap saja. Kalau untuk mencintai dia saya belum bisa," jawab Leonard malu-malu. "Kan masih belum bisa Pak bukan tidak bisa. Jadi saya yakin, lambat laun Bapak akan bisa jatuh hati kepada Mbak Lyora. Karena sepengetahuan saya, Mbak Lyora itu seorang perempuan yang baik hagi juga pekerja keras," jelas Andy yang membuat Leonard mulai yakin kepada Lyora. "Dari mana kamu bisa menilai jika Lyora adalah seorang perempuan yang baik juga pekerja keras?" tanya Leonard lagi. "Saya sering melihat Mbak Lyora membagikan masi bungkus kepada anak jalanan Pak. Dan waktu saya tanya Bu Kinan, ternyata Mbak Lyora melakukan semua itu menggunakan uang pribadinya dikala Mbak Lyora memiliki rezeki lebih. "Dan saya juga tahu jika sebenarnya Mbak Lyora adalah cucu tunggal dari pemilik perusahaan property ternama, Atmajaya grup. Tapi Mbak Lyora selalu saja mandiri dengan bekerja keras sendiri untuk membiayai kuliahnya," jelas Andy panjang lebar. Dan hal itu, membuat Leonard semakin memantapkan hati juga dirinya untuk dapat menikahi seorang Lyora. Meski tak pernah ada cinta yang tercipta diantara mereka. "Oke baik. Terimakasih ya, Ndy. Untuk hal ini akan saya pikirkan kembali. Dan besok akan saya beri kepastian langkah selanjutnya sebaiknya akan seperti apa. Oke," "Oh iya baik Pak," "Saya permisi. Assalamu'alaikum," "Silahkan Pak, Wa'alaikumussalam." Selama berkendara Leonard selalu saja memikirkan soal Lyora. Entah mengapa iya yakin jika memang Lyora yang harus ia nikahi. Namun memang ia tak memiliki rasa cinta kepada Lyora. Melainkan hanya rasa nyaman ketika mereka bersama. "Uang. Mungkin dengan uang dan sebuah pernawaran menarik Lyora mau jadi istri gue. Ya gue tahu dia kaya tapi kan siapa sih hari gini yang bakal nolak uang. Okkay, besok gue bakal suruh Andy buat cari Lyora dan minta dia buat ketemu sa gue," monolog Leonard seraya mengemudikan mobilnya. Senyuman Leonard pun mengembang seketika, sebab ia yakin jika Lyora akan luluh jika dijanjikan segelintir harta kekayaan miliknya nanti. *** Pagi ini dengan bersemangat Lyora pergi ke toko bunga. Wajahnya begitu sumringah juga berseri. Sebab memang ia begitu bahagia karena kondisi tubuhnya saat ini sudah semakin membaik. Dengan mengucap baslamalah Lyora mulai menaiki ojek online pesanannya. Setibanya di toko Lyora cukup terkejut dengan keberadaan Andy yang telah menunggunya disana. "Selamat pagi Mbak Lyora," "Selamat pagi Mas Andy. Assalamu'alaikum," "Wa'alaikumussalam Mbak. Maaf ya Mbak pagi-pagi begini saya sudah ganggu Mbak," Kini Lyora mulai membuka kunci tokonya seraya memasukinya. "Ehehe, silahkan masuk Mas. gak apa-apa kok Mas. Pasti mau ambil bunga untuk Pak Leon ya?" "Iya Mbak itu salah satunya," "Salah satunya? Memang ada apa lagi Mas Andy selain itu?" "Eum jadi begini Mbak. Pak Leon meminta Mbak Lyora untuk mememuinya di caffe jam tujuh malam nanti sama Mbak bawakan sebucket bunga mawar seperti biasa," "Waduh jam tujuh ya Mas," "Iya Mbak. Mbak berhalangan ya?" "Eum jam tujuh nanti saya ngampus Mas. Pulangnya jam sembilan malam. Atau kalau enggak nanti biar saya pesankan ojek aja ya Mas untuk antar bunganya ke caffe itu," "Oh jangan Mbak jangan seperti itu. Kalau gitu saya hubungi Pak Leon dulu ya Mbak," Kini Andy mulai menghubungi Leonard dan hal itu cukup membuatnya sakit kepala. Sebab ia harus segera mendapatkan Lyora namun Lyora tak punya waktu untuknya. Hingga ia putuskan jika malam nanti akan ia temui Lyora dikampusnya tepat pukul sembilan malam. Namun ia meminta kepada Andy untuk tak usah memberitahukan soal hal ini kepada Lyora. Sebab ia ingin semua ini akan menjadi surprise dan Lyora bersedia menikah dengannya. "Gimana Mas Andy?" tanya Lyora setelah Andy selesai menghubungi Leonard. "Eum Pak Leon bilang pertemuannya dibatalkan saja dulu Mbak. Oh iya Mbak bunga mawarnya sudah siap?" jawab Andy. "Oh iya Mas sudah," ucap Lyora seraya memberikan sebucket bunganya kepada Andy. "Baik Mbak Lyora, ini uangnya. Terimakasih ya Mbak," "Oke Mas sama-sama, terimakasih kembali," "Saya permisi Mbak Lyora. Assalamu'alaikum," "Baik Mas hati-hati Wa'alaikumussalam." Lyora kembali mengerjakan semua list pesanan yang telah tertera diatas meja. Karena ia sakit membuat banyak bunga yang belum terangkai dengan baik. Hingga tak ada lagi waktu bagi Lyora untuk menunda pekerjaannya. Walau pun kini sebenarnya ia cukup merasa aneh dengan ajakan Leonard untuk bertemu dengannya secara tiba-tiba. "Apa iya Pak Leon minta gue ketemu bawain bunga ke caffe karena gue mau dikenalin gitu sama istrinya? Eh tapi buat apa? Aneh banget sih sumpah nggak ngerti gue maksud dia apa," monolog Lyora penuh tanya. Dengan mata yang terus saja terfokus dengan rangkaian bunganya. Sehingga ia tak menyadari kedatangan Vanya bersama Bu Kinan. "Good Morning Lyoraaaaa.. Assalamu'alaikum," salam Vanya seraya memeluk Lyora begitu hangat. "Morning. Wa'alaikumussalam," jawab Lyora seraya membalas pelukannya. "Akhirnya lo udah kerja lagi sekaraaaang.. bhe the way sorry banget ya kemarin gue ada keperluan jadi gak ikutan jemput lo," "Santai Nyayaa gak apa-apa kali. Bu Kinan," Lyora salami punggung tangan Bu Kinan takdzim. "Iya Ra. Wah baru masuk kerjaan kamu sudah numpuk saja ya. Karena anak barunya gak jadi kerja disini. Dia bilang dia gak mahir juga pusing kalau harus ngerjain semuanya. Maaf ya," ucap Bu Kinan seraya mengelus kepala Lyora. "Oh gitu pantes aja banyak banget pesanannya. Iya Bu gak apa-apa," jawab Lyora. "Yasudah, kita sarapan sama-sama dulu saja yuk. Karena Ibu belum sarapan juga tadi. Kamu juga ya Van. Kekampus jam sembilan kan," ajak Bu Kinan. "Iya Tan jam sembilan. Iya deh aku ikutan aku juga masih laper nih," jawab Vanya setuju dan Lyora pun turut menyetujuinya. *** Leonard memijit pelipis nya dengan perlahan sebab saat ini ia benar-benar merasa bingung mengenai hal apa yang pertama kalinya harus ia lakukan ketika nanti ia bertemu dengan Lyora. Ia pun tak tahu harus mengatakan apa sebab hari ini untuk pertama kalinya ia akan membicarakan sebuah pembicaraan yang serius bersama seorang wanita. *** To be continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN