Bu Kinan mulai menggeliat dan kini ia mulai membuka kedua matanya. Matanya berbinar indah mendapati kinar yang telah siuman. Dengan segera Bu Kinan menghampiri Lyora seraya menggenggam kedua tangannya dengan senyumannya yang lebar.
"Alhamdulillah Lyora. Akhirnya kamu bangun juga," ucap Bu Kinan dengan bahagianya.
"Alhamdulillah Bu Kinan. Lyora minta maaf ya Bu. Karena lagi-lagi Lyora jadi merepotkan Ibu," ucap Lyora tak enak hati.
"Oh iya Nak gak apa-apa. Memang sudah tugas Ibu sebagai atasan kanu untuk dapat membantu kamu saying. Lagian juga tadi ada Pak Leon yang bantu Ibu," jawab Bu akinan seraya mengelus sayang kepala Lyora.
"Pak Leon? Kok bisa Bu?"
"Ya, karena Pak Leon sedang mengambil bunga tadi. bukan Mas Andy," jelas Bu Kinan.
"Oh begitu ya Bu. Terimakasih banyak ya Bu, sekali lagi Lyora ucapkan terimakasih kepada Ibu yang selalu saja berbaik hati kepada Lyora," ucap Lyora yang turut menggenggam jemari Bu Kinan.
"Iya Nak sama-sama. Gimana rasanya badan kamu sekarang?" tanya Bu Kinan cemas.
"Ahamdulillah Bu. Keadaan Kinan yang sekarang sudah jauh lebih baik," jawab Lyora yang sebenarnya masih saja merasakan sakit disekujur tubuhnya juga pening dikepalanya. Karena rasa pening dikepalanya, hingga kini masih cukup terasa.
"Alhamdulillah jika begitu. Oh iya kamu makan, makan siangmu ya. Karena sepertinya sedari pagi kamu belum makan sama sekali. Iya kan?" tanya Bu Kinan.
"Iya Bu benar, terimakasih banyak ya Bu," jawab Lyora. Dan Bu Kinan hanya mengangguk seraya tersenyun.
Kini Bu Kinan memandangi Lyora yang tengah dengan lahap menyantap makan siangnya. Rasa iba itu kembali tercipta saat melihat Lyora yang benar-benar kelaparan menyantapnya tanpa jeda. Hingga Lyora yang mulai menyadarinya pun kini mulai memakannya dengan santai seraya tersipu malu atas sikapnya hari ini. Yang begitu merepotkan juga begitu rakus. Bu Kinan pun tetal tersenyum kepada Lyora dan mengambil sehelai tissue untuk membersihkan sisa makanan yang berada dibibir Lyora.
"Ibu maaf ya. Kinan makannya berantakan sekali ya Bu sepertinya," ucap Lyora tak enak hati.
"Gak apa-apa kok sayang, Ibu malah senang jika kamu sudah kembali nafsu makannya. Oh iya, kalau setelah ini ibu tinggal kamu gak apa-apa ya? Ibu mau balik ke toko karena pegawai baru untuk antar bunga akan ada interview hari ini," jelas Bu Kinan.
"Oh begitu. Iya Bu gak apa-apa kok. Keadaan Lyora juga sudah membaik saat ini. Jika memang sudah diijinkan pulang. Lyora kepengin pulang saja," jawab Lyora dengan bersemangat.
"Oh kalau untuk pulang jangan Nak. Ibu yang gak akan mengijinkan kamu. Kamu tenang saja ya, untuk biaya rumah sakit ini biarkan Ibu yang menanggungnya. Dan untuk Omamu, Ibu juga sudah mengabarkan ke Oma. Jadi kamu tenang saja. Oma gak akan marah sama kamu karena hal ini," jelas Bu Kinan panjang lebar.
"Alhamdulillah, terimakasih banyak ya Bu, sekali lagi saya mohon maaf karena telah merepotkan Ibu," ucap Lyora seraya menyalami takzim punggung tangan Bu Kinan.
Dengan lembutnya Bu Kinan membelai lembut kepala Lyora seraya tersenyum manis. "Iya Nak sama-sama. Kamu jaga dirimu baik-baik ya sayang selama gak ada Ibu disini. Ibu Pamit, Assalamu'alaikum," pamit Bu Kinan.
"Iya Ibu Wa'alaikumussalam. Hati-hati ya Bu," jawab Lyora dan Bu Kinan hanya mengangguk seraya tersenyum.
***
Leonard hanya mengaduk-aduk makan siang yang telah berada diatas meja kerjanya kini. Seraya terus memikirkan bagaimana caranya agar ia segera mendapatkan pendamping hidupnya dan terbebas dari ancaman sang Mama. Terlebih saat ini, Mamanya semakin mendesak juga menghinanya tak mampu untuk segera menemukan pendamping hidupnya. Hingga kini nafsu makannya hilang seketika.
"Gue gak boleh biarkan semua hal buruk itu terjadi sama gue! Gue harus bisa segera mendapatkan perempuan itu! Gue gak akan biarkan Mama gue terus injak-injak harga diri gue dengan terus meremehkan setiap kemampuan yang gue punya! Aaaargh!" Leonard kembali mengumpat dengan amarahnya yang berapi-api.
Rasanya, saat ini otaknya sedang buntu dan ia juga tak tahu harus mengatakan hal apa lagi jika nantinya sang Mama kembali menanyakan soal jodoh kepadanya. Dan kini apa yang harus ia lakukan agar ia dapat dengan segera menemukan perempuan itu.
"Gimana bisa gue nikahi perempuan yang gue cinta atau mencintai gue! Jatuh cinga aja gue gak pernah! Dicintai juga hanya karena jabatan juga tampang! Gak pernah tulus dari hati mereka! Sebenarnya memang gampang, gue tinggal pilih salah satu dari mereka yang sudah sejak lama kejar-kejar gue.
"Tapi kan gak akan semudah itu gue hidup sama cewek-cewek manja macam mereka yang setiap hari pastinya terus kepengin deket sama gue! Aaaaaaaargh gue harus gimana srkaraaang! Gue harus gimanaaa!" umpat Leonard lagi dengan perasaan yang tak karuan.
***
Kini waktu menunjukan pukul empat sore. Setelah Bu Kinan pergi membuat Lyora semakin merasa kesepian. Ingin rasanya ia cari ponselnya dan menghubungi Vanya. Namun sayang ponselnya tertinggal di toko bunga.
Tok..tok..tok..
Terdengar suara ketukan pintu dan Lyora mengira jika itu adalah ketukan dari seorang suster. Namun ternyata tidak. Karena kini seorang Oma yang tengah berada dihadapannya saat ini.
"Oma, Alhamdulillah Oma datang kesini. Dari tadi aku kesepian Oma," ucap Lyora dengan bahagianya.
"Kamu pikir kedatangan Oma kesini untuk menghibur kamu? Jangan harap Lyora. Kamu itu anak pembawa sial yang harus hidup tersiksa!" bentak Oma dengan tatapan yang tajam. Sehingga Lyora hanya menundukan kepalanya dan tak mampu untuk berkata.
"Belum puas semalam kamu bikin onar dengan pulang larut malam! Dan hari ini kamu kembali buat onar dengan membuang-buang uang hanya untuk perawatan gak berguna ini! Oma muak Yora! Oma sudah sangat muak dengan setiap kelakuan kamu yang sungguh menyakiti hati Oma!
"Maafkan Lyora Oma. Sakitnya Lyora bukan karena kelalaian Lyora kok Oma. Dan Lyora juga sudah sangat berusaha untuk segera sembuh," jawab Lyora seraya menatap nanar kearah Omanya.
"Hahaha, gak lalai? Lalu apa kamu lupa kalau kamu sendiri yang bilang lupa membawa payung? Apakah itu bukan karena sebuah kelalaian?" bantah Oma dengan tatapan yang tajam.
"Maafkan Lyora Oma. Lyora gak mau Oma semakin benci sama Lyora. Lyora ingin Oma sayang sama Lyora, seperti saat Mama dan Papa masih hidup sama-sama bersama kita," ucap Lyora dengan airmata yang mulai menggenang dikedua pelupuk matanya.
"Itu dahulu Lyora, disaat ada Papamu! Oma menyayangi kamu pun alasannya karena Papamu. Sekarang sudah tidak ada alasan untuk itu Lyora! Juga sudah tidak ada alasan bagi Oma untuk membahagiakan Papamu! Karena dahulu, jika Oma sayang sama kamu, Papamu bahagia.
"Tapi sekarang karena mamamu dan kamu yang selalu saja membawa kesialan dalam hidup kami. Membuat Arya, anak tunggal Oma yang paling Oma sayangi, pergi meninggalkan Oma untuk selamanya!" jelas Oma dengan airmata yang terus saja berlinang. Begitu pun dengan Lyora. Yang baru saja menyadari jika Oma menyayangi dirinya hanya karena sosok Papa yang kini telah tiada.
***
To be continue