Kedua mata Leonard membulat seketika saat ia dapati tubuh Lyora yang begitu panas. Wajahnya yang pucat, juga bibirnya yang membiru.
"Lyora kamu kenapa Lyora.. Lyoraaa.." pekik Leonard cukup lantang seraya menepuk-nepuk pipi Lyora dengan cemasnya.
Saking paniknya membuat Leonard tak menyadari kedatangan Bu Kinan yang menatapnya dengan begitu tajam. "Hei, siapa kamu? Kamu apakan pegawai saya?" tanya Bu Kinan dengan nada tinggi, yang membuat Leonard terkesiap.
"Saya Leonard Hadinata Bu, pelanggan tetap toko bunga ini," jawab Leonard.
"Pak Leon? Oh ini Pak Leon tho. Maaf Pak saya tidak tahu. Karena selama ini asisten bapak yang biasa beli bunga kesini. Tapi Pak, apa yang sebenarnya terjadi dengan Lyora?" ucap Bu Kinan tak enak hati juga khawatir.
"Baik Bu gak apa-apa. Asisten saya memang sudah dua hari ini cuti sakit. Lebih baik sekarang kita bawa Lyora ke rumah sakit saja ya Bu. Nanti dimobil akan saya ceritakan kronologinya," jelas Leonard dan Bu Kinan menyetujuinya.
***
Limabelas menit kemudian mereka tiba dirumah sakit. Dengan segera Leonard menggendong Lyora ala bridal style dan menidurkannya diatas bankar rumah sakit. Ketika Perawat sudah membawa Lyora menuju UGD. Sedangkan Leonard dan Kinan menunggunya didepan ruangan. Terlihat airmata yang keluar dari kedua pelupuk mata Bu Kinan. Sebab ia tahu seperti apa hal yang tengah menimpa Lyora. Sudah pasti dikala Lyora kesakitan Omanya pun tetap saja tak peduli dan membiarkannya tersiksa. Lyora memang tak menceritakan hal itu kepada Bu Nila.
Namun Vanya yang mulai bercerita tentang segalanya, agar Bu Kinan menyayangi Lyora dengan sepenuh hatinya layaknya seorang Ibu. Walau tanpa hal itu, Bu Kinan memang sudah menyayangi Lyora karena keuletan, kecerdasan, juga kebaikannya. Kini rasanya begitu sakit saat melihat Lyora tengah terkulai lemah diatas ranjang rumah sakit. Hingga hanya doa yang mampu Bu Kinan panjatkan agar Lyora segera diberikan kesembuhan dan sehat kembali.
Tak lama kemudian dokter mulai keluar dari UGD dengan ekspressi wajah yang cukup cemas. Hal itu membuat Leonard juga Bu Kinan semakin mengkhawatirkan keadaan Lyora saat ini.
"Dok bagaimana keadaan pasien Lyora?" tanya Bu Kinan dengan cemas.
"Keadaan pasien urang baik bu. Pasien mengalami dehidrasi yang cukup berat juga tekanan darahnya yang sangat rendah. Sejak kapan pasien demam Bu?" jelas dokter.
"Astaghfirullahhalladzim. Saya juga tidak tahu dok. Karena pasien ini pegawai saya. Kami tidak tinggal satu rumah," jawab Bu Kinan.
"Lalu Bapak, apakah Bapak suami dari pasien?" tanya dokter.
"Oh bukan dok. Saya hanya custamer saja," jawab Leonard.
"Sepertinya pasien sudah cukup lama demam dan tidak ada cairan yang masuk. Sehingga keadaannya semakin memburuk juga demannya yang semakin tinggi. Sebaiknya pasien mendapatkan perawatan yang intensif dirumah sakit hingga keadaannya membaik nanti," jelas dokter.
"Baik dok. Lakukan saja apa pun yang terbaik untuk Lyora. Agar keadaan pasien segera membaik," ucap Bu Kinan dengan yakin.
Setelahnya, Lyora segera dipindahkan menuju kamar rawat inap yang cukup baik juga memadai. Yakni VIP. Sebab Bu Kinan tak ingin jika terjadi hal yang jauh lebih buruk lagi kepada Lyora. Sedangkan Leonard segera pamit untuk kembali kekantor dan mencari bunga mawar ditempat lain.
***
Selama berkendara, Leon selalu saja teringat dikala Lyora menahan rasa sakitnya lalu terjatuh kedalam pelukannya. Seakan memflashback dikala sang Papa yang menahan rasa sakitnya dengan wajah yang berlumuran darah diatas pangkuannya. Leon hentikan mobilnya secara tiba-tiba dan mulai berteriak frustrasi.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh!!!
"Kenapa harus Kau ambil Papa dari hidupku Ya Tuhan! Kenapa aku harus kehilangan mereka semuaaaaa! Aaaaaaaaargh!" pekik Leonard dengan lantangnya seraya memukuli stir mobilnya dengan cukup keras. Selalu saja merasa bersalah juga bodoh jika ia teringat tentang kematian sang Papa.
Jika sore itu ia tak ceroboh dan bermain dijalan raya, mungkin keadaannya tak seburuk ini. Juga tak akan ia menjadi seorang anak yang dibenci oleh Mamanya sendiri. Bahkan kini, rasa kebencian yang terus saja dipupuk oleh sang Mama, membuatnya menjadi seorang yang pembenci juga tak mampu untuk bersikap ramah kepada sesamanya.
Setibanya dikantor, Leonard segera melupakan segala problematika didalam hidupnya, dan kembali menjadi sorang Leonard Hadinata yang tegas juga berwibawa sebagai pemimpin perusahaan. Dan pada hari ini ia meminta kepada karyawannya yang lain untuk membelikan sebucket bunga mawar ditoko lain. Walau ia tahu rangkaiannya tak akan seindah rangkaian Lyora. Namun setidaknya bunga itu, tetap tersedia disamping foto sang Papa.
"Maaf ya Pa, rangkaian bunganya tak seindah biasanya. Karena perempuan yang biasa merangkaikan bunga untuk Papa sedang sakit," ucap Leonard seraya tersenyum begitu manis. Sebelum ia kembali bekerja.
Ceklek..
Suara pintu ruangan Leonard terbuka tiba-tiba. Yang ternyata Mamanya yang membukanya.
"Ada apa Ma?" tanya Leonard dengan sinis.
"Bagaimana, apakah kamu sudah menemukan perempuan yang akan segera kamu nikahi?" ucap Mama yang bertanya balik tak kalah sinis.
"Belum. Tapi akan Leon usahakan untuk segera menemukan wanita itu. Mama tenang saja, Leon juga mengerti kalau Mama keberatan jika kita tinggal bersama," jawab Leonard pongah.
"Haha, sudah sejak satu bulan yang lalu kamu bicara hal yang sama Leon. Tapi apa buktinya? Nol besar. Hanya omong kosong! Jika hingga bulan depan kamu tak kunjung menikahi perempuan itu. Jangan harap semua aset itu akan kamu dapatkan!" jelas Mama dengan sinisnya seraya berlalu begitu saja. Meninggalkan Leonard yang kini masih berapi-api juga menahan setiap amarahnya.
***
Bau alkohol dan obat-obatan mulai menyeruak ke indra penciuman Lyora. Kepalanya masih terasa begitu pening juga sekujur yang terasa begitu sakit disetiap persendiannya. Dengan perlahan Lyora berusaha untuk membuka kedua bola matanya. Pandangannya masih buram hingga tak dapat dengan jelas ia ketahui dimana keberadaannya saat ini. Kini Lyora mulai mengerjap-ngerjapkan matanya hingga pandangannya mulai jernih dan ia dapati ruangannya saat ini begitu asing baginya.
"Awwwwhh.." erang Lyora dikala ia berusaha untuk bangkit dari posisi tidurnya.
Saat Lyora pegang kepalanya. Baru ia sadari ada selang infus yang tersambung ditangannya. "Gue sekarang ada dirumah sakit? Bagaimana bisa?" monolog Lyora penuh tanya.
Kembali Lyora edarkan pandangannya hingga ia dapati seorang Bu Kinan yang kini tengah tertidur pulas disofa tunggu. Karena saat ini waktu menunjukan pukul satu siang.
"Bu Kinan? Apa yang sebenarnya telah terjadi hari ini?" tanya Lyora yang semakin merasa bingung. Dan kini Lyora mulai mengingat-ingat kejadian yang sebelumnya. Dikala ia tengah menahan rasa pusing juga mual pada tubuhnya, lalu ia muntah dan jatuh pingsan.
"Ya Allah, jadi tadi gue itu sampai jatuh pingsan. Dan Bu Kinan yang membawa gue kerumah sakit? Astaghfirullah Lyora, lo sudah merepotkan Bu Kinan," monolog Lyora seraya mengusap wajahnya frustrasi.
***
To be continue