"Vanda," Andri memanggil Vanda, karena Vanda masih menundukkan kepala. "Maaf, kamu tidak perlu menjawabnya kalau kamu tidak ingin. Hhh ... aku harus pergi, banyak hal yang harus aku kerjakan, tolong sampaikan turut berduka citaku pada Ammamu, juga keluarga Ramadhan. Sampaikan juga permintaan maafku, karena tidak bisa datang. Aku permisi, Vanda. Maaf sudah mengganggu waktumu, assalamualaikum." Andri bangkit dari duduknya, Vanda tidak berniat mencegahnya. Ia tidak berkata-kata, selain hanya menjawab salam Andri saja. Setelah Andri pergi, Vanda menutup, dan mengunci pintu. Ia menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Dipeluk bantalan sofa, ditumpahkan tangisnya. 'Apakah dia tidak merasakan secuil saja, perasaan cintaku padanya? Ya Allah.... Tentu saja dia tidak bisa merasakannya, bukankah