Masa Lalu

1774 Kata

"Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah mengerti kondisi orang tuaku, " bisik Rimba di telingaku, sesaat setelah mengarungi surga dunia selepas sholat Subuh. Dia memelukku erat dari belakang. "Tidak perlu berterima kasih, Mas. Mereka itu orang tuaku juga. Oh, ya, Mas. Kamu belum jawab, kenapa kamu berbeda sendiri dari orang tua sama kakakmu?" tanyaku heran. "Beda gimana? Aku sama, kok. Masih orang," kekehnya. "Iih!" Aku mencubit lengannya yang melingkar di perutku. Dia meringis sambil tertawa. "Maksudku, kenapa kamu baik? Sedangkan mereka ... maaf, mereka begitu jahat," lanjutku. "Aku sempat berpikir jika kamu bukan anak kandung mereka. Orang kamu selalu disisihkan." Aku menoleh dan menatap manik indah itu. Dia tersenyum lalu mengembus napas kasar. "Alasan tepatnya, aku tidak b

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN