Papi

1586 Kata

Aku terbangun dengan badan yang terasa lelah. Tentu saja, pergulatan semalam begitu menguras tenaga. Rimba benar-benar ... ah, susah diungkapkan dengan kata-kata. Sangat berbeda dengan saat pertama kali dia menyentuhku. Mungkin karena saat itu sangat tergesa-gesa. "Sudah bangun, Sayang?" Suaranya yang pertama terdengar di telingaku. Wajahnya tampak segar dengan rambut yang masih basah. Tubuh atletisnya hanya terlilit handuk di bagian bawah, menampilkan roti sobeknya yang membuat aku terpesona. Untung saja sudah halal, jadi aku boleh menikmatinya sesuka hati. "Udah mandi?" tanyaku sambil menggeliat malas. "Udah, dong. Bentar lagi azan Subuh. Ayo, mandi. Kita sholat bareng," ajaknya. Aku kembali menggeliat. Meluruskan otot-otot yang terasa kaku. Setiap hari harus mandi sebelum Subuh.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN