“Siapa yang tulus?” Begitulah tanya seseorang yang entah sejak kapan mengikuti langkah kaki Fela. Tentu, seketika Fela menghentikan langkah kakinya. Mempersiapkan senyum semanis mungkin untuk menyapa dan mengenyahkan tanya ragu pria di belakangnya itu. Baru saja Fela mengira bahwa dirinya aman setelah bebas dari Kalingga. Kini justru ia dipertemukan dengan Wira di situasi dan kondisi yang tidak tepat! “M—mas Wira? Ngapain di sini? Bukannya bel masuk sudah bunyi?” Melempar kembali serentetan tanya, Fela rasa akan mampu membuat Wira lupa dengan pertanyaannya tadi. Tetapi, Fela sepertinya melupakan sebuah fakta. Tentang Wira yang lebih jeli dan tidak bisa dialihkan dengan hal lain sebelum rasa penasarannya terjawab. “Siapa yang tulus?” ulangnya sekali lagi. Fela menggeleng, “b—bukan