Berguling dalam selimut, memaksakan agar matanya terbuka. Cahaya menyilaukan membuatnya mengernyit tidak suka.
"Nona, ini hari pertama anda ke sekolah baru. Saya membawakan seragam baru anda!" Seorang pelayan membuka tirai lebih lebar lagi, agar nonanya segera bangun.
"Bukankah aku baru akan mendaftar? Kenapa sudah ada seragam?" Krystal masih enggan untuk bangun, tapi dia sudah membuka matanya, memperhatikan seorang pelayan muda yang sedang membuka tirai. Cahaya kehidupan hampir membutakannya.
Pelayan itu tidak tahu pasti. Karena tadi pak Lim memberikan seragam itu untuk dikirimkan pada nona muda, dan memintanya membangunkannya, tanpa informasi apapun. "Mungkin sudah didaftarkan pagi ini. Anda harus segera bangun, atau anda akan terlambat!"
"Kamu sangat cerewet, kamu tidak tahu betapa malasnya aku!" Krystal sudah duduk, mencari sendalnya.
Pelayan itu hanya tersenyum, sambil membantu mencari sandal. Dia melihat sendal itu agak tersembunyi di kolong, pada sisi lain tempat tidur. Meletakkan sandal itu di dekat kaki nonanya.
"Kamu baik sekali. Terimakasih!" Krystal memakai sandalnya dan berjalan langsung ke kamar mandi. Untuk ke kamar mandi, dia harus masuk lebih dulu ke walk in closet. Tapi dia berhenti sebelum masuk ke kamar mandi. "Kenapa kamu mengikutiku?"
Pelayan itu agak kaget, karena nonanya tiba-tiba berbalik dan bertanya seperti itu. "Saya akan menyiapkan sepatu dan kaos kaki anda!"
"Oh. Aku bisa mencarinya sendiri nanti. Aku bukan bayi, jadi kamu bisa melakukan kesibukan lainnya!" Krystal tidak biasa diperlakukan seperti itu. Sebelumnya dia hanya tinggal dengan ibunya, jikapun ada orang yang membantu membersihkan rumah, tapi tidak ada yang membantunya dengan hal-hal kecil seperti itu. Agak aneh untuknya.
Pelayan itu mengangguk patuh. "Saya akan menyiapkan sarapan untuk anda!"
Pelayan itu pergi dengan perasaan nyaman. Ternyata nona muda yang terlihat agak sulit didekati itu cukup baik. Sebelumnya saat nona muda Lavanya ada di rumah, dia juga membantunya dalam banyak hal. Tapi tidak ada perasaan hangat seperti ketika dia melayani nona muda Krystal.
Bersiap dengan cepat. Pak Lim meminta Krystal menemui nenek sebelum berangkat sekolah.
Ternyata neneknya memberikan kartu debit, dan uang dua ratus ribu.
"Kamu bisa pakai kartu itu untuk membeli kebutuhanmu. Dan uang itu untuk uang saku. Besok pak Lim yang akan memberikan padamu setiap hari. Belajarlah dengan baik!" Nenek sudah tua, dia tidak tahu apa saja yang dibutuhkan anak muda. Sebelumnya kebutuhan cucu-cucunya yang lain diatur oleh Nadine. Tapi melihat hal itu tidak mungkin untuk Krystal, maka dia yang akan mengurusnya.
Krystal sebenarnya punya tabungan sendiri, ibunya memberikan uang sebelum mengirimnya kemari. Tapi hal yang baik jika neneknya mau memberinya uang saku.
"Terimakasih nenek!" Dia mencium tangan neneknya dan langsung berlari keluar kamar neneknya. Oh, dia sudah terlambat sekarang.
Keluar menuju halaman, dia melihat deretan mobil yang tersisa di parkiran. Tadinya ada lebih, kini hanya tersisa tiga mobil. Dan pak Lim sudah menunggunya.
Pelayan yang tadi membangunkannya memberikan kotak bekal padanya.
"Nona bisa memakannya di mobil nanti. Silakan, sopir ini akan mengantar dan menjemput anda mulai hari ini!" Pak Lim membukakan pintu mobil, seorang lelaki berpakaian rapi juga langsung masuk ke sisi pengemudi.
Krystal merasa sangat tidak efesien dan merepotkan untuk diantar jemput oleh orang. Dulu biasanya dia berangkat dan pulang sekolah dengan temannya. Atau kadang diantar ibunya sekalian ke tempat kerja.
"Pak Lim, besok aku akan berangkat sendiri. Jadi bangunkan aku lebih pagi. Oke!" Krystal melirik pada pelayan yang tadi membangunkannya.
Pak Lim tidak setuju, karena berpikir sangat tidak aman membiarkan nona mudanya menyetir sendiri. Dia tidak tahu apakah nona mudanya sudah memiliki izin mengemudi atau belum, tapi nonanya masih baru di jakarta.
Mobil itu sudah melaju meninggalkan pintu gerbang. Pak Lim masih mengerutkan keningnya.
"Kakakku berangkat naik mobil sendiri atau diantarkan?" tanya Krystal pada sopirnya.
Mengerti kakak mana yang dimaksud nona mudanya, dia mengangguk. "Tuan muda sudah mengendarai mobilnya sejak setahun lalu!"
"Dia bahkan tidak menungguku!" Krystal kesal. Dia masih baru dan pasti akan kebingungan dengan lingkungan sekolah barunya, meskipun tidak berharap Ryota akan menunggunya untuk berangkat sekolah bersama, tetap saja menyebalkan.
_
Ryota sedang melihat ke arah gerbang. Sudah lima menit yang lalu sekolahnya dimulai. Tetapi gadis itu belum terlihat.
"Lo ngapain di sini. Mending bantu gue bawa buku!" Arsyla baru saja mengambil tumpukan buku dari perpustakaan di lantai satu, kakinya dan tangannya hampir patah. Tapi dia malah melihat Ryota bersantai di pinggir pagar pembatas lantai tiga, bukannya di kelas.
Ryota tidak suka diganggu. Dia melihat Arsyla dengan tatapan tidak peduli. Akan tetapi melihat gadis itu berkeringat dengan wajah memerah, membuatnya sedikit bersimpati.
"Lo mau aja lagi disuruh ambil ginian. Noh, si Raka nganggur, gak guna banget jadi ketua kelas!" Ryota sebenarnya bukan tipe yang banyak bicara, tapi sekalinya bicara akan berkomentar pedas.
Arsyla memberikan dua pertiga tumpukan buku pada Ryota. Dia mengabaikan omelan laki-laki itu. Sebenarnya sangat menggemaskan.
_
Krystal tertahan di gerbang, tapi kemudian diizinkan masuk. Berjalan menuju gedung sekolah barunya. Dia tidak tahu dimana kelasnya berada, dia juga tidak tahu kantor sekolah berada dimana.
Tapi kemudian dia melihat ada anak lain yang masih ada di luar kelas. Tampak punggung yang tegap dan langkah yang mantap. Pasti wajahnya tampan!
"Woi, tunggu!"
"Eh, kamu!" Krystal memanggil lagi sambil berlari mengejar langkah anak laki-laki itu.
Krystal melihat ada noda pada baju anak laki-laki itu. Agak lusuh, padahal di kejauhan terlihat sangat rapi.
Laki-laki itu menoleh saat ada langkah kaki yang menyusulnya. Menahan ketidaknyamanan di perutnya, dia melihat ada seorang gadis yang wajahnya sangat asing, senyumnya cerah dan tinggi. Meskipun tidak setinggi dirinya.
"Terlambat di hari pertama?" Menebak dengan pasti, karena jika bukan anak baru, gadis itu tidak akan mau bicara dengannya.
"Em, kamu tahu aku murid baru. Jadi bisakah kamu tunjukkan dimana ruangan kantor sekolah kita?" Krystal sebenarnya agak kaget melihat ada luka lebam di wajah laki-laki itu. Dan luka itu terlihat baru, apa lagi melihat bajunya yang kotor, dia berpikir sepertinya laki-laki itu baru saja berkelahi.
Mengabaikan tatapan anak baru itu, menunjuk ke lorong di depannya. "Ikuti lorong itu, kamu akan menemukannya!"
"Makasih!" Krystal berjalan mendahuluinya, tapi kemudian dia berhenti. Mengambil sesuatu dari tasnya.
"Aku sering terluka, jadi selalu membawa ini. Biarkan aku bantu!" Krystal tidak menunggu persetujuan pihak lain, langsung mencoba menempelkan plester di pelipis dan lagi di hidung laki-laki itu.
Dia sangat suka beraktivitas diluar ruangan, dan tidak jarang mendapatkan luka. Jadi sejak kecil, dia selalu memiliki plester luka.
Anak laki-laki itu agak kaget pada saat pemasangan plester pertama, apalagi melihat wajah gadis itu begitu dekat. Tapi melihat gadis itu sangat cepat memasang plaster kedua tanpa rasa canggung, dia pun membiarkannya.
"Selesai! Anggap ini sebagai perkenalan! Bye!" Krystal langsung berlari pergi. Dia merasa nyaman telah membalas kebaikan laki-laki itu yang membantunya menunjukkan ruangan kantor guru. Hari pertamanya, dia akan mendapatkan lebih banyak teman nanti.
_
Setelah menemui guru, dia mendapatkan buku dan kunci loker. Menaruhnya buku-buku dan hal lainnya di loker dan langsung menuju ke kelasnya. Ini hari pertama, dia tidak akan dihukum karena terlambat. Guru itu juga sangat baik, membuatnya melupakan kekesalan, telah ditinggalkan oleh Ryota.
Dalam perjalanan menuju kelasnya, Krystal bertemu dengan beberapa anak laki-laki. Mereka terlihat agak berantakan, dan ada anak laki-laki yang memiliki luka baru di pipinya. Tapi tidak separah anak laki-laki yang pertama ditemuinya. Ada tebakan di dalam hatinya.
Beberapa anak laki-laki itu juga melihat dengan tatapan penasaran pada awalnya. Tapi setelah itu hanya melanjutkan berjalan menuju kelas.
"Anak baru!" bisiknya agak kuat pada teman-temanya.
"Yah, sepertinya! Sangat cantik dan menarik!"
"Ayo buru ke kelas! Kita akan tahu nanti. Jangan bersikap tidak sopan!" Salah seorang mengingatkan teman lainnya, agar tidak menakuti anak baru itu.
"Lo pada jangan malu-maluin, kalau gak berani nyapa, jangan ganggu!" sanggah temannya yang lain setuju dan langsung berjalan mendahului. Mereka saat ini sudah tertinggal pelajaran pertama, bukan saatnya menggoda anak baru.
Krystal bisa mendengar bisikan mereka yang keras, karena dia berjalan tepat di belakang mereka. Dia sedikit bersemangat, sepertinya sekolah barunya cukup menarik! Anak-anak suka berkelahi dan terluka.