Sherina menghentikan mobil dipinggir jembatan yang dekat dengan sekolah. Diam mengingat tangan gadis cantik yang melingkar dilengan Vasco. Bahkan cowok tampan yang berstatus sebagai kekasihnya itu tersenyum, sama sekali tak menolak. Memukul stir mobil dengan kesal. “Liat aku ngobrol sama Rega aja marah. Nah, tadi itu dia ngapain coba? Dasar setan ganteng! Bikin kesel kerjaannya! Huh, nyebelin!” merutuki kekasihnya. Ddrtt ... drrtt .... Ponselnya bergetar, ada telfon masuk. Sherina merogoh ponselnya yang ada didalam tas. Tertera nama Papa dilayar utama. Sherina menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya pelan. “Hallo, pa.” Sapanya seraya menempelkan ponsel ditelinga. “Hallo, She. Gimana kabar kamu?” suara papa disebrang sana. “Alkhamdulilah sehat, pa. Papa gimana? Udah nggak sering ku