Ihsan Reog Dirgantara

1593 Kata

“Awwww, perih.” “Tahan sebentar, Mas. Harus cepat diobati biar gak berbekas.” “Tapi sakit, Sayang.” Bibik terkekeh melihat sikap manja Ihsan pada Indira. Pemandangan indah tak boleh dilewatkan kalau kata Titania. Jadi, Bibik tetap menunggu calon nyonya baru nya selesai mengobati majikannya. “Pernikahan Titan tinggal menghitung hari, Mas. Masak mau jadi wali nikah mukanya lebam-lebam begini.” “Iya, Pak. Nanti Non Titan sedih lihat wajah Papanya berwarna biru,” saut Bibik. “Tuh, dengerin kata Bibik. Tadi bilangnya gak berasa sakit.” Indira dengan telaten mengobati dan mengompres wajah kekasihnya. “Harusnya kita ke rumah sakit dulu, Mas. Aku khawatir ada masalah di perutmu. Anak buah Pak Gemma sempat menendang berkali-kali ‘kan?” Ihsan tak menjawab, dia menahan sakit saat sebelah pipin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN