“Sayang, aku tidak sengaja mendorongmu hingga jatuh. Tadi hanya reflek karena kaget.” “Jauhan sana!” usir Indira saat kekasihnya ingin memeluknya. “Sayang ...” “Buka pintunya aku mau pulang.” “Gak boleh pulang. Harus kasih maaf dulu buat aku.” Indira mendengkus kesal, bukan hanya pantatnya saja yang sakit. Namun lengan sebelah kanannya juga terbentur pinggiran meja. Dia juga harus menanggung malu karena kepergok mecum yang kedua kalinya oleh Iqbal. Sejak tadi, Indira ingin pulang namun pintu ruang kerja Ihsan di kunci. Tidak ada orang yang boleh masuk maupun keluar tanpa izin si empunya ruangan. “Mas Ihsan masih kesal sama aku gara-gara tempat duduk di pesawat ‘kan? Terus sengaja dorong aku hingga terjungkal ke lantai.” Tuduh Indira lagi. Ihsan menggelengkan kepalanya. Masih berusa