“Gak usah senyum-senyum kayak gitu ya, Pak!” “Kenapa memangnya?” Indira mencebik. Sejak tadi Ihsan bersikap menyebalkan. “Saya mau pulang. Gak usah diantar soalnya sudah pesan taksi online.” “Pulang saja kalau kamu bisa keluar dari sini.” “Pak Ihsan tuh nyebelin banget. Kalau mau ajakin saya tinggal bareng nikahin dulu dong. Jangan pikir karena saya seorang janda bisa dibawa sesuka hati!” Seperti biasa Ihsan akan diam seribu bahasa setiap Indira mengeluarkan jurusnya. “Bapak tuh umurnya hampir setengah abad kelakuannya kayak ABG labil,” cibir Indira. “Kamu kalau bicara tidak pakai saringan, Dir.” “Memang kenyataannya begitu. Ngapain juga harus bawa saya ke apartemen kalau hanya dianggurin seperti ini? Lagian ini juga sudah larut malam.” “Kamu tahu hukuman?” Ihsan menatap ke arah I