“Sayang, harusnya aku yang marah. Kenapa malah kamu yang ngomel sejak tadi?” “Mas Ihsan kebiasaan kalau marah gak bisa kontrol emosi. Lihat saja tadi kondisi Pak Aksa. Babak belur sampai tergeletak di tanah. Bukannya ditolong dulu langsung di tinggal pergi.” Indira berdiri di depan sang kekasih dengan menyilangkan kedua tangan di d**a. Sesampainya di hotel, dia terus memberikan ceramah panjang lebar untuk Ihsan. Tidak hanya membiarkan Aksa dalam kondisi mengenaskan. Mereka juga meninggalkan Darel di rumah Rajata. Padahal, sekretaris Bosnya sudah berteriak meminta ditunggu karena harus membereskan dokumen yang berserakan di meja. “Buat apa memikirkannya? Pasti saat ini keluarganya sudah mengobati lukanya. Lagipula pukulan ku tidak terlalu kuat. Palingan juga lebam beberapa hari sembuh.”