Jieya duduk di ranjang dengan perasaan kacau balau. Ia menyentuh bibirnya pelan. Bibir yang disentuh oleh Loey dan membuat Jieya melayang oleh rasa senang yang meluas, menghapuskan segala pikiran rasionalnya dan membuat Jieya mengikuti nalurinya. Kecupan Loey yang meski Jieya tidak mau mengakuinya, menerbitkan percik kebahagiaan dan getar-getar halus di d**a, membuat Jieya merasa seluruh dirinya terperangkap oleh sebuah euforia. Hanya dengan mengingat kecupan itu, semburat merah muncul di pipi Jieya, apakah kini ia terbawa perasaan? Setiap kecupan Loey membuat Jieya terlena, dan kenangan tentang Loey tersimpan dalam benak Jieya. Kecupan semalam dan pagi ini. Bagaimana Loey menyentuh bibirnya dengan lembut, lalu dengan penuh keyakinan dan menuntut, membuat Jieya tidak bisa tidak membala