bc

Unintended

book_age18+
544
IKUTI
3.6K
BACA
possessive
dominant
badboy
goodgirl
dare to love and hate
drama
bxg
enimies to lovers
virgin
naive
like
intro-logo
Uraian

Kehidupan Jieya Lee mendadak berubah saat dirinya diculik dan dipaksa menjadi wanita penghibur. Di tengah kekalutan hidup yang mendadak menyergapnya, seseorang mengulurkan tangannya bagi Jieya. Loey Park, pria itu menawarkan perlindungan bagi Jieya, namun Jieya bimbang, karena Loey adalah mafia perdagangan wanita yang telah menculik dan menjualnya, bagaimana mungkin Jieya mempercayai pria itu.

Apakah akhirnya Jieya akan mempercayai Loey dan menerima uluran tangannya?

Terkadang, meraih dan menerima genggaman tangan seseorang, adalah awal mula sebuah perjalanan dan di saat yang sama, hal itu berarti mengijinkan seseorang untuk berjalan di sisimu. Juga, kadang dalam kehidupan ini kita berpisah dengan orang yang sebenarnya kita tidak ingin berpisah, dan terkadang kita mencintai seseorang yang tidak seharusnya kita cintai.

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Jieya Lee masuk ke dalam minimarket 24 jam yang berada tidak jauh dari kantornya. Hari ini adalah hari anniversary dirinya dengan kekasihnya. Jieya bermaksud membeli beberapa makanan dan minuman untuk merayakan hal itu. Perempuan itu mengitari rak-rak makanan memilih makanan ringan dan setelah mengambil empat macam keripik, Jieya beralih ke rak minuman, membeli beberapa kaleng minuman soda, lalu gadis itu berjalan menyusuri rak makanan instan dan mengambil beberap cup mi instan, sosis dan nuget sebelum akhirnya mengambil beberapa bungkus sandwich dan nasi kepal. Jieya tersenyum. Barang belanjaannya cukup banyak tapi ini cukup sederhana untuk perayaan hari jadinya dengan Bryan. Saat menuju kasir, tiba-tiba seorang pria tinggi mendahului Jieya. Jieya merasa sedikit kesal tapi Jieya hanya bisa menghela nafas, membiarkan pria tinggi itu menyela antrian dan membayar lebih dulu di kasir. Jieya memilih mengalah pada pria tinggi yang berpenampilan mencolok, berkemeja Hawaii motif bunga-bunga dan berambut pink serupa gulali itu. "Sorry," kata pria itu menoleh pada Jieya yang berdiri di belakangnya. "Eh...?" Jieya menatap pria tinggi yang ada di depannya, menggumam pelan untuk menanggapi kata-kata maaf si pria tinggi. "Aku buru-buru," kata pria itu lagi, menjelaskan mengapa ia menyerobot antrian. "Oh...tidak apa-apa." Hanya hal itu yang bisa Jieya ucapkan, meski kesal, tapi Jieya memilih untuk memperpanjang masalah ini. Setidaknya pria itu mengakui bahwa tindakannya yang mendahului Jieya ke kasir cukup menyebalkan. Usai bertransaksi pria itu terburu-buru keluar meninggalkan mini market. Jieya maju ke meja kasir dan meletakkan semua barang belanjaannya ke meja kasir dan membuka tasnya untuk mengambil dompet. Saat kepala Jieya menunduk dan membuka tas, matanya menemukan sebuah dompet. "Nona.... ada dompet jatuh," kata Jieya sambil menyerahkan dompet itu pada kasir minimarket. "Oh....mungkin itu dompet pria tadi," ucap kasir pada Jieya. "Apakah nona tidak keberatan untuk membantu menyerahkan kembali padanya?" Tanya kasir pada Jieya. Jieya merasa enggan, tapi merasa keterlaluan bila menyerahkan dompet yang terjatuh pada pemiliknya saja dia keberatan. Akhirnya Jieya mengangguk. "Terima kasih nona. Biasanya pria itu duduk-duduk di jalanan ujung sana." Kasir itu memberitahu Jieya. "Maaf merepotkanmu nona, karena shift kerjaku belum habis." "Iya. Tidak apa-apa," balas Jieya sambil membawa kantong belanjaannya dan keluar dari mini market, sementara dompet pria itu ada aman di dalam tasnya. Jieya berjalan menuju jalanan yang ditunjukkan oleh gadis kasir minimarket. Di suatu jalanan yang agak menanjak dan terlihat seperti tebing terlihat pria tinggi itu sedang duduk di kap mobil Land rover defender. Pria itu sedang mengobrol dengan seorang pria lainnya. Mereka mengobrol sambil memandang kota Seoul yang terlihat indah dan lampu-lampunya seperti ribuan kunang-kunang. "Cih, buru-buru apanya. Dia hanya duduk-duduk mengobrol, apa ini yang dimaksud buru-buru," batin Jieya cukup kesal. "Maaf.....aku menganggu." Jieya mendekat dan menyapa dua pria itu, dan keduanya menoleh. "Ya....?" Pria tinggi yang tadi bertemu dengan Jieya di minimarket menjawab. "Hm....saya ingin mengembalikan dompet anda. Tadi terjatuh di minimarket." "Oh....?!" Pria itu tampak kaget dan meloncat turun dari kap mobil. Rokok yang ada di antara jemarinya disisipkan di antara bibirnya dan kedua tangannya merogoh-rogoh kantong.  Jieya membuka tasnya dan mengambil dompet pria itu. "Ini dompet anda." Jieya menyerahkan dompet pria itu. Pria itu menatap Jieya lekat. Ada sesuatu yang menarik di wajah Jieya yang membuat pandangan pria itu terikat pada Jieya. Tangan Jieya yang menggenggam dompet coklat pria itu menggantung di udara sekian detik, karena pria itu tertegun memandang Jieya. "Tuan....? Dompet anda." Jieya mengulangi kata-katanya sambil mengangsurkan dompet. Kata-kata Jieya membuyarkan tatapan pria itu. Pria itu menyambut dompet dari tangan Jieya. "Terima kasih," jawab pria itu usai dompetnya ada dalam genggaman tangannya. "Anda bisa cek dulu apakah lengkap?" "Oh aku rasa tidak perlu, aku yakin isi dompetku masih utuh seperti semula," pria itu berkata. "Baiklah kalau begitu. Saya permisi," ucap Jieya sedikit membungkuk dan tersenyum. "Terima kasih." Sekali lagi pria itu mengucapkan terima kasih yang ditanggapi Jieya dengan senyum dan anggukan, lalu Jieya membalikkan badannya, meninggalkan dua orang pria asing yang masih menatap dirinya berjalan menjauh. Pria tinggi itu masih menatap punggung Jieya, bahkan setelah beberapa menit Jieya berjalan menjauh dari tempatnya berada. "Hyung! Apa kau menyukainya? Seperti cinta pada pandangan pertama?" Ucap pria berkulit tan yang duduk bersama pria tinggi itu. "Jangan sok tahu Kai!" sergah pria berkemeja Hawaii dan berambut pink itu. Pria yang dipanggil Kai itu tertawa pelan.   "Hyung, apa aku perlu menanyakan namanya, alamat dan nomer ponselnya? Atau aku harus menculiknya dan meletakkannya di ranjangmu?" "Jaga ucapanmu Kai!" ketus si pria tinggi. "Wah-wah, kau sungguh tak bersikap biasa hanya karena gadis itu hyung." Kai bergumam. "Begini saja hyung, kalau dalam hitungan tiga gadis itu membalikkan badannya, itu artinya gadis itu juga tertarik padamu." Pria itu tidak menjawab dan kembali duduk di kap mobil, menghisap rokoknya dan menenggak bir. Kai menarik sudut bibirnya, mengamati Jieya yang berjalan menjauhi mereka. "Satu......dua......." Kai mulai menghitung. "Dua setengah....dua seperempat, dua tujuh per delapan....." "Hentikan Kai!" "Hyung!!! Dia menoleh. Hahahhaa." Kai tertawa keras. Jieya Lee merasa aneh saat mendengar tawa Kai dan memalingkan wajahnya. "Dua orang itu terlihat aneh, sebaiknya aku segera pergi dari sini," bisik Jieya dalam hati dan melangkahkan kakinya lebih cepat meninggalkan tanjakan jalan dan dua orang pria yang duduk di atas kap mobil. "Hyung! Dia tadi menoleh kau lihat kan?" lapor Kai. "Sudahlah Kai." Pria tinggi itu menjawab jenuh. "Hyung....aku merasa kau akan terikat padanya." Kai meramalkan. "Cih! Hentikan omong kosongmu." "Kau jatuh cinta pada pandangan pertama, aku bisa melihat hal itu. Seharusnya kau lihat wajahmu tadi, benar-benar seperti orang yang terpesona pada pandangan pertama." Kata Kai dengan nada teramat yakin. "Diam kau mulut besar." Bersamaan dengan itu, sebuah kaleng bir mendarat di d**a Kai. "Hahaha hyung, kenapa kau sama sekali tidak mau mengakuinya? Percayalah padaku, aku ini ahli cinta." "Ya...ya...ya....ahli cinta yang sama sekali tidak mampu mengungkapkan perasaan pada Krystal." "Hei! Hyung kenapa jadi membahas Krystal?" protes Kai. Pria tinggi itu tidak menjawab, hanya masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. "Kau ikut tidak?" "Tentu saja!" Kai berlari kecil masuk ke dalam mobil. Mobil itu berjalan pelan menyusuri malam. Loey Edward Park nama pria itu, menatap jalanan temaram Seoul dari balik kemudi. Entah mengapa wajah gadis tadi masih terasa jelas di pelupuk matanya, seakan ia mengenal gadis itu. Wajahnya yang lembut, rambutnya yang panjang dan kecoklatan, titik tanda lahir di pipi, hidung mungil dan senyum bibir tipisnya tertinggal jelas di otaknya.  Loey Park menghembuskan nafas pelan. Mungkin otaknya sudah rusak hingga menyimpan raut wajah gadis yang bahkan baru saja ditemuinya. Udara semakin dingin dan langit semakin gelap, rembulan bersinar pucat dan lampu-lampu jalan bersinar sendu. Radio mobil menyiarkan sebuah lagu lambat yang membuat suasana semakin sendu. Suara Mathew Bellamy  mengalun lembut. Sebuah kisah yang dimulai dengan sebuah senandung. Unintended. Tak terduga. 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
122.1K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.6K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Long Road

read
129.3K
bc

PATAH

read
519.4K
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Sweetest Diandra

read
71.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook