Jieya membuka matanya pelan, lalu mengerjap, menyesuaikan pupil matanya dengan cahaya terang yang menyelimuti tempat di mana ia berada. Langit-langit putih, jendela bercat putih dengan pot tanaman hias di tepinya. Ranjang yang empuk, nyaman dan hangat menyangga tubuhnya, juga selimut halus yang melingkupi tubuhnya. Kamar ini terasa nyaman dan tenang tapi Jieya tidak tahu di mana dirinya berada. Sepertinya, ini bukan Lotus dan juga bukan tempat terakhir kali ia berada. Tempat terakhir kali ia berada. Otak Jieya memanggil kembali ingatan tentang hari kemarin, tempat terakhir kali di mana Jieya berada. Jieya mengingat kembali bahwa ia dibawa ke sebuah mansion mewah dan megah, lalu berjumpa dengan lelaki pucat yang melemparkannya kasar ke ranjang berseprei merah darah. Lelaki itu menamparny