Pagi menjelang, sinar mentari sudah memancar masuk ke dalam kamar pribadi Nadya. Harun sengaja membuka lebar gorden jendela kamar itu agar sinar mentari pagi mengenai tubuh Nadya yang masih terkulai lemah tidak sadarkan diri. Tubuh wanita itu lemah dan matanya sembab. Wajah putihnya memerah karena lebih dari satu jam ia menangis dengan perasaan yang hancur berkeping-keping. “Sayang ... kamu sudah sadar, syukurlah ....” Harun mulai mendekat. Nadya merasa tubuhnya begitu hangat. Harun memang mengoles banyak minyak kayu putih ke tubuh Nadya, ditambah sinar mentari semakin membuat tubuhnya hangat. “Sayang ... aku sudah belikan bubur, sudah aku hangatkan, makan ya ....” Harun duduk di sebelah Nadya seraya membelai lembut puncak kepala wanita itu. “Jauhkan tanganmu dari kepalaku! Aku tidak