BAB 9 – Terpuaskan

1248 Kata
Pagi itu, cuaca kota Batam sangat cerah. Rania juga cukup semangat pergi bekerja. Semalam hatinya begitu bahagia, hal yang sudah lama ia idam-idamkan akhirnya tersampaikan. Berjalan-jalan mengitari kota Batam di malam hari. Menikmati udara malam di atas jembatan barelang. Serta mendapat perhatian yang luar biasa dari pria tampan yang tiba-tiba mengusik relung hatinya. Rania melangkah menuju lokernya untuk menyimpan bekal makan siang dan beberapa perlengkapan yang ia bawa. Sesekali ia tersenyum manis setiap mengingat momen indah yang sudah ia lalui bersama pria yang baru saja ia kenal. “Ra, kamu ngapain sich dari tadi senyam-senyum nggak jelas begitu.” Dewi tiba-tiba sudah berada di sebelah Rania, kehadirannya mengagetkan wanita itu. “Eh, Dewi, kenapa tiba-tiba datang ... ngagetin aja.” Rania menutup kembali lokernya dan beralih menatap Dewi. “Kamu tu aneh banget, Ra. Dari tadi aku perhatikan senyum-senyum sendiri. Baru menang lotre?” “Semalam aku habis jalan sama cowok. Tampan banget tau nggak, mirip Amitabh Bachchan, hehehe.” Rania mulai bercerita dengan wajah merona. “Pacar baru?” “Hhmm ... enggak sich, dia udah nolongin aku kemarin waktu aku belanja di minimarket. Aku lupa bawa dompet, terus dia yang bayarin.” “Terus kamu jalan sama dia? Baru kenal gitu udah pacaran?” Dewi mengernyit. “Aduh Dewi sayang ... aku nggak segampangan itu juga kali. Jadi kemarin itu aku mau kembalikan uangnya dia. Awalnya aku minta temani sama Adam. Tapi taulah, gimana laki-laki bernama Adam itu, dia lebih memilih berjudi dari pada menemani wanita cantik sepertiku. Akhirnya aku menemui pria itu sendiri. Ternyata, dia satu kampung sama kita.” Rania memberi penekanan pada kata terakhirnya. Wajahnya begitu merona. “Dari Pariaman juga?” Dewi tergelitik untuk mengetahui. “Bukan, tapi dari Padang. Dia ke sini pergi menemui adiknya. Hanya beberapa hari saja.” “Owwh ....” “Ya sudah, kita kerja dulu. Nanti kita cerita-cerita lagi. Dari pada nanti di omeli sama bu Gina.” Rania bergegas meninggalkan loker menuju lokasi tempatnya bekerja. Wanita itu kembali menjalani hari sebagai buruh di pabrik roti itu. - - - - - Rania masuk begitu saja ke rumahnya tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu. Ia melihat Adam tengah bersantai di depan televisi. Sesekali pria itu terkekeh karena tengah menyaksikan siaran komedi kesukaannya. Rania langsung masuk ke dalam kamarnya seraya membanting pintu dengan kasar. Wanita itu kesal, bahkan teramat kesal. Adam benar-benar membuatnya dirinya kehilangan kesabaran. Tiba-tiba Adam masuk ke dalam kamar seraya memperlihatkan wajah tanpa dosa. “Ra, kenapa tadi kamu tidak membangunkan abang? Abang jadi bolos kerja’kan jadinya.” Adam duduk di atas ranjang di samping istrinya. “Masa bodoh, aku tidak peduli.” Rania membuang muka. Ia cukup lelah dan sedang tidak ingin bertengkar. “Ra, mengapa kamu selalu bersikap kasar kepada abang?” “Abang masih tanya kenapa? Ohiya, pertanyaan ini bukan untuk pertama kali. Pertanyaan ini sudah ribuan bahkan jutaan kali abang tanyakan padaku. Aku sudah bosan menjawabnya.” Rania bangkit dan mencoba berlalu. Adam segera menyambar lengan istrinya hingga membuat tubuh ramping wanita itu jatuh ke dalam pelukannya, “Ra, maafin abang. Kita main yuk.” Begitulah Adam, pria datar yang seolah tidak pernah terjadi apa-apa dalam hati istrinya. Ia tanpa rasa bersalah dan berdosa mulai menggerayangi tubuh Rania. Dan ... satu hal kelemahan Rania, betapa pun ia lelah dan marah, apabila sudah dihadapkan pada permainan badan, maka ia akan segera luluh dan menegang. Baru saja suaminya memancing untuk mengajak bergumul, wanita itu seketika agresif. Ia menyambar dan melumat bibir suaminya dengan rakus dan nikmat. Tak peduli rasa lelah yang menghadang, baginya pergumulan badan adalah sesuatu yang begitu menyenangkan. Adam merebahkan tubuh isitrinya di atas ranjang. Pria itu masih menikmati pergumulan bibir seraya melepas kemeja yang masih melekat pada tubuh Rania. Rania semakin menegang. Wanita itu melepas sendiri semua atribut yang membalut tubuhnya. Tak ia sisakan satu pun hingga tubuh ramping itu polos tanpa sehelai benang pun. Adam mulai menjilati dan menggigit lembut benda kecil yang menonjol di kedua bongkahan d**a Rania. Wanita itu semakin mengerang, tegang. Bang, aku mohon ... kali ini tanpa dildo, Rania membatin. Sentuhan maupun lumatan yang di berikan Adam memang mampu membuat wanita itu tegang seketika. Ia tak kuasa menahan hasratnya terlalu lama. Rania bangkit dan mulai menindih tubuh suaminya. Wanita itu memasukkan sendiri milik suaminya kedalam daging lembut nan basah milik dirinya. Rania mulai membuat pergerakan, perlahan demi perlahan berharap Adam mampu bertahan lebih lama. Sesaat wanita itu menghentikan aktifitasnya. Ia melihat suaminya hampir berada di puncah tujuan. Rania melepaskan penyatuan itu. Ia ingin mencoba gaya baru, berharap dengan begitu Adam mampu memuaskannya. Baru saja Rania melepaskan penyatuan, Adam seperti tidak tahan, ia menindih Rania seraya berusaha membuat penyatuan lagi. Namun rania berusaha menghindari diri. “Bang, kali ini coba tahan. Jangan biarkan aku menggunakan dildo lagi, atau aku menuntut cerai setelah ini.” di sela-sela permainan dengan napas tersengal-sengal, Rania masih sempat mengucapkan sebuah nada ancaman untuk suaminya. “Apa yang kamu katakan, Ra.” Adam berusaha sekuat tenaga untuk menahan ejakulasinya. “Aku serius, Bang. Puaskan aku di ranjang, atau aku akan meninggalkanmu. Aku akan menuntut cerai.” Rania  berbisik seraya menarik jemari Adam agar memainkan daging mentah miliknya. “Ra, jangan main-main dengan kata-kata itu.” Adam masih berusaha menahan diri dan mengikuti alur permainan istrinya. “Aku tidak main-main, aku serius. Aahhh .....” Rania merasakan sensasi dan getaran yang berbeda tatkala jari-jari Adam mulai masuk dan menusuk rongga pada daging mentah itu. “Puaskan aku, atau kita bercerai, Ahhhh .....” Rania melanjutkan perkataannya sementara tubuhnya semakin menggeliat merasakan dua jari Adam mulai mengaduk-aduk liang miliknya. Adam melihat istrinya mengerang, tegang. Hal itu membuat miliknya semakin kencang dan tidak tahan untuk segera memuntahkan semua isi di dalamnya. “Teruskan bang ... teruskan ....” Rania merasakan kenikmatan tatkala jari-jari Adam semakin kencang mengaduk-aduk liang itu. “Bang, masukkan sekarang!” Rania setengah berteriak. Adam segera mencabut jarinya dan beralih memasukkan miliknya. Tak butuh waktu lama, pasangan suami istri itu secara bersamaan mencapai tujuannya. Adam memuntahkan semua cairannya ke dalam rahim istrinya sementara rahim Rania terasa begitu hangat karena wanita itu juga mencapai puncaknya. Untuk pertama kalinya, Rania merasa terpuaskan dan bisa mencapai tujuannya secara bersamaan tanpa dildo. Entah dari mana wanita itu mendapat ide model permainan yang demikian, tapi yang pasti usahanya sukses. Ia tidak harus menggunakan dildo untuk saat ini. “Ra, kamu selesai?” bisik Adam setelah melepaskan miliknya dan merebahkan diri di samping istrinya. “Iya, terima kasih untuk kali ini.” Wanita itu menjawab dengan napas tersengal-sengal. Pasangan suami istri itu pun terlelap di atas ranjang yang sudah menemani mereka selama bertahun-tahun. Terlelap dalam nikmat hingga mereka mengabaikan panggilan cinta dari Rabb maha pemberi kenikmatan. Rania dan Adam mengabaikan maghrib mereka untuk kesekian ribu kalinya. Terlelap dalam mimpi seakan mereka akan tetap hidup ribuan tahun lagi. - - - - - Rania terjaga, ia mendapati dirinya masih polos tanpa busana. Netranya menatap jam dinding, sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Begitu nikmatnya tidur Rania sehingga ia tidak terjaga untuk mandi atau makan malam. Ia melihat Adam sudah tidak ada lagi di sampingnya. Rania bangkit dan meraih handuk untuk menutupi tubuhnya. Wanita itu keluar dari kamar, namun ia tidak mendapati siapa pun dalam rumah itu. Ah, pasti Adam berjudi lagi, Rania membatin. Rania hanya mampu menarik napas panjang. Berjalan dengan gontai menuju kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Setelah membersihkan diri, Rania kembali membaringkan diri tanpa ingat jika dirinya belum makan apa pun malam ini. tubuhnya begitu lelah sehingga ia kembali terkulai lemah di atas ranjang miliknya.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN