Laporan yang tak diterima

1049 Kata
Saat mengetahui wanita yang berteriak kepadanya adalah wanita yang masih berstatus Ibu mertuanya, Suci pun mencebik kesal. "Apa sih maunya nenek-nenek peot ini?" geram Andi. Kemudian saat Andi hendak berdiri, tangannya dicegah oleh Suci. Suci menggelengkan kepala ke arah omnya tersebut dengan maksud agar dirinya diam saja. Suci ingin mengetahui sejauh mana mertuanya tersebut akan berlaku. Sungguh orang tua yang lain dalam bersikap, beberapa saat yang lalu dia bersikap lembut dan memohon agar boleh masuk ke rumahnya Suci, namun saat ini saat ada dia sudah ada di dalam rumah milik suci, justru kini bersikap bar-bar. "Siapa laki-laki ini suci? kamu itu masih sah menjadi istri anakku, aku tak terima jika kamu melakukan hal-hal memalukan di belakang Ihsan...!"masih dengan mata melotot Ibu Windarti berkata kepada menantunya tersebut. "Menurut Mama? Mas Ihsan saja boleh bertindak semaunya padahal statusnya juga masih suamiku, Kenapa aku tidak?" Jawaban Suci semakin memancing kemarahan ibu Windarti. "Kurang ajar...!"Ibu Windarti mengangkat tangannya menampar suci, namun saat tangan itu hendak menyentuh pipi suci, tangan itu tertahan oleh cekalan tangan dari Andi. "Jaga sikap Anda jika bertamu, terutama jaga tangan anda jangan sampai menyakiti seincipun tubuh Suci seperti yang pernah anda lakukan saat itu...! atau anda mau mendekam dan membusuk di bui?" Setelah mengatakan itu Andi menghempas secara kasar tangan yang sudah keriput itu. Meskipun tak terima, rupanya apa yang diucapkan oleh Andi mampu membuat ibu windarti keder dan tak berani melawan. "Keluarlah Ma, keluarlah secara baik-baik dari rumah ini, atau aku akan lupa bahwa mama adalah ibu mertuaku...!" suara Suci terdengar sangat dingin di telinga Windarti dan semua itu membuatnya sangat tak suka. Setelah cukup lama terdiam, kini sikap ibu Windarti berubah kembali menjadi lembut seperti saat memohon untuk masuk bersama putranya tadi. "Suci menantuku sayang, maafkan mama ya? Maaf karena mama sudah membuatmu menjadi babak belur seperti ini, Mama sudah menyesal melakukan semua itu kepadamu...!"kata Ibu Windarti dengan sangat lembutnya. "Suci sudah memaafkan Mama kok...!"jawab Suci santai. "Benarkah? kalau begitu Mama boleh dong tinggal di sini lagi...!"dengan tak tahu malunya ibu Windarti mengatakan hal itu. "Kalau untuk itu, Suci minta maaf ya Ma? Suci tidak bisa...! rumah ini terlalu sesak kalau mama ikut tinggal di sini, Aku cukup sama Endang saja...!"jawab suci yang kembali menyulut emosi Ibu Windarti. "Dasar bunglon...!"batin Endang yang mendapati sebentar lagi mertua dari majikannya tersebut akan marah-marah. "Bukannya tadi kamu sudah memaafkan Mama? Kenapa pulang Mama tidak boleh tinggal di sini? Apa katamu tadi? rumahnya terlalu sesak? Kamu kira Mama ini kebo apa?"Ibu Windarti belum sempat melanjutkan kata-katanya namun sudah mendapat pengusiran dari Andi. "Keluar dari rumah ini secara sukarela, atau aku akan menyeretmu paksa...!"Andi berdiri menghadap tepat di wajah Ibu Windarti. Wajah Ibu Windarti menegang, takut dengan ucapan dan ancaman dari Andi barusan. Wanita sepuh tersebut, sejak tadi hanya berdiri dan tak ikut duduk, ia sibuk dengan kemarahannya kepada sang menantu. Dengan langkah terburu-buru ia langsung saja keluar dari rumah tersebut. Saat sudah sampai keluar pagar, Windarti merenung, memikirkan siapa sebenarnya laki-laki yang ada di rumah menantunya tersebut. Setelah berpikir cukup lama, Windarti memutuskan untuk langsung menuju ke kediaman Pak RT, ia bermaksud untuk melaporkan suci seperti yang dilakukan Suci kepadanya tempo hari. "Ibu jangan macam-macam ya? kalau mau menuduh seseorang harus disertakan dengan bukti...!"Pak RT tak serta-merta percaya dengan apa yang diucapkan oleh Windarti tersebut. Citra baik yang selama ini dimiliki oleh Suci tak lantas membuat ketua RT tersebut mudah percaya dengan laporan seorang Windarti. "Selama menjadi warga saya, bahkan sejak orang tuanya masih hidup, Mbak Suci tidak pernah berkelakuan tidak baik...! terakhir terkena kasus adalah saat ibu menganiaya beliau, dari sini sudah jelas bukan? kalau biang kerok itu bukanlah Mbak Suci, melainkan anda...!"dengan panjang lebar Pak RT tersebut menjawab laporan dari Windarti. "Sudah untung Ibu tak dilaporkan oleh Mbak Suci atas kasus penganiayaan, kalau saya yang jadi Mbak Suci, tentu ibu sudah berada di hotel prodeo tersebut, dan membayar semua kejahatan yang ibu lakukan...!"lanjut Pak RT lebih jauh menjelaskan. "Di sini itu anda sebagai RT, Anda harus menanggapi semua keluhan dari warga anda...!"secara formal Windarti berkata kepada ketua RT tersebut. Dia geram karena laporannya tak ditanggapi. "Mungkin sampeyan lupa, Anda bukanlah warga saya...!"jawaban telak dari Pak RT membuat Windarti terbelalak kaget. "Apakah Anda masih ingat? Anda ini warganya siapa? Kalau saya sendiri tidak merasa bahwa anda adalah warga saya...!"lanjut Pak RT lagi. "Tapi saya tinggal di sini sudah hampir 1 tahun...! dan itu artinya saya adalah warga sampeyan...!"bantah Ibu Windarti. Sebenarnya Windarti sangat paham dengan apa yang diucapkan oleh RT tersebut, dia menyadari bahwa memang dirinya bukanlah warga setempat, namun nafsu untuk mempermalukan suci membuatnya mengindahkan kata-kata dari ketua RT tersebut. "Anda memang tinggal satu tahun di sini, tapi jangan lupa, Anda di sini hanya menumpang, dan jangan lupakan pula bahwa terakhir kali Anda membuat kegaduhan di kampung sini...! saya sebagai ketua RT di sini punya hak untuk mengusir Anda secara paksa seperti apa yang dilakukan oleh ibu Suci..!"oleh karena Suci masih muda Pak RT ini selalu salah dalam memanggil beliau, kata Mbak kadang ibu. "Pergilah Bu, laporan Anda tidak akan saya proses...! saya paham bagaimana warga saya itu...!"usir Pak RT pada akhirnya. Merasa tak ada dukungan, Windarti pun memutuskan untuk pergi saja dari rumah RT tersebut. Sepanjang jalan dia mengomel seperti orang gila yang bicara sendiri. "Sekarang aku harus ke mana? kalau aku pulang, kesenengan dong si suci itu...! Tapi kalau aku kembali ke rumahnya Suci? Aku juga takut dengan laki-laki itu...!"Batin Windarti bimbang. Windarti lebih memilih untuk menghubungi anak lelakinya, ia ingin mengadukan apa yang dilihatnya di rumah Suci. namun sayang, setelah beberapa kali menghubungi Sang putra, namun tak ada satu panggilan pun yang direspon. Dari jarak dua rumah ke rumahnya Suci, Windarti dapat melihat sosok anak keduanya tengah berdiri di depan pagar. Seketika itu juga senyumnya merekah, ia merasa mendapatkan mood booster saat melihat Putra keduanya tersebut. Putra keduanya itu memang belum tahu bahwasanya mereka telah diusir oleh Suci, iya bisa memanfaatkan keadaan tersebut untuk mengadu domba antara Suci dan putranya itu. "Hisyam...!"Teriak Ibu Windarti kemudian menghampiri putranya tersebut. "Lah Mama di luar? cepat buka pintunya mah, Aku mau mengambil semua pakaianku...! tapi dari tadi tak ada yang membukakan pintu..!"mendengar penuturan dari putranya tersebut membuat Ibu Windarti mengerutkan kening. Diperhatikannya sekeliling, kemudian dia menyadari satu hal, motor milik laki-laki tadi sudah tidak ada, sementara motor milik Suci pun juga tak ada di tempatnya. "Apa mereka keluar ya?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN