Reuni antara Om dan keponakan

1098 Kata
"Maaf Bu, bukannya ikut campur, tapi apakah lebih baik jika Ibu menggaji seorang security untuk di tempatkan di depan...! takutnya nanti mereka masih nekat datang kemari lagi seperti tadi?" Suci pun memikirkan apa yang menjadi pendapat Endang, ada baiknya memang jika dia mempekerjakan seorang security... Setelah kepergian Ihsan, tak lama ada tamu datang, laki-laki tersebut menggunakan motor ninja dengan helm full face namun berpenampilan kantoran. Suci dapat menduga jika laki-laki tersebut adalah Andi, omnya yang masih terlihat gagah di usia 40 tahunnya. Andi adalah adik kandung dari mamahnya suci, Beliau juga adalah satu-satunya orang yang menyayangi Suci dengan tulus, tidak seperti istri dari Andi yang hanya mendekati Suci karena harta yang dimilikinya saja. Berulang kali istri Andi selalu meracuni pikiran Andi untuk mengambil alih perusahaan yang dikelolanya, namun dengan tegas Andi hanya mengambil bagian haknya saja, yaitu 10% dari hasil dari perusahaan Itu setiap bulannya beserta gaji bulanannya sebagai CEO. Bagi Andi, apa yang menjadi bagiannya itu sudah lebih dari cukup, karena jika dia bekerja di luar selain perusahaan milik keponakannya itu, tentu nominal uang yang akan diterimanya setiap bulan tak lah sebanyak itu. "Selamat pagi nona cantik...! apa kabarmu hari ini?"tanya Andi setelah sampai di teras milik Suci. Tadi saat mengetahui jika yang datang adalah omnya, Suci langsung menyuruh Endang untuk membukakan gerbang. Oleh karena itu, Andi pun dengan leluasa bisa masuk ke dalam tanpa menunggu gerbang dibuka terlebih dahulu seperti Ihsan tadi. "Assalamualaikum Om...! salamnya jangan ilang dong...! tumben Om ke sini? Padahal selama suci menikah dengan mas Ihsan, sama sekali Om tak pernah bertandang ke sini..! Ada angin apa?" Suci berbalik bertanya dengan mengerikan keningnya. "Curiga saya...! apakah itu ada hubungannya dengan penawaranku selama ini jika perusahaan itu om ambil alih saja...! Aku tak butuh...!"kata Suci. "Sudah Om juga kalau kamu itu masih enggan untuk terjun ke perusahaan, kamu masih menekuni hobimu?"kata sambung dengan melihat laptop yang ada di meja samping Suci. "Ini identitasku om, ini adalah caraku mengusir jenuh hidup dalam kesendirian...! Aku bahagia dengan nominal uang yang bisa kuraup setiap bulannya, itu adalah hasil keringatku sendiri...!"kata Suci. "Bukan keringat sih, tapi dari menghalu...!" Andi membantah perkataan Suci barusan. "it's oke...! terserah pendapat Om saja, yang jelas ini adalah hasil jerih payahku...!"kata Suci sedikit sewot. Tak lama setelah itu Endang keluar dengan membawa 2 cangkir kopi cappucino latte kesukaan suci. Suci selalu minta dibuatkan itu saat dia Tengah berkutat dengan laptopnya membuat sebuah Bab. "Silakan Pak kopinya, Saya permisi ke belakang dulu mau melanjutkan membuat masakan yang Ibu pesan tadi...!"kata Endang langsung kembali masuk ke dalam. Sebelumnya Endang memesan makanan kesukaan dari omnya yaitu spaghetti pasta pedas dengan saus pedas manis yang tentunya bukan bumbu instan melainkan racikan sendiri. "Jadi om hanya boleh duduk di teras nih? tak ada niatmu untuk mempersilahkan Om masuk ke dalam?" Tanya Andi yang sedari tadi tidak dipersilahkan untuk masuk ke dalam rumah. "Kita habiskan dulu kopinya lah Om, nanti setelah itu kita masuk ke dalam kalau makanan yang disiapkan oleh Endang sudah siap...! Aku masih ingin menikmati udara pagi di sini...!"jawab Suci. "Kirain Om tidak diberi akses masuk seperti suamimu tadi...!"kata Andi. Suci membelalak kaget dengan ucapan dari omnya tersebut, iya heran kenapa sama Om bisa tahu jika tadi mertua serta suaminya tak bisa masuk ke dalam rumah. "Kok bisa tahu?"Tanya Suci. "Tahu lah...! Om kan sejak tadi mengawasi di depan rumah sini, di ujung jalan itu, pas dibelokkan..!"jawab Andi. "Om loh sudah aku persilahkan masuk ke sini, tadi mama dan juga Mas Ihsan bahkan tak aku izinkan untuk melewati gerbang...!" jawab Suci lagi. Obrolan pun mengalir ke mana-mana, Om keren keponakan yang sudah lama tidak saling bercengkrama itu pun seolah memiliki banyak bahan untuk dibahas, namun tak membuat keduanya membahas tentang problema rumah tangga yang dihadapi oleh Suci. Tak lama kemudian Endang pun memberitahukan jika masakannya sudah siap dan terhidam di meja makan, tanpa di komando Suci pun mengajak sama Om untuk masuk ke dalam rumah. suci dan omnya itu emang hanya selisih 10 tahun saja usianya, oleh karena itu keduanya lebih tepat seperti kawan bukan sebagai Om dan keponakan. "Wooooowww... spaghetti kesukaan Om ini...! tahu saja kamu kalau om lagi sedang menginginkan makanan ini...! rasanya bagaimana Mbak ini?"tanya Andi kepada Endang. "Masih belajar Pak, dan ini baru karya pertama saya...!"jawaban Endang seketika membuat Andi meragu dengan rasanya. "Reaksinya jangan seperti itulah Om, aku jamin masakannya Endang itu patut diacungi jempol...! coba dulu baru komen...!"kata Suci saat mendapati sang Om seolah meremehkan masakan dari art-nya. Namun tidak dengan Endang, dia merasa cuek saja saat diremehkan, yayasan tempat jadi gembleng dulu sudah dididik untuk tidak gampang merasa tersinggung dengan semua reaksi atau pendapat bos yang menggajinya. "Benar kata ibu Suci Pak, silakan Bapak mencobanya dulu, kalau ada yang kurang, nanti bapak boleh komplain...! dengan senang hati saya akan mencobanya kembali.!"jawab Endang. Saat Endang mau berlalu Endang pun dicegah oleh Suci, "Mau ke mana Kamu ndang? duduk...! kita nikmati masa kami bersama-sama...! kalau nanti kita keracunan kita bisa keracunan bersama, bukan begitu?"Kata-kata Suci membuat Andi membelalak kaget. "Maksudnya apa ini?" tanya Andi merasa bingung. "Tidak bermaksud apa-apa, cuma ingin menghilangkan kecurigaan Om saja, lagian kami sudah terbiasa makan bersama...!"Suci menjawab pertanyaan omnya. Akhirnya di meja yang sama Mereka gini menikmati spaghetti buatan Endang, Andi terlihat sangat lahap memakan masakan Endang tersebut. "Bagaimana Om rasanya?"tanya Suci menghentikan suapan di mulut omnya. "Ini adalah masakan spaghetti pertama terenak yang pernah om rasakan...!"jawab Andi sungguh-sungguh. "Laluuu?"Tanya suci menggantung. "Maaf ya Endang..? Maaf karena saya sudah sempat meremehkan kemampuanmu tadi...! masakan kamu ini benar-benar top markotop...!"jawab Andi yang sekaligus meminta maaf kepada Endang atas sikapnya tadi. "Tidak apa apa Pak, slow saja...!"jawab Endang enteng sambil menikmati spaghetti yang ada di piringnya. "Kalau kapan-kapan Saya minta dibuatkan lagi saat berkunjung di sini, apakah boleh...?" tanya Andi kemudian. "Yeeeee... Om malah langsung memanfaatkan...!"Suci yang menjawab. "Tidak apa-apa dong, endangnya saja tidak keberatan loh...!"jawab Andi dengan santainya. "Ini pestanya masih ada nggak? kalau masih ada, boleh dong di bungkus untuk saya bawa pulang...!" tanya Andi. "Ya jelas tidak boleh lah Om, cuci sendiri doyan...! Om boleh menikmati masakan Endang saat Om di sini saja, kalau untuk dibawa pulang? tentu saja tidak boleh...! apalagi kalau sampai dinikmati oleh tante Lampir itu...!"jawab Tiara kemudian. "Kok Tante Lampir...?"Tanya Andi heran. "Habisnya kayak mak lampir sih, suka marah-marah nggak jelas...!"jawab suci Sebenarnya. Sebenarnya Andi sudah tahu jika sejak lama Suci memanggil istrinya itu dengan tante Lampir, tapi Andi merasa heran saja karena sampai sekarang panggilan itu masih juga disematkan oleh keponakannya tersebut. "Bagus ya...! rupanya ini kelakuan kalian...! Sok suci ya kamu...! merasa dizalimi padahal kamu sendiri berbuat m***m di belakang...!"teriakan wanita dari arah depan membuat ketiganya menoleh dan kaget.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN