Cemburu dengan adik sendiri

1074 Kata
Diperhatikannya sekeliling, kemudian dia menyadari satu hal, motor milik laki-laki tadi sudah tidak ada, sementara motor milik Suci pun juga tak ada di tempatnya. "Apa mereka keluar ya?" Batin Ibu Windarti. "Lah, si mama malah bengong...!"kata Hisyam membuyarkan lamunan Windarti. "Mama sudah tidak tinggal disini, ayo ikut Mama...!" ajak Ibu Windarti menggandeng lengan sang anak bontot. Rencana untuk mengompori Hisyam ia urungkan karena di rasnya percuma, sebab Suci sedang tidak ada di tempat. "Buang-buang waktu dan energi saja...!" begitulah menurut Ibu Windarti. Meskipun Hisyam bingung dengan apa yang di ucapkan oleh sang Mama, tapi Hisyam tetap mengikuti langkah Mamanya tersebut. "Biarlah nanti aku bertanya saat sudah di rumah saja...!" kata Hisyam dalam hatinya. Tak berapa lama sampailah mereka di rumah kontrakan yang di selama ini ditempati oleh Niken, dan kini berpindah kepemilikan ke mereka, di sana sudah menunggu Ihsan. "Loh bang Ihsan di sini juga, kirain aku tadi Mama saja yang tinggal di sini...! Ada apa ini? apakah ada kabar Yang aku tidak tahu?" Tanya Hisyam yang tentu saja heran dengan keberadaan ibu dan juga kakaknya. "Mamah dan abangmu diusir sama Kakak iparmu itu...!"Ibu Windarti menjawab pertanyaan dari Putra bungsunya dengan nada dibuat sesedih mungkin. Windarti sangat tahu kelemahan dari Sang putra yang tentu saja sangat menyayanginya dan selalu membelanya. "Kenapa bisa diusir? Mama bikin masalah? Atau bang Ihsan yang bikin masalah? Kok rasanya di sini ada yang janggal...!"Hisyam berkata dan memicingkan matanya, ia mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Secara bergantian dia menatap wajah ibunya dan juga sang Abang. Saat tidak mendapatkan jawaban oleh pertanyaannya tadi, Hisyam pun kembali bicara. "Sejauh yang Hisyam kenal, Kak Suci tidak akan bersikap seperti ini, Kak Suci adalah kakak terbaik menurutku...!"bela Islam terhadap kakak iparnya. "Kamu itu terlalu polos untuk dibodohi oleh Kakak iparmu itu, bukti nyatanya adalah kami benar-benar diusir olehnya, padahal suci itu masih berstatus istri dari Abangmu, tapi dengan tega mengusir kami...!"setelah mengatakan itu ibu Windarti kemudian berakting menangis. Dia menjerit dengan keras, seolah memang dirinya Tengah menjadi korban dan teraniaya. "Abang bisa jelaskan?"Bukan Hisyam tak mau peduli dengan tangisan ibunya, tapi Dia sangat yakin jika ibunya hanya pura-pura. Saat melihat mata sang Mama, Hisyam sama sekali tidak melihat air mata Di sana. "Seperti yang mama katakan...! kami diusir oleh Suci...!" jawab Ikhsan. "Kenapa...?"Tanya Hisyam lagi. Ikhsan hanya mengedikkan bahunya dan enggan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Abang selingkuh?" Hisyam menebak kesalahan sang kakak. "Wajarlah kalau laki-laki memiliki istri lebih dari satu?" Ibu Windarti tiba-tiba membela sang anak sulung. "Loh, bukannya Mama sedang menangis ya? Kok sudah berhenti saja? Idiiiiih Mama lucu deh...! memang iya ya? kalau seusia Mama itu memang sedang lucu-lucunya...!"kata Hisyam menggoda sang mama. Hisyam memang tak menyukai sikap sang ibu yang selalu mendukung perbuatan tak terpuji kakaknya, namun Ia pun tak tega jika harus membuat ibunya itu bersedih. Hisyam lebih memilih untuk menjauh daripada menyakiti ibunya tersebut. dengan menentang semua keinginan sang Ibu tentunya itu akan membuatnya bersedih. "Yang jadi pertanyaan nih Ma, apakah sang istri mau diberikan kawan? kalau Mama lupa, Mbak Suci tuh orangnya mandiri loh, dia bahkan rela tidak menerima uang nafkah dari Abang selama ini, dan selalu menambal kebutuhan rumah dengan hasil keringatnya...! Ya terang saja Mbak Suci tak mau dimadu...!"Hisyam mengingatkan sang mama dengan lembut meskipun terdengar lain di telinga Ibu Windarti. "Kamu itu anak kecil tahu apa?"karena tak bisa membantah perkataan Sang putra, akhirnya itulah jurusan andalan Ibu Windarti yang di keluarkan. "Idiiih Mama belum tua banget loh, Kenapa mendadak pikun begini?"kata hisam dengan memeluk sang mama. "Lah ini buktinya, masih kolokan kan kamu? suka manja-manja nggak jelas seperti ini sama mama...!"kata ibu Windarti. "Mama kalau lupa, Hisyam ingatin deh...! Hisyam sekarang sudah kerja loh Ma, sudah punya uang sendiri, dan tidak menadahkan tangan lagi kepada Abang ataupun Mama...!"kata Hisyam dengan mencium pipi Ibu Windarti. "Oh ya sampai lupa, Hisyam punya hadiah loh buat Mama...!"kata Hisyam lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. "Mama tutup mata ya? Dan jangan dibuka dulu sebelum Hisyam izinkan...!"kata Hisyam minta sama mama untuk menutup mata. Ibu Windarti yang memang penasaran dengan apa yang dibawakan oleh Sang putra pun menurut saja dengan perkataannya. Sementara Ikhsan hanya dia mengawasi interaksi antara Ibu dan juga adiknya tersebut. Saat ibu Windarti menutup matanya, Hisyam memasangkan sebuah kalung yang sangat cantik di leher sama Mama, kalung itu nampak berkilau karena berliontin kan permata kecil. Kalung itu memang sengaja dibelikan oleh Hisyam dari sebagian gaji pertamanya untuk sang Mama. "Sekarang mama boleh membuka mata...!"kata Hisyam kepada mamanya. Ibu Windarti pun langsung membuka matanya, di pantulan kaca ia dapat melihat kalung yang bertengger manis di lehernya, meskipun kalung itu sangat kecil tapi sungguh sangat manis dalam pandangannya. "Kok kecil sih Hisyam? Mama itu maunya yang gede...! bukan yang seuprit begini...!"kata Bu Windarti protes dengan pemberian Sang putra tersebut. Tapi meskipun begitu, sama sekali Hisyam tak merasa tersinggung, justru dia tersenyum lalu meminta maaf kepada sang mama dengan gayanya yang manja. "Maafin Hisyam ya mah, do'akan Hisyam supaya lebih sukses dari hari ini, supaya Hisyam bisa menuruti apa yang menjadi keinginan mama..!"kata Hisyam mengecup lembut tangan sang mama. "Untuk sementara, Hisyam hanya mampu memberikan ini, suatu saat, insya Allah jika Allah mengizinkan Hisyam akan memberikan yang jauh lebih indah dan mahal dari ini...!"katanya lagi. "Makanya sekolah yang bener, disuruh kuliah kok malah milih kerja, mana ada orang tamatan SMA bisa sukses? mimpimu itu terlalu tinggi...!"Kata Sang mama yang mengungkit tentang dirinya yang tak mau melanjutkan pendidikan. Merasa miris dengan jawaban sang mama, namun Ikhsan tetap menampilkan senyum cerianya. "Do'a Ibu untuk anak-anaknya itu langsung tembus sampai ke langit ketujuh, tanpa sekat dan tanpa halangan, aku yakin dengan do'a mama, aku akan sukses dengan jalan yang tak terduga...!"lanjut Hisyam lagi. "Sekolah dulu yang benar, baru kamu mikir bagaimana caranya sukses...!" Sahut Ikhsan. "Oh ya, dari tadi aku belum dapat jawaban loh...! terus kalau bang Ihsan memiliki istri lagi, istrinya model kayak apa? Mana orangnya? Kok nggak dikenalin sama aku? Tinggal di sini bukan?" Hisyam mengalihkan pembicaraan. "Abangmu tuh...! punya istri kedua kok malah menipu dia...! katanya hamil anaknya, lah kok setelah abangmu diusir sama istrinya, juga dipecat dari pekerjaannya malah bilang kalau anak yang ada dalam kandungannya itu bukan anak Abangmu, kasihan kan dia?"Jelas Ibu Windarti. "Syukurin Luh bang...!" Hisyam mengolok sang Abang. "Itu artinya Mbak suci bakalan jadi janda dong? Bisa nih...!" kata Hisyam lagi. Mendengar perkataan dari adiknya membuat Ikhsan mendelik ke arah adiknya tersebut. "Jangan macam-macam kamu...! suci itu istriku, dan sampai kapanpun akan tetap menjadi istriku...!"kata Ikhsan dengan menunjuk ke arah Hisyam. "Lahh...!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN