Bab 16

1034 Kata
"Pergilahhhh ...! Wanita sampah sepertimu memang harusnya kembali ke tempat sampah...!"ucapan lantang Ikhsan mengusir perempuan yang selama ini dianggapnya sebagai perempuan baik-baik. Mana ada perempuan baik-baik mau berhubungan dengan suami orang, mana ada perempuan baik-baik yang mau dijadikan istri simpanan ataupun istri kedua tanpa istri pertama mengetahuinya. Dengan tanpa merasa bersalah, Niken melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan rumah kontrakan yang mereka tempati, bahkan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ihsan saat dia melangkahkan kakinya. "Agggrrh...! Kenapa hidupku kacau ini? Kenapa justru aku yang dipermainkan oleh perempuan? Rupanya Niken bukanlah mengandung anakku, lalu siapa sebenarnya ayah dari janin yang dikandungnya?"Batin Ihsan frustasi. "Suci jauh lebih segala-galanya dibanding dengan Niken perempuan murahan itu...!"kini Ibu Windarti malah mengatakan hal demikian setelah sebelumnya dia menghina habis-habisan menantu pertamanya yang merupakan menantu sahnya. "Lebih baik kamu kembali lagi ke Suci, tentu dia akan menerimamu, bukankah selama ini dia itu sangat Bucin kepadamu...? meminta maaflah padanya, kalau perlu kamu bersujud di kakinya...!"usul Ibu Windarti dengan entengnya. Dia lupa bahwa saat itu dialah penyebab mereka diusir dari rumah tersebut, karena kekerasan yang ia lakukan kepada Suci lah yang membuat mereka terpaksa angkat kaki dari kediaman Suci. "Mama kira, Suci akan mau menerima Ikhsan lagi? Suci sudah tahu perselingkuhan Ihsan, Suci juga sudah mendapatkan kekerasan fisik dari Mama, Ihsan ragu kalau dia mau menerima Ihsan kembali...!"jawab Ihsan. "Bodoh... kamu punya otak bukan? gunakan itu untuk berpikir...!"kata ibu Windarti menunjuk kepalanya saat mengatakan hal tersebut kepada putranya. "Maksud Mama apa sih? Ikhsan nggak ngerti...! Jelasin saja kenapa sih Mah?"protes Ihsan. "Heran deh, sebenarnya itu kamu anakku bukan sih? kok bodohnya itu nggak ketulungan seperti ini?" Geram ibu Windarti. Tapi meskipun demikian dia tetap menjelaskan apa yang di maksudkan olehnya. "Suci itu ternyata orang yang sangat kaya raya, apakah kamu tidak ingin menikmati Kekayaan miliknya? syukur-syukur bisa kamu ambil alih kepemilikan, dengan begitu kan kamu tak perlu kerja keras banting tulang seperti yang kamu lakukan selama ini...!"Ibu Windarti menjeda sejenak kalimatnya. "Kamu hanya perlu ongkang-ongkang kaki namun uang akan mengalir dengan sendirinya ke rekening kamu...! kamu tidak ingin memiliki kehidupan yang seperti itu...?"kata ibu Windarti masih dengan pikiran culasnya. "Aku masih tidak yakin Suci mau menerima aku kembali Mah, apalagi saat dia tahu perselingkuhanku bersama Niken...! mata lupakan dengan video yang disebar oleh Suci?"kata Ihsan pesimis. "Ihsan Ihsan...! punya otak mbok Ya di pakai sedikit, jangankan selalu kamu letakkan di dengkul...!"kata ibu Windarti lagi. "Bilang saja kamu khilaf dan ditipu oleh Niken, ada baiknya kan Niken pergi meninggalkan kamu, dengan membawa anak sialan dan anak haram itu...!"Ibu Windarti kesal saat mengingat ternyata anak yang di kandung oleh Menantu sirinya itu ternyata bukanlah merupakan Cucunya. Ikhsan terlihat manggut-manggut menyetujui perkataan sang Ibu, diyakini beranggapan jika mungkin Suci akan bisa memakluminya, apalagi memang selama ini Suci sangat bucin kepadanya. Keesokan harinya, Ikhsan dan juga Ibu Windarti kembali mendatangi rumah milik Suci, kali ini mereka datang bukan untuk membuat keributan, tapi ingin berdiskusi kepada Suci. Melihat kedatangan mertua serta suaminya, membuat Suci waspada. Semua kunci yang ada di rumah itu sudah di ganti oleh Suci, semua itu dilakukannya bertujuan supaya sang Suami dan mertuanya tidak seenaknya sendiri bisa keluar masuk rumah tersebut. Dan tindakannya mengganti semua kunci itu kini berguna, Mertua dan suaminya itu tak bisa langsung masuk ke dalam rumah begitu saja, jangankan masuk kedalam rumah, masuk pekarangan saja mereka tak bisa, karena gerbang selalu di kunci oleh suci. Keduanya merasa geram saat mengetahui mereka tak bisa masuk rumah seperti biasanya. Mereka berdua seolah lupa dengan kejadian beberapa hari yang lalu yang membuat tragedi pengusiran itu terjadi. Meskipun hati mereka di penuhi emosi, namun mereka masih bisa menahannya, ada hal tertentu yang menjadi tujuan mereka agar tercapai dari hanya sekedar menuruti rasa marah, yaitu mengambil kembali hati Suci supaya bisa betekuk lutut kembali seperti dulu. Suci dan Endang bersikap Cuek, seolah mereka tak melihat kedatangan keduanya. Mereka berbincang dengan santainya di teras rumah dengan lesehan di atas rumput taman. Interaksi keduanya tak layaknya ART dan majikan, namun lebih tepat seperti kawan saja dan itu berhasil membuat Ibu Windarti geram bukan main. Kalau tidak karena Ikhsan yangs selalu menahannya sejak tadi, tentu kemarahan Ibu Windarti sudah meledak. Suci terlihat sedang mengetik sebuah Cerita di laptop miliknya, sementara Endang hanya bermain ponsel dan memakan cemilan yang ada. "Assalamualaikum...!" ucap salam dari Ikhsan membuat Endang dan Suci menoleh. "Wa'alaikumsalam...!" jawab keduanya serentak dan singkat kemudian kembali berfokus ke kegiatan mereka kembali. "Kami tidak di bukakan pintu gerbang ini kah nak?" tanya Ibu Windarti lembut. Sebenarnya Suci merasa heran dengan perubahan sikap mertuanya tersebut, tapi Suci kembali cuek karena tahu jika Ibu mertuanya itu pasti memiliki tujuan tertentu jika sudah bersikap demikian. Maka jurus jitu yang di pilih oleh suci adalah diam dan pura-pura tidak tahu saja. "Dek...! tolong bukain gerbangnya ya sayang? Mas mau masuk, ada hal penting yang ingin mas sampaikan ke kamu...! kita harus diskusi sayang...!" Ikhsan mencoba merayu perempuan yang masih berstatus istrinya tersebut. Saat melihat gegalat tak mengenakkan dari Mertua dan juga suaminya, membuat suci memiliki ide usil untuk mengerjai mereka. "Tunggu sebentar ya mas, aku juga sedang menunggu tamu, biar nanti sekalian saja aku membuka gerbangnya.. !" Jawab Suci asal. Mendengar jawaban Suci membuat Ibu Windati dan juga Ikhsan saling beradu pandang, dari tatapan mereka yang saling beradu seolah menuntut jawaban dari apa yang mereka dengar. "Emangnya siapa dek yang kamu tunggu?" Tanya Ikhsan menberanikan diri...!" tanya Ikhsan yang penasaran. "Polisi mas, katanya mereka mau menanyaiku tentang penganiayaan yang di lakukan kepadaku...!" jawab Suci cuek. Mendengar jawaban tersebut, seketika membuat keduanya saling pandang kembali,dari wajah Mama tercetak jelas ketakutan di sana,bahkan wajah keduanya terlihat pucat pasi sangking takutnya. Melihat hal itu Suci bukannya merasa iba tapi justru malah tersenyum sinis karena puas, di nikmatinya wajah ketakutan-ketakutan ibu mertuanya itu. "Mampus lu...! keder juga kan lu? makanya jangan suka mengintimidasi orang lain, apalagi sampai menganiaya...!" Desis Suci dalam hatinya. Sejurus kemudian, keduanya langsung pergi membuat Suci Tersenyum puas. rupanya caranya menakuti keduanya sangat ampuh. Oleh karena kejadian itu, kini suci tak tertarik lagi untuk meneruskan tulisannya, Akhirnya dia putuskan untuk menutup laptop nya kemudian berbincang ringan dengan ART. "Maaf Bu, bukannya ikut campur, tapi apakah lebih baik jika Ibu menggaji seorang security untuk di tempatkan di depan...! takutnya nanti mereka masih nekat datang kemari lagi seperti tadi?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN